(END)

4.6K 125 2
                                    

☘️☘️☘️

Typo bertebaran..

***

Di malam harinya, di mana semua orang sudah terlihat sangat kelelahan karena tadi Sore, mereka bermain sepuasnya di pantai yang sangat amat indah. Semua bersenang-senang hari ini. Tapi semuanya belum cukup, ada lagi satu kegiatan yang belum mereka lakukan. Yaitu, bakar-bakar. Bakar rumah, bakar, ahaha enggak deng, bakar ayam, bakar sosis, bakar daging, bakar sate. Semua di bakar, kamu mau di bakar? Becanda elah.

Dan si sinilah mereka berkumpul sekarang, di luar villa, yaitu di tengah-tengah ruangan villa yang melingkar. Mereka duduk Selesehan di atas rumput hijau yang sudah mereka alasi oleh karpet kain. Mereka duduk melingkari tempat bakar-bakar tersebut.

"Eh, ini udah mateng kan? " Tanya regan pada ferdo yang membakar semua bahan.

"Udah,  bawa ke sana. Jangan lo makanin, toil! " Sentak ferdo membuat regan terkaget sampai terjungkal.

"Biasa aja kali, cuma nyicip doang juga. " Gerutunya memegangi mulutnya yang terasa panas.

"Eh, sagara di mana? Dia udah nyiapin semuanya kan? " Bisik ferdo bertanya. Regan pun mengangguk. "Udah, noh di kamar, lagi nyiapin kata-kata. "

"Elah, pake kata-kata, langsung aja, biar cepet"

"Lo ngebet bet keknya liat sagara sama Aya nikah. "

"Ya lo pikir, gue butuh ponakan anjirr. "

Eh, pada ngomongin apa nihh. "Tanya aldo tiba-tiba saja datang.

" Ngomongin setan. Udah sono, ganggu aja lo. "

Aldo mengangguk paham. "Ngomongin Sagara ya? Ketauan.. Btw gue liat-liat, tuh daging gosong deh. " Ujar aldo menyipitkan matanya melihat lebih jelas daging yang di bakar ferdo.

Benar saja, ferdo lupa membalik dagingnya. "Woi, anjing! Lo jangan ngerumpi mulu! Noh liat! Dagingnya gosong tai!! " Sentak aldo membuat ferdo terkaget.

"Anjrittt, lo sih gan! Gosong kan! " Sebal ferdo menyalahkan regan yang sudah melenggang pergi.

Dan bunda ferdo pun menghampiri mereka. "Eh kok gosong sih, kamu gimana sih, nak. Bawa sini! " Kesalnya mengambil alih capitan yang di pegang ferdo.

"Bunda, mahh. Kan ferdo cowok, mana bisa buat beginian. " Balasnya cemberut.

"Cowok-cowok. Bukan karena cowok, kamu seenaknya buat makanan gosong. " Gertak bunda. Aldo menahan tawa mendengarnya.

"Ya kan-

" Udah sana, kamu kasih kakak kamu ini. "Menyerahkan penghangat badan Aya pada ferdo.

Ia pun mengambilnya. "Kakak dimana? "

"Di jonggol! Noh, di sono, duduk sama yang lain. " Ferdo mendengus sebal, kenapa bundanya selalu sensian pada dirinya. Huh.

"Anjirr, di marahin. "

"Kakak ku sayang, kakak ku sayang, ini sweater mu, ini sweater mu. " Ucap ferdo dengan nada sambil menyerahkan sweater lembut tersebut pada Aya.

"Iiii makasihhh. Bunda mana? "

"Tuh." Aya ber-oh ria. Lalu menyapu sekelilingnya, mencari keberadaan Sagara. Sejak tadi, ia tak menemukan sosok itu di sisinya.

"Dek, Sagara di mana? " Tanyanya pada ferdo yang duduk di depannya.
"Nggak tau, mungkin lagi ngising"

Aya mengangguk kecil. Beberapa detik setelah itu, tiba-tiba saja, lampu penerang di sini mati total. Semuanya panik tentunya. Awalnya para perempuan di sini berteriak ketakutan, namun setelahnya, semua hening. Sedangkan Aya masih termangu di tempatnya, memeluk lututnya ketakutan.

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang