11.

2.3K 134 1
                                    

***

Seorang remaja terbaring lemas di atas tempat tidur yang disediakan di rumah sakit, dia kesakitan. Dia menunggu kedatangan kedua orang tuanya yang entah kemana, di saat seperti ini, dia lagi-lagi harus merasakan sakitnya kesepian, tak ada teman, hanya ada kesakitan di sekujur tubuhnya.


Tak lama kemudian pintu terbuka menampilkan kedua pasangan suami istri menatap sendu ke arah sang anak. Mereka mendekat dan langsung memeluk, mencium nya dengan sayang.

"Kamu yang kuat ya, sebentar lagi kamu akan sehat, gak sakit sakitan lagi, kamu bisa main sama temen temen" Ujar wanita itu menggenggam erat tangan anaknya.

"Anak papa kuat oke, setelah operasi nya selesai dan berjalan lancar, papa akan turuti semua permintaan kamu. " Timpal suaminya.

"Bener? Kalo main sama kakak? " Tanya remaja itu.

Keduanya mengangguk. "Iya, main sama kakak"

"Ketemu sama kak sya boleh? " Tanyanya lagi mampu membuat orang tuanya terdiam dan menunjukkan wajah datar.

"Kalo kita ketemu aja ya, mama gak tau dimana dia sekarang, yang penting anak mama ini sembuh oke, biar bisa balik ke Indonesia lagi" Jawab wanita itu.

"Oke. Eyan udah gak sabar buat balik ke indo lagi, mau main sama kakak sya, mau makan gulali,mau ke taman bareng sama kakak sya, semua."

"Mama gak akan ngizinin kamu buat ketemu sama dia, karena dia kamu jadi begini, dan karena dia mama papa harus ninggalin kakak kamu yang gak tau apa-apa, keluarga kita hancur karena gadis itu" Batin wanita tersebut, terlihat dia sangat membenci orang di panggil sya tersebut

***

Keesokan paginya, Aya bangun dengan tergesa-gesa, karena apa. Karena kini dia menginap di cafe tempatnya bekerja, kemarin malam otaknya buntu, tak tau mau kemana lagi selain ke tempat ini. Dia mengikuti perintah farhan untuk pergi dari rumah untuk sementara, tak mau membuat ayahnya semakin membenci dirinya.

Aya sudah selesai bersiap-siap berangkat sekolah. Sebelum pergi dia menyempatkan untuk menyapu dan mengepel cafe itu, mumpung jam masih menunjukan pukul 06:00. Lagian jarak sekolah dan tempatnya bekerja tak terlalu jauh, cukup berjalan kaki saja.

Setelah selesai, Aya pergi terlebih dahulu, tak lupa berpamitan pada pekerja yang ada di sana. Mereka melirik Aya aneh. "Aya kok tidur di sini ya? Terus itu kepalanya kenapa ya? "

"Setau gue sih dia itu anak broken home, mungkin di pukul ama mak bapaknya. "

"Alah, gila lo. Gak mungkin orang tua berani mukul anaknya sendiri, lagian kalo di pukul mungkin dia ada salah. "

"Jaman sekarang ya, banyak banget gue liat kasus orang tua mukul anaknya, padahal cuma masalah sepele. Buktinya temen gue tuh, dia gak salah aja di pukul. "

"Ada ya orang tua kek gitu, alhamdulillah sih orang tua gue gak pernah main tangan. Tapi omongan nya pedes kayak orang habis makan cabe"

"Haha ternyata gue gak sendiri. Kadang suka sakit hati dengar ucapan orang tua yang nyelekit. Kalo gak nyakitin fisik ya nyakitin hati. "

"Hem bener. Eh gue pikir-pikir setelah li ngomong tadi buat gue percaya kalo Aya tu di pukulin mak, bapaknya. Soalnya setiap gue liat dia dateng pasti ada aja bekas lukanya, noh tadi contohnya, perban di kepalanya dia"

"Iya sih, gue harap apa yang kita pikirkan sekarang ini gak bener ya. Kasian juga kalo Aya di gituin, gue kalo ngeliat mukanya dia tu kek kasian banget, kek apa ya"

"Ih sama, ngeliat mukanya dia aja pen nangis gue kadang, apalagi pas mergokin dia nangis di belakang"

"Masa? Lo liat dia nangis kapan? Kenapa? "

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang