Chapter 16 - Viera & Alya

2.1K 214 0
                                    

Viera POV

"Hahaha.. mereka emang selalu gitu ya Om? Lucu banget." Kak Alya terlihat tertawa puas setelah dia mendengar cerita Ayah tentang bagaimana setiap harinya aku, Bang Revan dan Rendy bertengkar karena masalah sepele.

Malam ini aku sedang merasa senang sekali karena kehadiran Kak Alya di rumahku untuk makan malam bersama. Bibirku tak hentinya tersenyum sedari tadi. Setelah cukup lama ini Kak Alya tidak main ke rumah dan akhirnya kali ini dia main lagi ke rumah.

Entah kenapa aku senang sekali jika Kak Alya berkunjung. Bahkan dari tadi yang aku lakukan hanya memeluk lengannya. Aku sudah menganggap dia sebagai kakak kandungku. Dia selalu baik padaku dan hal itu membuatku merasakan bagaimana rasanya mendapatkan perhatian dari seorang kakak.

"Lucu dari mananya sayang? Aku tuh kesel sama mereka, jadi adek tapi susah dibilangin." Ucap Bang Revan yang sedang asik bermain PS bersama Rendy.

Tiba-tiba Kak Alya menoleh ke arahku. "Kamu susah dibilangin De?"

"Nggak Kak, Bang Revan bohong. Aku kan anak baik, jadi aku selalu dengerin apa kata Bang Revan." Jawabku sambil tersenyum meyakinkan Kak Alya. Kudengar Rendy tertawa tidak jelas. Aku langsung melempar bantal ke arahnya.

"Kak Vi yang bohong tuh Kak Alya! Dia itu susah dibilangin tau!" Ucap Rendy dengan volume suara yang cukup keras.

Aku langsung menegakkan badanku. "Heh ngaca! Lo juga jadi adek susah dibilangin! Idihh.. disuruhnya aja susah, ngeluh mulu." Balasku tidak terima.

"Tuh liat aja.. gimana aku nggak emosi kalau liat duo bocil ini setiap hari ribut terus?" Bang Revan melemparkan stik yang dipegangnya lalu dia berjalan mengambil air minum di kulkas. Bang Revan meneguk air tersebut dengan santai sambil bersender di meja makan.

"Info jual adek." Ucapnya santai.

"BANG REVAAAANNNN!!!" Teriakku dan Rendy bersamaan. Aku tertawa melihat Kak Alya menutup kedua telinganya.

"Husshhh! Ada apa sih ini ribut-ribut?"

Aku menoleh ke arah samping dan ternyata Bunda sedang berjalan menuju meja makan sambil membawa banyak sekali makanan dari dapur bersama Bi Elin. Setelah menaruhnya di meja makan Bunda berjalan ke sofa tempat aku dan Kak Alya duduk.

"Kamu tuh ya Vi.. suaranya cempreng banget. Nggak baik tau anak gadis teriak-teriak kayak gitu. Kan bisa bicaranya pelan-pelan." Bunda memperingatiku sambil berkacak pinggang. Aku langsung mengerutkan bibirku.

"Hahaha emang en–"

"Kamu juga sama aja Rendy," Bunda menatap malas ke arah Rendy. "Udah mending kita makan sekarang, Bunda udah masak banyak. Ayo Alya."

"Yang diajak cuma Kak Alya?" Ucapku pelan sambil memperhatikan Bunda yang sedang berjalan ke arah meja makan.

Tiba-tiba aku merasakan cubitan di pipiku. "Semuanya diajak, De. Udah dong mukanya jangan bete gitu, kamu lebih cantik kalau lagi senyum." Kak Alya mengusap-usap pucuk kepalaku.

Segala bentuk perhatian yang Kak Alya berikan kepadaku membuatku merasa nyaman saat berada di dekatnya. Semoga saja Bang Revan dan Kak Alya bisa langgeng hingga ke pernikahan. Dengan begitu aku bisa memiliki kakak ipar rasa kakak kandung. Hehehe.

Tiba-tiba aku kepikiran. Kira-kira nama yang bagus untuk anak mereka nanti siapa ya? Pokoknya nanti harus aesthetic.

"Senyum De, senyum." Aku menarik paksa sudut bibirku ke atas sambil sedikit melebarkan mataku. Setelah itu Kak Alya malah tertawa.

"Ihh serem.. jangan begitu senyumnya. Yang tulus dari hati dong."

"Kak Alya banyak maunya." Aku merubah senyumku menjadi senyuman setulus plus semanis mungkin. Asal kalian tahu ya, Kak Alya pernah bilang kalau senyumanku itu manis lho!

Love Struggle (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang