8.

2.6K 157 1
                                    

***

Sepulang sekolah tadi, Aya tak langsung pulang ke rumah melainkan ke rumah sakit terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan Sagara. Kaki jenjangnya melintasi koridor yang begitu sepi, sampai di mana ia sampai di depan pintu kamar rawat Sagara.

Perlahan tangannya membuka pintu tersebut, dan di dalam sudah menampilkan Sagara yang tengah duduk di atas brankar dengan badan telanjang sehingga memperlihatkan perut sistem sixpack nya.

Aya terlonjak kaget dan langsung berbalik badan, kedua tangannya ia pakai untuk menutupi mata. "Astaghfirullah.. Gara! Kamu kenapa gak pake bajuuu!" Ujar Aya masih membelakangi Sagara.

Lelaki itu malah cengengesan. " Anu-, tadi gue mau mandi, badan gue lengket banget rasanya. " Balas Sagara menggaruk tenguknya.

"Kenapa kamu gak manggil suster aja, kalo sendiri kan bahaya, lagian infus kamu belum di buka" Kata Aya

"Gila kali, tuh suster keenakan ngeliat tubuh gue ini kalo minta bantuan sama mereka, mending gue di mandiin sama lo aja ay, gimana" Tawar Sagara tersenyum jahil.

Aya menelan saliva nya dengan susah payah. "Ka-kamu sedeng ya, mana bisa gitu." Balas nya gugup.

"Pikiran lo negatif banget dah, maksudnya gue tuh, lo cuma ngelap badan gue aja, mana mau gue suruh lo buat ngeliat adek gue, bisa-bisa tegang dia" Ujar Sagara ambigu. Aya cengo di buatnya.

"Kamu beneran mau mandi? " Tanya Aya.

Sagara mengangguk mantap. "Iya, sumpah risih banget gue gak mandi sehari"

"Yaudah" Aya membalik lagi tubuhnya menghadap Sagara, detik berikutnya jantung Aya terasa berdetak cepat melihat pemandangan di depannya. Tubuh Sagara begitu ideal.

Sagara menahan tawa melihat wajah Aya yang memerah seperti kepiting rebus, lucu sekali pikirnya.

Aya meletakkan ranselnya di atas sofa lalu mendekati Sagara. Saat sudah mendekat Aya mencoba untuk membantu Sagara bangun tapi lelaki itu menolak, malah duduk kebali dengan wajah yang berbeda. Aya bingung.

"Kenapa? Kamu gak jadi mandi? " Tanya Aya. Namun Sagara masih terdiam, pandangannya mengarah pada tubuh Aya yang penuh lebam, dan juga ia baru sadar jika ada bekas luka di sudut bibir gadis itu.

"Kenapa? " Tanya Sagara dingin, menunjukkan area tubuh Aya yang lebam. Aya baru tersadar dan mulai gelagapan.

"Kenapa!" Tanya Sagara lagi, mulai meninggikan suaranya.

Aya memalingkan wajahnya ke arah lain, takut melihat wajah Sagara yang ganas. "It-u aku kepleset di kamar mandi kemarin malem, makanya kayak gini. Ya-yaudah kamu mau mandi kan, ayo" Jawab Aya gugup, mencoba mengalihkan perhatian Sagara.

Tapi Sagara tetaplah Sagara, lelaki itu memincing tak percaya. "Siapa yang buat hm? " Tanya nya lagi semakin membuat jantung Aya tak karuan.

"Gak ada, aku cuma kepleset di kamar mandi karena licin. " Jawab Aya lagi dengan perasaan campur aduk.

"Jujur sama gue, gue tau itu bukan karena jatuh. Di pukul pakek apa lo? Jawab ay, lo di pukul sama siapa? "

Aya menghela nafas jengah. "Udah lah, jangan di bahas lagi, gak penting. Sekarang kamu mau mandi kan, yaudah aku lap-in badannya"

Gara menatap Aya lekat. "Gue nanya serius. Siapa. Yang. Mukul. Lo. " Desis Sagara

Gadis itu menutup mata sejenak, mengatur nafas dalam-dalam. "Gak ada. Aku jatuh. Gar, aku beneran gak papa, jadi kamu gak usah kayak gini. Pikirin gimana caranya biar kamu cepet sembuh. "

Sagara memutar bola mata jengah. "Di saat lo lagi gak baik-baik aja gue diem gitu? Lo pikir gue se bejat itu buat biarin lo kayak gini? Kalo lo gak mau ngasih tau gue bisa cari tau sendiri. Sekarang lo pergi, gue gak jadi mandi"

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang