25.

1.6K 72 0
                                    

***

Kini, Aya sedang berada di tempat kerjanya. Sekarang jam menunjukkan pukul lima sore, waktunya Aya untuk bekerja setelah kemarin ia mengambil cuti selama satu hari.

Cafe tempat Aya bekerja saat ini cukup ramai oleh para remaja seumuran nya yang sedang nongkrong. Karena ramai, Aya antara senang dan pusing, lantaran ia tak biasa dengan ketauan seperti ini. Biasanya cafe akan ramai saat malam hari, apalagi malam minggu, tapi hari ini begitu berbeda.

Sekarang Aya sedang menyiapkan pesanan pelanggan, kali ini Aya sangat sibuk, harus ke sana kemari untuk mengantarkan pesanan. Di cafe ini hanya ada tiga pelayan, jadilah jika banyak pelanggan keempat pekerja itu sangat kewalahan. Mereka sudah beberapa kali menyarankan bos untuk menambah pekerja di sini, tapi saran mereka selalu di tolak mentah-mentah entah apa alasannya.

"Ay, cepet anterin ini ke meja nomor empat" Titah seorang wanita yang sudah menyiapkan pesanan pelanggan yang bernama-lita sekaligus teman Aya di sini.

Aya hanya mengangguk patuh, dan dengan cepat mengantar pesanan itu ke meja nomor empat. Aya terlihat kesusahan karena pesanan nya begitu banyak, ia berjalan pelan, mencoba menenangkan dirinya karena disini banyak sekali orang, padahal Aya tak bisa jika banyak orang seperti ini.

Saat sudah dekat dengan meja nomor empat, kaki Aya sedikit tersandung karena terlalu fokus dengan nampan yang ia pegang sampai tak memperhatikan jalannya. "Hah!! " Ia menutup mata kaget.

Tubuh Aya yang tadi ingin terjatuh ke lantai tiba-tiba saja terhenti, akibat seseorang di belakang tubuh nya yang dengan sigap menangkap Aya. Aya masih syok, ia sangat bersyukur karena pesanan yang ada di atas nampan tak terjatuh karena seseorang juga mengambil alih nya.

"Alhamdulilah... " Ucap Aya pelan belum menyadari posisinya sekarang. Posisinya saat ini, seseorang menopang tubuh Aya dengan memasukkan tangannya ke ketiak Aya yang ingin terjatuh. Dan juga, seseorang yang berada di depan Aya dengan sigap mengambil alih nampan yang Aya bawa tadi sehingga makanan dan minuman itu tak terjatuh.

Aya membuka matanya dan menegakkan tubuhnya. Ia membenarkan posisi baju yang tak berantakan sedikitpun. Ia menjadi gelagapan, Aya belum melihat wajah dua orang laki-laki yang menolongnya tadi.

"Ma-makasih mas" Aya mendongak dan melihat wajah laki-laki didepannya terkejut. Tidak, Aya lebih terkejut dengan laki-laki yang memegangi nampan.

"Sagara? "

Sagara hanya diam dengan wajah datarnya. Lalu Aya beralih menatap laki-laki di sebelah Sagara yang sangat tampan.

"Ah, makasih mas, karena udah nolongin saya tadi" Ujar Aya membungkuk sedikit tanda terimakasih.

"Iya, Sama-sama, lain kali hati-hati. " Peringat laki-laki tampan itu.

Aya hanya membalasnya dengan senyuman, siapa sangka, walaupun Aya tersenyum itu bisa membuat dua laki-laki tampan di depannya ini terpana.

"Sekali lagi terimakasih mas. " Aya mengambil alih nampan yang Sagara pegang seraya berbisik. "Makasih juga buat kamu gara... " Bisiknya lalu pergi mengantarkan pesanan itu ke meja nomor empat.

"Maaf membuat lama menunggu, ini pesanannya," Ujar Aya sopan, sambil meletakkan makanan dan minuman itu satu persatu di atas meja.

"Iya, nggak papa mbak. " Balas pelanggan itu.

"Mbak, tadi gimana rasanya ditolong dua cogan? " Tanya salah satu pelanggan itu tiba-tiba.

Aya tersentak, tapi senyum nya tak pernah luntur, agar pelanggan itu merasa nyaman dengan layanan nya.

"Lo gila ya! " Sentak temannya kesal.

"Elah gue cuma nanya, lagian mbaknya juga nggak gimana-gimana ditanya begitu. "

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang