36.

1.7K 83 6
                                    

Vote gak? Ayo vote. Udah? Makasih...
🤍

***

Sepulang dari rumah sagara, aya langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dari, karena badannya sangat lengket. Tadi aya pulang di antar oleh Sagara, tapi dalam perjalanan tak ada yang mengeluarkan suara. Aya yang masih sedikit canggung dan mungkin Sagara masih marah karena mendengar kenyataan yang pahit itu.

Setelah selesai mandi, aya ke dapur untuk makan, tadi di rumah Sagara ia hanya memasak makanan untuk zeyan dan Sagara, ia tak ikut, beralasan sudah kenyang nyatanya dia malu. Saat di dapur, aya samar-samar mendengar suara ayah dan seorang wanita di dalam kamar.

Alis aya menyatu bingung, suara wanita itu sangat berbeda dengan suara bundanya, dan jika itu bunda kenapa bisa? Karena bunda dan kedua adiknya sedang berada di rumah nenek atau ibu dari bunda sendiri.

"Itu siapa ya? Apa bunda? Bukannya bunda ada di rumah nenek? Dan kalo bener itu bunda kenapa sita dan laras nggak ikut balik? Apa mereka nginep? " Gumam aya bertanya-tanya.

Aya sudah selesai mengambil makanan, ia beralih mendudukkan diri pada meja makan. Baru saja ingin memasukkan makanan pada mulutnya, lagi-lagi aya mendengar suara yang aneh, suara itu seperti sebuah desahan, tapi aya masih bingung, apakah itu benar-benar berasal dari kamar ayahnya.

"Apa bunda beneran udah pulang ya? " Pikir aya menatap pintu kamar ayah yang memeng berada tak jauh dari meja makan.

Walaupun penasaran, aya tak mau ambil pusing, mungkin itu benar-benar bunda nya. Aya langsung memakan makanannya sampai habis, yapi suara tersebut masih saja terdengar jelas dan tak kunjung berhenti, walau sesekali samar tak terdengar.

Karena penasaran, aya melangkahkan kakinya menuju pintu kamar ayah, jantung aya terasa berdetak kencang saat kakinya ia semakin jelas mendengar suara wanita di dalam kamar. Dan tangan aya tiba-tiba bergetar hebat saat telinganya mendengar nama wanita selain bunda nya di dalam sana.

"M-masshh"

"Se-sebentar lagii syilaa aagghh! "

Suara menjijikkan dari ayahnya dan wanita lain tersebut semakin membuat tubuhnya bergetar, matanya mulai berkaca-kaca. Kepalanya tak bisa berfikir positif kali ini. Ia menutup mulut tak percaya.

Aya masih setia di depan kamar tersebut dengan derai air mata yang jatuh deras membasahi pipi mulusnya. Aya menundukkan kepala, menahan suara tangisnya dengan susah payah.

Beberapa menit kemudian, pintu kamar tersebut terbuka menampilkan sosok ayahnya dengan badan telanjang, hanya menggunakan celana pendek saja.

Aya kembali mendongakkan kepalanya, menatap ayah penuh kecewa, air matanya masih mengalir deras. Sedangkan ayah hanya menatap Aya dingin, seperti tak peduli dengan keadaan anak perempuan nya ini.

"Ayah kenapa harus gini..? " Lirih Aya mencoba menahan suara tangisnya, sungguh dadanya sangat sesak, sangat.

"Kenapa? Kamu nggak perlu ikut campur, kamu nggak ada hak asal kamu tau" Balas ayah dingin dan sedikit ketus.

"Aya ada hak karena Aya anak ayah.. Kenapa ayah--"

"Ingat, kamu bukan anak kandung saya, dan saya tidak akan mau mengakui kamu sebagai anak karena kamu adalah wanita jalang! " Caci ayah begitu menusuk hati Aya, ia bingung kenapa ayahnya selalu menyebut Aya wanita jalang.

Aya menyeka air matanya masih dengan tangan bergetar, malah sekarang tangannya semakin bergetar, hatinya sangat sakit mendengar cacian sang ayah.

"Oke kalo Aya nggak mau nganggap Aya sebagai anak ayah saat ini, Aya terima. Tapi kenapa ayah ngelakuin hal ini sama bunda hah? Salah bunda apa sama ayah sampe ayah tega nyakitin hati dia dari belakang? " Ujar Aya menatap ayahnya nyalang.

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang