48.

1.7K 78 9
                                    

🍂🍂🍂

Typo bertebaran...

***

Di perjalanan pulang, Aya hanya diam sambil menatap jalanan yang sangat ramai, matanya tertutup menikmati hembusan angin sejuk menerpa wajah cantiknya. Kedua tangan mungilnya ia letakkan di pundak marthin. Sejak tadi marthin selalu mengeluarkan candaan recehnya, membuat Aya beberapa kali tertawa terbahak-bahak.

Laki-laki di depannya itu tak bisa diam, suaranya sampai di dengar oleh pengendara lainnya. Aya sampai malu dibuatnya. Memang jika dengan marthin suasana tak akan tegang ataupun canggung, buktinya Aya. Dulu saat baru masuk sma, ia pertama kali bertemu dengan aldo dan ferdo sangat canggung, namun berbeda dengan marthin.

"Thin! Bener ya kalo Sagara mau di jodohin?! " Tanya Aya sedikit berteriak.

"Hah!? Apa? Gue nggak denger ay! "

"Emang bener ya kalo Sagara mau dijodohin?!! " Tanya Aya lagi menaikkan oktaf suaranya.

"Hah?!! Apa ay?! Nggak jelas kedengerannya! "

"Ish. Sagara mau dijodohin! Itu bener nggak!!! " Kini Aya berteriak karena terlalu kesal.

"Ha--"

Plak!
"Udah!! Jangan di jawab!!! " Aya memukul pundak marthin agar tak menjawab apapun,karena tak akan ada gunanya jika menanyakan itu di atas motor yang ditemani bisingnya jalanan.

"Huh, gue sengaja kali ay, gue dengar kok, tapi nggak mau gue jawab, nanti bisa berabe, gue yang kena masalah.. " Ujar marthin dalam hati seraya tersenyum bangga.

"Mar!! Kita bisa ke SMP cahaya nusantara dulu nggak?! " Tanya Aya menepuk beberapa kali pundak marthin.

"Iya boleh! Mau ngapain?! "

"Ah, aku mau ngasih sango buat adek aku, kebetulan mereka sekolah di sana!" Jawab Aya diangguki marthin.

Lalu laki-laki itu melesatkan motornya ke SMP yang dimaksud oleh Aya tadi, SMP cahaya nusantara. Dimana dulu ia juga sekolah di sana.

Sesampainya di depan gerbang SMP cahaya nusantara, marthin bener menit memberhentikan motornya, sebelum ia mendengar suara Aya yang menyuruhnya untuk masuk langsung kedalam.

"Masuk aja thin, di bolehin kok, aku emang biasa ke sini. " Kata Aya. Marthin pun masuk ke dalam sekolah itu, memarkirkan motornya di tempat parkir.

"Sagara tau nggak lo sering ke sini, ay? " Tanya marthin membuka helm dengan penuh pesona.

Aya menggelengkan kepala, matanya menyapu ke seluruh arah untuk mencari keberadaan kedua adiknya. "Belum, lagian kan nggak ada pengaruhnya juga kalo gara tau sama enggak nya. " Jawab Aya.

"Sekarang adek lo dimana? Nggak nongol-nongol. " Gumam marthin ikut mencari keberadaan kedua adik Aya.
"Gue dulu sekolah di sini juga loh ay. " Beri tahu marthin tiba-tiba.

Aya menoleh. "Eh, beneran? Berarti kamu kenal sama guru-guru di sini dong? "

"Iya sih. Tapi nggak tau juga gue, mungkin ada perubahan ya. "

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang