17.

1.9K 116 7
                                    

***

Sesampainya di rumah Sagara, betapa terkejutnya Aya melihat rumah yang begitu megah, sepertinya jika dibandingkan dengan rumahnya akan lebih dia kali lipat dengan ini. Aya memandang rumah itu kagum, dia baru pertama kali ke ini rumah Sagara.

Aya masih setia duduk di dalam mobil menunggu Sagara yang sedang sibuk menerima telfon dari seseorang. Beberapa menit menunggu akhirnya Sagara selesai dengan urusannya, dia membantu Aya untuk masuk ke dalam.

"Ini beneran rumah kamu gar? Besar banget.. " Puji Aya sambil naik ke dalam pelukan Sagara yang menggendongnya ala bridal style.

"Iya kalo bukan rumah gue gak akan gue bawa lo ke sini ay" Jawab Sagara menutup pintu mobilnya, dia bisa menggendong tubuh Aya dengan satu tangan, tapi Aya harus memeluk lehernya agar tak terjatuh.

"Kamu beli? " Tanya Aya menatap Sagara.

"Emang ada yang mau ngasih? " Bukannya menjaga Sagara malah memberikan pernyataan seperti itu. Dia ikut menatap mata Aya dalam hingga memberhentikan langkahnya.

Aya menggeleng polos. "Kamu dapet duit dari mana buat beli rumah segede ini, apa kamu ngepet ya? " Tanya Aya ngawur.

Dengan gemas Sagara menyatukan jidat Aya dengan jidatnya. "Iya gue ngepet, puas lo?" Gemasnya.

Aya tertawa kala Sagara menggigit pipi nya. "Ohh pantesan kamu kaya tapi gak kerja, ternyata ngepet toh, aku juga mau dong ngepet sama kamu biar cepet kaya" Pinta Aya tersenyum gemas.

"Ayok, lo yang jadi babinya ya gue yang jaga lilin, mau engga? Hasilnya kita patungan gimana? " Tawar Sagara bercanda, kakinya mulai melangkah masuk kedalam rumahnya.

"Mau!! " Terima Aya antusias mengangkat tangannya tinggi-tinggi padahal masih sakit. "Aawsss" Rintihnya saat tubuhnya kembali nyeri.

Sagara panik. "Kenapa? Kenapa? Apanya yang sakit? " Tanyanya membuat Aya tersenyum simpul.

"Enggak, udah gak sakit lagi" Jawab Aya cengengesan.

"Eeee gue buang juga lu ya, nakut-nakutin orang aja" Gumam Sagara kesal.

"Tadi ini emang sakit kok, tapi setelah liat muka kamu jadi gak sakit lagi" Ujar Aya tak lupa dengan senyuman nya.

"Cieeilah, sekarang lo pinter gombal ya, diajarin siapa hm? " Tanya Sagara penasaran.

"Eumm ngga ada yang ajarin kok" Jawab Aya santai.

Setelah itu Sagara masuk ke dalam rumahnya, mendudukkan Aya di atas sofa. Aya semakin dibuat kagum oleh rumah ini, dekorasi nya sangat Aya suka, rumah ini bernuansa putih dengan campuran abu-abu. Dekorasi nya tak perlu di ragukan lagi, rumah ini persis seperti rumah impian Aya.

"Wahhh cantik banget rumahnya, kamu pinter banget milih rumah gar, dekorasinya juga bagus-bagus gak terlalu ramai, jadi soft keliatan nya. " Puji Aya menatap kagum semua hal yang ada di sini.

Sagara tersenyum penuh arti. "Iya cantik kayak calon nyonya rumah ini" Gumam Sagara kecil.

"Kamu tinggal di sini sama siapa? " Tanya Aya beralih menatap Sagara yang duduk di bawahnya.

"Banyak, tuh setan setan yang ada di sini, gue tinggal sama mereka" Jawab Sagara santai.

Aya bergidik ngeri mendengar nya. "Kamu beneran? Jangan nakutin deh, aku gak berani sama hantu" Cicitnya.

"Enggak, becanda. Gue tinggal sendiri di sini, lo mau nemenin gue?" Aya menggeleng.

"Kenapa? " Aya menggeleng lagi.

Sagara mengerti, dia mengelus rambut Aya sayang. "Gak papa, gak ada yang bakalan marah, jadi mau? " Tanya Sagara lagi-lagi mendapat balasan gelengan.

"Yaudah kalo lo gak mau jadi lo udah siap buat di pukul sama ayah lo lagi, mau? " Aya kembali menggeleng lemah. "Gakmau di pukul lagi, sakit" Lirihnya.

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang