50.

2.6K 100 9
                                    

🍂🍂🍂

Typo bertebaran..

***

"

"Semua bukti udah ada di sini kan? Nggak ada yang ketinggalan? " Tanya sagara pada seorang remaja yang terlihat seumuran dengannya.

Laki-laki yang di tanya oleh sagara pun mengangguk. "Udah semua, dari foto, sampai hari tanggal dia ke club itu, semua udah di rekap di sana. " Jawabnya.

Sagara pun mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oke thanks. Gue duluan. " Pamit sagara menepuk beberapa kali pundak laki-laki di depannya.

"Yoi."

Setelah itu, sagara kembali melesatkan motornya menembus keramaian malam ini. Kecepetan yang ia gunakan sudah di atas rata-rata. Suara derum motor sagara yang keras itu mengalihkan atensi para pengendara di sekitarnya.

Karena kecepatan yang sagara gunakan di atas rata-rata membuat dirinya bisa dengan cepat sampai tujuan. Di sinilah ia sekarang, di sebuah caffe mewah paling terkenal di kalangan khalayak ramai.

Sagara membuka helm yang sedari tadi bertengger di kepalanya dengan gaya cool, membenarkan rambut lebat itu menggunakan jemarinya. Lalu turun dari motor dan memasuki caffe mewah tersebut.

Saat sudah masuk, sagara langsung di suguhi pemandangan yang paling ia benci. Pertemuan antara kedua keluarga perempuan dan laki-laki. Dengan langkah terpaksa, kakinya melangkah maju menuju sebuah meja yang sudah ada mamanya dan teman mama. Jangan lupakan wanita cantik yang duduk di sebrang mamanya. Dan juga, ada om Bima di sana.

"Sagara, kesini, nak. Duduk. " Titah mama langsung.

Sagara berdecih pelan, setelahnya, ia memandangi wanita di depannya lalu tersenyum smrik.

Sagara menoleh ke arah sang om, yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu. Sagara mendekatkan telinganya kepada om, lalu om berbisik. "Om sudah berusaha tapi gagal. Kamu coba lagi bujuk mama kamu agar dia luluh. " Bisiknya.

Sagara mengangguk mengerti. Tak berselang lama dari itu, mama membuka suara kembali. Menatap Sagara sambil tersenyum dan tersirat pengharapan penuh di mata beliau.

"Langsung ke intinya saja ya. Sagara, kemarin kemu memang menolak perjodohan ini, dan mama memberikan kamu waktu tiga hari untuk mempertimbangkan semuanya. Sekarang sudah pasti tiga hari, dan sepertinya kamu sudah siapkan jawaban yang mama harapkan. " Ujar mama.

"Apa kamu menerima perjodohan ini, Sagara? " Lanjut mama bertanya.

Kini semuanya terfokus pada Sagara, menunggu jawaban yang mereka harapkan dari mulut Sagara. Melihat semua orang menatapnya, Sagara terkekeh kecil.

"Kalian mau saya menerima perjodohan ini? Baiklah, saya akan terima. " Jawab Sagara membuat semua orang di sini terkaget senang, terkecuali om Bima.

"Kamu beneran terima perjodohan ini kan, nak? " Tanya mama masih tak menyangka.

Sagara mengangguk, tapi terlihat sedang mengejek. "Ya, Sagara akan terima, tapi.. Kalau calon Sagara masih gadis, jika tidak, jawaban Sagara akan tetap seperti yang kemarin. " Jawab Sagara lagi.

Sontak semua kembali terkejut, tapi seperti itu mereka tersenyum senang. Terutama mama dan temannya. Tidak dengan wanita di depan Sagara ini, wajahnya sudah menegang.

"Kamu tidak perlu meragukan keperawanan anak tante, anak tante ini masih bersih, dan tentu masih gadis. Iya kan, nak? " Ujar tante ajeng menatap anaknya bangga.

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang