Prolog

10.9K 424 4
                                    

Matahari terbit perlahan-lahan, menerangi gedung sekolah dengan cahaya keemasan. Suara burung bernyanyi di pepohonan di sekitar menciptakan suasana yang tenang. Semilir angin lembut sesekali menyapa wajah seperti bisikan alam yang mengatakan bahwa pagi ini adalah awal dari sesuatu yang indah.

Para siswa baru mengenakan seragam rapi dan berkumpul di lapangan sekolah yang luas. Mereka saling berbicara dengan senyum ceria di wajah mereka, sementara panitia dan guru-guru dengan semangat menyambut mereka. Musik terdengar ringan di latar belakang dan menciptakan atmosfer yang santai namun penuh semangat.

Dengan tas sekolah yang menggelantung di pundaknya, seorang gadis dengan seragamnya yang sedikit berantakan bergegas menuruni mobil dengan cepat dan menyalimi tangan ayahnya.

"Ayah, aku udah hampir telat!" Seru gadis itu dengan ekspresi panik.

"Selalu ingat pesan Ayah ya sayang." Lelaki itu mengusap lembut kepala putrinya.

"Iya, aku selalu inget kok. Ya udah aku masuk dulu, Ayah hati-hati ya! Dahh!"

Gadis itu mulai berlari dengan langkah lebar menuju gerbang. Setiap detik terasa berharga, dan ia berdoa agar kali ini Dewi Fortuna berpihak padanya.

Ketika ia akhirnya tiba di gerbang, bel sudah hampir berdentang. Empat orang perempuan di sana menyambutnya dengan ekspresi yang berbeda-beda.

Salah satu perempuan berjalan menghampiri gadis itu yang kini tengah berdiri dengan napas tak beraturan dengan senyum di wajahnya.

"Nama kamu Viera?" Tanyanya.

Viera mengangguk cepat. "Iya Kak."

"Kenapa seragam kamu berantakan?"

Tak memperhatikan perkataan kakak kelas di hadapannya itu, pandangan Viera justru terpaku pada seorang perempuan yang berdiri tepat di samping gerbang dengan tangan yang terlipat di dadanya.

Ekspresinya tenang, namun mata cokelat itu seperti menyimpan misteri yang dalam. Rambut panjang yang bergerak lembut oleh hembusan angin, menciptakan gambaran keindahan yang tak terlupakan.

"Hei, kalo orang nanya itu jawab dong." Ujarnya saat tak mendapat respon apa pun dari Viera.

"E-eh, maaf Kak, tadi saya kesiangan. Di rumah buru-buru banget pake seragamnya, jadi berantakan gini deh." Viera menunjuk dirinya sendiri.

Tiba-tiba seorang perempuan yang barusan Viera perhatikan secara perlahan maju mendekatinya.

"Gak usah sekolah. Pulang aja sana."

Viera sedikit termangu mendengar suaranya. "Maaf Kak, biar saya benerin sekarang."

Viera mulai merapikan seragamnya. Roknya sedikit dinaikkan, ikat pinggangnya diperketat, serta tali sepatu yang sebelumnya terlepas itu kembali diikatkan.

"Viola!" Panggilnya dan mendekatlah satu orang perempuan lagi ke arah mereka.

"Kenapa Len?"

Alena menunjuk Viera menggunakan lirikan matanya.

Perempuan bernama Viola itu tersenyum sebentar sebelum mulai mendekat ke arah Viera. "Permisi ya, biar saya bantu."

Tangan Viola bergerak merapikan kerah baju Viera, memasang ulang dasinya dengan benar, dan membersihkan sedikit noda yang terdapat di seragam bagian punggung gadis itu.

"Topi kerucut kamu mana? Kenapa gak pake itu?" Tanya Viola setelah selesai membantu Viera merapikan seragamnya.

Kini Viera terlihat lebih baik untuk dipandang dibanding sebelumnya.

"Makasih Kak Viola. Tapi maaf sebelumnya, topi kerucut yang mana ya Kak?" Tanya Viera dengan ekspresi kebingungan.

"Loh? Kamu gak tau kalau disuruh buat topi kerucut sesuai kreativitas masing-masing?"

Love Struggle (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang