Chapter 07 - Ketiduran

2.6K 262 1
                                    

Viera POV

"Bangun!"

Aku menggeliat di kasur karena suara mendengar suara seseorang. Saat kubuka mataku betapa terkejutnya aku melihat Kak Alena sedang berdiri di depanku. Oh iya aku baru ingat, aku tadi memang sedang berada di kamarnya. Apa aku tadi ketiduran? Mungkin saja.

"Dibangunin dari tadi nggak bangun-bangun."

Aku duduk untuk mengumpulkan nyawa. "Namanya juga orang tidur Kak, nggak kedengeran."

"Itu kuping nggak dibersihin berapa abad? Gue udah dari tadi bangunin lo masih nggak dengar?"

"Maaf Kak.. abis kasurnya empuk sih, jadi tidur aku nyaman."

"Cuci muka buruan Tante Risa nungguin dari tadi katanya mau pulang." Kak Alena membalikkan badannya ingin keluar dari kamar.

Aku menahan tangannya membuat dia berbalik lalu menatapku. Ah sial, aku melupakan hal yang sejak kemarin-kemarin ingin kubicarakan saat bertemu Kak Alena.

"Apa?"

Aku melepaskan tangannya. "Bentar Kak, aku lupa mau ngomong apa." aku mencoba mengingat-ingat kembali. Bisa kulihat dari sudut mataku Kak Alena masih menatapku sambil melipat tangannya di dada.

Oh, aku sudah ingat. Tentang ujian. "Kan sebentar lagi ada ujian semester dan kata Pak Ridwan aku harus dapetin nilai di atas kkm, jadi aku harus belajar buat–"

"Ya udah belajar sana."

Aku menghela napas mendengar Kak Alena memotong ucapanku. "Aku harus belajar buat dapetin itu, tapi ada beberapa materi pelajaran yang belum aku ngerti Kak, di rumahku juga ada dua makhluk pengganggu jadi kalau belajar sendiri di rumah aku nggak ngerti plus nggak bisa konsentrasi." Jelasku panjang lebar. Kak Alena terlihat berpikir atas ucapanku barusan.

Ah iya, tentang hal ini, memang benar aku sudah memikirkannya sejak kemarin-kemarin. Aku kan tahu bahwa Kak Alena pintar, dengan itu aku berpikir jika Kak Alena mengajariku belajar, mungkin saja aku bisa lebih mudah memahami materi pelajaran yang sebelumnya belum kupahami.

"Lo mau gue buat jadi tutor lo?" Tanya Kak Alena tiba-tiba. Oh Tuhan, ternyata Kak Alena peka. Aku mengangguk sambil tersenyum.

"Gak bisa, gue sibuk." Ucapnya lalu kembali berjalan. Aku berdiri dan berlari lalu berhenti di hadapannya membuat Kak Alena menghentikan langkah kakinya, lagi.

"Please?"

"Nggak bisa."

"Hmm.. kalau Kakak mau aku bakal kabulin satu permintaan Kakak." Ucapanku barusan membuat Kak Alena melihatku sambil menaikkan satu alisnya. Kalau gini aku jadi kayak jin dong? Ngabulin permintaan orang.

"Gue bilang nggak bisa ya berarti nggak bisa, kok lo mak–"

"Dua?" Aku masih berusaha membujuknya agar dia mau. Dia hanya diam. Aku langsung mengambil tangannya dan kutautkan pada tanganku.

"Terserah lo."

Kak Alena menarik tangannya dan berjalan meninggalkanku keluar kamar. Hihihi, sikapnya yang jutek padaku membuatku semakin tertantang. Nggak apa-apa deh ditinggal, yang penting aku senang sekarang.

Aku bergegas merapikan kasur Kak Alena yang sedikit berantakan karena aku tiduri tadi, gini-gini aku juga tau diri. Saat sudah selesai aku menuju kamar mandi yang ada di kamar Kak Alena untuk mencuci wajahku sebentar. Langkah kakiku berjalan menuruni tangga untuk menghampiri Bunda, Kak Alena dan Tante Fani.

Tap tap tap

Mereka bertiga menoleh ke arahku. "Gimana tidurnya, nyenyak?" Tanya Bunda membuat Tante Fani tertawa kecil.

Love Struggle (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang