53.

2.1K 79 1
                                    

🍂🍂🍂

Typo bertebaran..

***

"Tekor gue, walaupun lima puluh ribu, tapi tetap berharga bagi gue. Ih, itu bisa buat gue beli nasi kuning sepuluh bungkus, itupun masih ada kembalian nya. " Keluh marthin memgehela nafas panjang.

Ferdo terkekeh kecil. "Ya lagian, siapa yang ngajak taruhan, udah tau dirinya bakalan kalah. " Ujarnya.

"Nggak lagi deh gue taruhan begitu, trauma sumpah. "

"Ay, makasih ya, lo udah mau maafin gue dan nerima gue sebagai temen lo. Padahal dulu due jahat banget sama lo. " Ujar malisca duduk bersama aya di atas ranjang.

Aya tersenyum simpul, sejujurnya, aya masih tak menyangka jika malisca akan menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada dirinya. Karena dulu, malisca tampak sangat membenci dirinya sampai aya pikir, tak akan ada adegan seperti ini.

"Kalo dulu, ya dulu. Sekarang kita udah jadi temen, jadi kamu nggak boleh lagi ngungkit semua itu. Kalo di ungkit, cuma buat pertemanan kita jadi canggung,kan" Balas aya.

"Makasih ya, ay. Lo bener-bener baik banget"
Puji malisca tak bisa lagi mengungkapkan kebaikan aya.

Aya hanya terkekeh geli. Kemudian ia melirik ke arah bunda yang sedang berbicara dengan arkana. Entah, aya tak tau apa yang mereka bicarakan. Tadi, aya sudah memberitahukan kepada bunda, kalau arkana itu adalah anta yang dulu sering bermain dengan dirinya.

Lalu, ia beralih ke arah sagara yang juga menatapnya sambil tersenyum. Melihat senyum sagara membuat aya menjadi salting, lesung pipit di pipinya membuat aya semakin gemas ingin mencubit nya.

Karena tak tahan, aya kembali beralih kepada malisca. "Kamu suka ya, sama Regan? " Tanya tiba-tiba.

Yang di tanya itu hanya senyam-senyum sendiri, salting. "Aha, jam di tanya gitu dong. Kan gue jadi salting, ay. "

Aya terkekek. "Ini beneran suka, kah? " Tanya nya lagi.

Kemudian, malisca mengangguk malu-malu. "Iya, hihi. "

Mendengar jawaban malisca membuat tawa aya pecah seketika, di tambah wajah memerah malisca yang seperti kepiting rebus.

Karena tawa aya yang keras membuat atensi mereka yang ada di sana hanya tertuju padanya. Menatap bingung ke arah aya yang masih terkikik.

Sadar akan tatapan tersebut, tawa aya sedikit mereda, sungguh ia malu. "A-aa, inii, malisca lucu, makanya aku ketawa, hihi. "

Mereka mengangguk mengerti, lalu kembali pada aktivitas masing-masing.

"Ih, kenapa lo ketawa. " Sebal malisca mengerucutkan bibirnya.

"Haha, enggak, lucu aja. Suka dari kapan emangnya? "

Lagi dan lagi, malisca tersipu malu mendapat pertanyaan seperti itu. "Emmm, dari kita kelas dua belas. Hihi. "

Aya tercengang. "Hah? Berarti udah lama? Sekarang kita udah mau lulus, kamu masih suka? Kenapa nggak ungkapin dari dulu? "

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang