Chapter 41 - Sebuah Perbedaan

2K 164 7
                                    

TRIGGER WARNING ️⚠️⚠️⚠️

PART INI TERDAPAT ADEGAN K3K*R4S4N FISIK, MENTAL, KATA² KASAR, SERTA D4R4H YANG MUNGKIN MENGGANGGU UNTUK SEBAGIAN PEMBACA!
BAGI YANG MERASA TIDAK NYAMAN DENGAN BEBERAPA HAL DI ATAS, TOLONG JANGAN DIBACA! KEBIJAKAN PARA PEMBACA DIHARAPKAN.

***

Author's POV

Di dalam mobil yang meluncur di malam hari, keheningan melingkupi seorang kakak beradik yang sedang duduk berdampingan. Suasana malam ini memberikan kedamaian yang mendalam. Cahaya lampu jalan memancar masuk melalui jendela, menerangi bagian kecil dari ruang yang tenang.

Sorry I call again when you don't pick up
And tell you you're beautiful but probably too much
I tried, but I can't treat ya like the rest of L.A.
Oh, it's just not in my DNA
To love you only halfway

Masih tak ada percakapan sama sekali hingga telah terputar sebuah musik berjudul DNA milik sebuah band asal Los Angeles dengan vokalis bernama Paul Klein, LANY.

Revan melirik ke arah wajah adiknya itu yang mencerminkan gurat kelelahan mendalam. Kantung matanya terlihat besar seperti kurang tidur. Akhirnya Revan membiarkan Viera untuk beristirahat sejenak selagi mereka masih dalam perjalanan menuju ke rumah.

"De, kenapa lo cepet banget gedenya? Perasaan dulu masih minta ditemenin gue kalau mau mandi bola." Monolog Revan dan setelah itu ia terkekeh kecil.

Sebuah mobil Mercedes-Benz GLC selenite grey milik Revan mulai memasuki garasi rumahnya. Revan membangunkan Viera dengan cara halus, namun tak ada respon apa pun dari gadis yang sedari tadi terlelap di dalam mimpinya itu.

Tak lama Reyno keluar dari rumah dan menghampiri mobil Revan. Ia tersenyum mendapati putrinya sedang terlelap di gendongan Revan.

"Revan, biar Ayah yang gendong Viera. Kamu tolong bawakan barang-barang dia ke dalam ya." Ujar Reyno.

Setelah ayahnya masuk, Revan mulai membuka bagasi mobil yang terdapat banyak sekali barang-barang bawaan Viera.

"Emang gak pernah berubah. Kerjaannya selalu aja ngerepotin orang."

Lelaki itu masuk ke dalam dengan tangannya yang penuh. Hingga kehadiran sosok Rendy di depan pintu membuat langkahnya terhenti.

"Ren, bantu bawain barang-barang Kakak di bagasi. Masih ada banyak di sana tuh." Ujar Revan.

"Siap bos!"

Setelah semua barang-barang Viera selesai dibawa masuk, mereka berempat berkumpul di ruang TV. Viera tidak ikut karena tadi Reyno langsung membawa gadis itu ke kamarnya agar dia bisa beristirahat dengan lebih nyaman.

"Wih... Kak Vi beli lapis talas banyak banget! Ayah, Rendy mau satu ya!" Ujar lelaki jangkung berusia 14 tahun itu dengan sumringah.

"Iya Nak, ambil semau kamu." Jawab Reyno.

"Kakak beli itu buat Ayah, bukan buat lo De!" Saut Revan.

"Ya ampun Bang Re, ini ada banyak kali Bang! Gak mungkin kan Ayah ngabisin semuanya? Nanti bisa-bisa Ayah diabetes."

"Iya deh, suka hati lo aja."

"Revan, Rendy, sudah-sudah... kalian jangan berisik, nanti Viera terbangun. Tadi dia terlihat sangat kelelahan. Biarkan Viera beristirahat sampai tubuhnya kembali bugar." Tegur Reyno pada kedua anak lelakinya.

"Hmm... anak kesayangan udah pulang, jadi gitu deh." Sindir Rendy. Reyno tak menyahut.

"Bi Elin, tolong ambilkan pisau dan piring di dapur ya," Ujar Risa pada ART-nya.

Love Struggle (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang