Chapter 04 - Pantang Menyerah

2.8K 292 0
                                    

Author POV

Malam tiba, kini sudah pukul tujuh malam. Rendy disuruh oleh Bunda Risa memanggil Viera ke kamarnya untuk bersiap makan malam bersama.

Tok tok tok

"Kak, keluar!" Teriak Rendy dari luar kamar Viera. Viera menggeliat dari tidurnya karena teriakan Rendy tersebut.

"Kak!" Rendy masih mengetok-ngetok pintu kamar Viera karena merasa tidak mendapat jawaban.

Karena merasa terganggu dengan suara bising itu, Viera akhirnya terbangun. Perlahan dia membuka matanya, menyesuaikan cahaya lampu dari kamar yang masuk ke bola matanya. Gadis itu menoleh ke arah pintu yang berisik.

"Kak denger gak sih?!" Rendy sepertinya mulai emosi.

"Iya sebentar baru bangun!" Teriak Viera dengan suara serak khas orang bangun tidur. Lalu duduk untuk mengumpulkan nyawa.

"Buruan! Udah ditungguin juga dari tadi." Rendy meninggalkan kamar kakaknya dan kembali ke bawah menuju meja makan.

"Huft.." Terdengar helaan nafas dari gadis itu.

Viera POV

Aku sangat lelah hari ini. Belajar di sekolah dan setelah itu latihan basket, belum tadi sempat dihukum oleh Coach Irfan. Ditambah aku juga tadi melihat Kak Alena, orang yang kusukai dicium oleh orang lain di depan mata kepalaku sendiri.

Lengkap sudah penderitaanku hari ini. Mungkin aku harus bisa melupakan kejadian hari ini agar hal itu tidak terlalu mengganggu pikiranku.

Aku bangun dari duduk dan merapihkan kasurku yang berantakan. Aku berjalan menuju kamar mandi untuk mandi karena ingat kah kalian? Saat pulang tadi aku belum sempat mandi. Tak butuh waktu lama aku selesai mandi lalu segera turun untuk makan malam bersama.

Tap tap tap

Saat masih berjalan di tangga aku dikejutkan oleh keberadaan ayahku yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi.

"Ayahhh!" Teriakku heboh berlari ke arahnya lalu memeluknya. Rasanya rindu sekali walaupun hanya ditinggal sebentar sih. Hehe.

"Eh cantiknya Ayah udah bangun." Katanya dan membalas pelukanku.

"Hehe. Aku kangen sama Ayah!" Aku mengeratkan pelukanku padanya.

"Halah, dasar lebay. Baru juga seminggu Dek-dek, gimana nanti coba kalau setahun." Ledek Bang Revan yang baru keluar dari kamar mandi dan duduk di sebelah Ayah.

"Dih.. situ iri? Mau dipeluk kayak gini juga?"

"Siapa juga yang–"

"Hei, Abang.. Kakak.. kalian berdua ini setiap hari hobinya berantem terus." Lerai Ayah yang sepertinya lelah dengan perdebatanku dan Bang Revan. Ayah memang lebih suka memanggilku dengan Kakak dan Bang Revan dengan Abang, sedangkan Rendy dengan Adek.

"Bang Revan duluan." Aku melepaskan pelukanku dan berganti duduk di sebelah kanan Ayah.

"Kok gue–"

"Eh, Ayah kok tiba-tiba udah sampe di rumah. Gimana ceritanya? Aku gak ngeliat Ayah pulang tuh." Ucapku tersenyum menatap Ayah. Kulirik Bang Revan yang terlihat kesal karena aku memotong ucapannya.

"Ayah pulang tadi sore. Waktu sampe di rumah ayah gak ngeliat Kakak, cuma ada Abang dan Adek aja di ruang tamu," Dia menjeda kalimatnya, menarik nafas sebentar untuk melanjutkan.

"terus Bunda bilang Kakak di kamar, akhirnya Ayah ke kamar Kakak. Tapi pas buka pintu ternyata Kakak lagi tidur, Ayah gak tega bangunin Kakak dan akhirnya Ayah nunggu sampe Kakak bangun deh, makanya Kakak gak liat Ayah pulang."

Love Struggle (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang