35.

1.7K 63 1
                                    

***

Delapan belas tahun yang lalu..

Di sebuah jalan yang sedikit ramai akan para pengendara yang berlalu lalang ke sana kemari. Seorang wanita berusia sembilan belas tersebut berjalan sempoyongan dengan menggendong seorang bayi di dalam dekapannya. Wanita itu terus berjalan walaupun pengelihatan nya sedikit buram.

Bayi tersebut terus saja menangis karena kehausan, wajahnya memerah karena tangis yang tak pernah berhenti. Bayi itu sangat cantik, bulu matanya lentik dan mata yang sangat cantik, cantik sekali.

"Oeekkk!! Oekkk!! " Tangis bayi tersebut meminta susu.

"Iya kak, sebentar lagi kita sampe " Ujar wanita tersebut dengan nada yang terdengar lemah.

"Oeekkk!! Oeekkk!! "

"Cup, cup, cup... Diem ya sayang, jangan nangis terus.. Ibu bingung.. " Ujarnya lagi sambil mempuk-puk bokong anaknya pelan.

"Woy!! Kalo jalan liat liat dong!! Jalan di pinggir! Jangan di tengah-tengah!! " Bentak seorang pengendara melempar satu kotak susu yang masih terisi ke arah wanita tersebut membuat wajahnya dibawahi susu, begitu juga dengan bayi yang ia gendong. Tapi bayi tersebut malah langsung terdiam sambil menjilati bibirnya sendiri.

"Ma-maaf pak"

Wanita tersebut melanjutkan langkanya menuju pusat perbelanjaan yang cukup jauh. Wajah wanita itu sangat cantik, perawakannya juga sangat bagus dan ideal.

"Sabar ya nak. Kaki ibu capek banget.. " Lirihnya menatap sendu sangat anak.

Ia tak tega melihat anaknya yang menangis kehausan sampai meraung-raung seperti tadi. Ia sangat membenci dirinya sendiri karena belum bisa menjadi seorang ibu yang baik, hanya mengurus satu bayi saja ia tak becus. Ia tak mempunyai suami, pekerjaannya selama lima tahun ini adalah sebagai wanita malam. Ia tak memiliki orang tua ataupun keluarga. Jadilah ia mencari uang sendiri untuk bertahan hidup dengan menjadi pela*ur. Sebenernya ia tak ingin memiliki pekerjaan seperti itu, tapi keadaan memaksanya. Ia tak tau ayah kandung dari anak ini saking banyaknya lelaki yang ia ladeni. Sebenarnya ia sudah menduga dari salah satu pelanggan nya yang memang pernah membuat janji dengannya sebelum melakukan hal 'itu'.

Hidup sebatang kara memang tak anak nikmatnya, apalagi harus menjadi seorang ibu sekaligus ayah dari anaknya. Ia tak pernah sekolah, tak ada biaya untuk bersekolah. Jadilah ia hanya menumpang belajar di tempat les orang lain, itupun sering di usir membuatnya harus mencari tempat belajar yang baru lagi.

"Sabar ya nak, ibu minta maaf, ibu belum bisa beliin kamu baju yang bagus kayak anak-anak lain. Besok kalo ibu udah ada uang, pasti ibu beliin ya. Sekarang kita jalan lagi ya buat beliin kamu susu. " Ucapnya lalu kembali berjalan.

"Nina Bobo.. Oh Nina bobo.. Kalau tidak bobo digigit nyamuk.. " Wanita yang bernama Alana tersebut bernyanyi untuk sang anak agar tetap tenang.

"Kamu ini anak ibu satu-satunya, kamu harus jadi orang baik, pinter, penyayang dan nggak sombong ya. Semoga kamu tumbuh jadi anak yang baik-baik ya nak, supaya kamu nggak kayak ibu. Ibu akan berusaha supaya kebutuhan kamu terpenuhi, agar kamu bisa tumbuh jadi perempuan yang cantik, yang disayang banyak orang ya. " Ujarnya sambil menatap jalan yang ramai.

"Kamu harus jadi gadis yang kuat, kamu harus punya mental baja, biar nanti, walaupun mental kamu di serang orang banyak, kamu bisa bertahan biarpun sendiri. Kamu harus tumbuh dengan baik. Jangan jadi orang yang jahat, jangan jadi penghancur kebahagiaan orang ya. Nanti kalo kamu tumbuh dewasa, kamu nggak boleh jadi orang kayak ibu ini. "

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang