Chapter 22 - Membaik

1.7K 157 2
                                    

Author's POV

Alena sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya oleh dokter sejak dua hari yang lalu. Setelah menjalani rawat inap selama kurang lebih dua minggu kini kondisi gadis itu sudah menjadi lebih baik. Mama Fani pun ikut senang karena anaknya sudah diperbolehkan pulang ke rumah.

Selama dua hari berada di rumah membuat Alena merasa sangat bosan. Karena kondisinya juga sudah lebih baik, hari ini ia memutuskan untuk pergi ke sekolah. Walaupun masih sedikit susah untuk berjalan karena luka di kakinya itu belum sepenuhnya sembuh.

"Len... kamu beneran mau sekolah hari ini?" Tanya Mama Fani tiba-tiba membuat Alena yang ingin menggendong tas sekolahnya terhenti.

"Iya, Ma. Ini udah pertanyaan keseribu kalinya yang Mama tanyain dari tadi,"

"Mama tanya kamu lagi karena siapa tau kamu berubah pikiran untuk nggak jadi sekolah,"

"Aku kan udah bilang ke Mama, aku bosen Ma di rumah terus. Daripada nggak ada hal apa pun yang bisa aku lakuin di rumah jadi mending aku ke sekolah. Di sana aku bisa belajar biar nggak ketinggalan materi terlalu jauh." Mama Fani menghela nafas dan mengangguk pelan.

Alena memegang tangan mamanya dengan lembut lalu tersenyum. "Ma, aku tau Mama khawatir sama aku. Tapi percaya sama aku Ma, aku pasti bakal baik-baik aja. Lagi pula ada temen-temenku juga kan yang bakal nemenin." Ujar Alena meyakinkan mamanya bahwa dirinya akan baik-baik saja selama di sekolah nanti.

"Udahlah Ma, tidak usah terlalu lebay. Biarkan saja anak kesayanganmu itu sekolah."

Tiba-tiba saja Marvin, yang merupakan sosok Ayah dari Alena berbicara seperti itu sambil berjalan dengan angkuhnya lalu duduk di meja makan.

"Lebay gimana maksud Papa? Alena itu masih sakit, dia belum sepenuhnya sembuh. Gimana kalau nanti dia pusing terus pingsan di sek–"

Tok tok tok

Pintu rumah terbuka dan menampakkan sosok Viola di sana. Ia masuk menghampiri keluarga tersebut dengan pakaian seragam lengkap dengan atribut.

"Pagi Tante, Chiara– loh... ada Om Marvin ternyata, pagi Om." Sapa Viola ramah pada mereka. Sebenarnya dia sedikit terkejut dengan keberadaan Marvin di sini, dia sangat jarang mendapati lelaki itu ada di rumah ini.

"Pagi Viola." Ucap Fani ramah.

Marvin menoleh. "Pagi,"

"Nana berangkat sekolah dulu ya." Alena mengusap kepala Chiara lembut dan setelah itu ia mencium pipinya.

"Nana udah nggak papa, kan? Badannya udah nggak sakit lagi, kan? Janji pulangnya nggak lama, kan?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir mungil Chiara.

"Iya, Ra. Kamu mau ikut ke sekolah Nana nggak?" Tanya Alena iseng. Chiara sontak menggeleng keras dan memeluk lengan mamanya.

"Yaudah kalau gitu Nana berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah, dengerin ucapan Mama." Chiara mengangguk.

Setelah bercipika-cipiki sebentar dengan Mama Fani, Viola izin pamit pada kedua orang tua Alena untuk pergi ke sekolah bersama Alena. Tentu menggunakan mobil Viola.

Alena kini sudah dipercayakan keadaannya selama di sekolah nanti kepada Viola. Gadis itu berpikir dia harus menjalani amanah Mama Fani dengan baik.

***

"Bentar Len, gue bukain."

Viola turun dari mobilnya dan berjalan ke pintu samping membukakan pintu untuk Alena. Mereka berjalan pelan dengan Viola yang membantu memegangi lengan Alena.

Love Struggle (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang