Chapter 15 - Teori Evelyn

1.9K 217 0
                                    

Viera POV

"Kiw kiw prikitiw Neng Diva mau ke mana nih Neng?" Goda Deva pada Diva, salah satu siswi IPS empat yang sedang berjalan melewati koridor lantai tiga.

"Apaan sih lo Dev.. dasar cowok genit!" Saut Diva sambil berlalu bersama temannya. Aku dan yang lain sontak tertawa mendengar ucapan Diva barusan.

Saat ini aku dan teman-temanku sedang duduk di kursi panjang yang berada di depan kelas. Sedari tadi yang kami berlima lakukan hanya mengobrol satu sama lain sambil menunggu bel masuk berbunyi.

"Idih kenapa dah tuh cewek sewot mulu bawaannya kalau sama gue?" Tanya Deva.

"Makanya lo jangan godain semua cewek yang lewat sini Dev. Emang enak dikatain genit? Hahaha.." Celetuk Rico yang langsung mendapat jitakan di kepalanya dari Deva.

"Iya dah.. lo kan si paling kul! Mending samperin sana pujaan hati lo itu si Kak Evelyn! Tuh dia lagi jalan di lapangan bareng temen-temennya." Ucap Deva.

Aku yang mendengarnya langsung berjalan menuju pembatas tembok untuk melihat ke arah lapangan. Ternyata benar. Di bawah sana ada Kak Evelyn dan dia bersama Kak Alena, Kak Rachel, serta Kak Viola.

Aku memperhatikan Kak Alena yang sudah berjalan seperti biasanya. Wajahnya pun tidak lagi pucat. Pasti dia sudah sembuh. Kak Alena tersenyum ramah pada beberapa siswa-siswi yang menyapanya selama dia berjalan. Bibirku tersungging melihatnya.

Kira-kira kapan ya dia bisa tersenyum seperti itu juga padaku?

Sudah satu hari berlalu setelah aku mengunjungi rumah Kak Alena untuk menjenguknya. Aku ingat sekali saat aku berkenalan dengan Ara, dia tidak ingin berbicara padaku dan malah berlari ke arah Kak Alena. Mungkin Ara butuh waktu. Lain kali aku akan main lagi ke rumah Kak Alena.

Mataku menyipit ketika melihat Kak Alena berpisah dengan ketiga temannya di bawah tangga. Kak Alena berjalan lurus ke arah perpustakaan. Hehehe. Sepertinya ada kesempatan untuk aku menemuinya.

"Lo kapan tobatnya sih Dev? Nggak liat noh mukanya si Jessica daritadi udah kayak gorila yang mau ngamuk?" Tanya Cinta. Jessi terlihat memukul pundak Cinta kencang sampai dia meringis kesakitan.

"Gorila ngamuk? Lah iya. Tapi apa hubungannya sama gue?" Dasar Deva goblok. Dia ini ternyata tipe cowok yang tidak peka.

"Hahaha.. Deva, Deva, lo nggak tau apa kalau si Jessica itu–"

"Gue itu lagi PMS! Jadi maklum aja kalau muka gue gini. Rico lo jangan ngomong ngadi-ngadi ya!" Jessi dengan wajah sangarnya memotong pembicaraan Rico yang hendak memberi tahu Deva. Rico hanya berdehem saja.

Satu hal yang perlu kalian tahu, Jessi itu tsundere.

Oh iya, karena mereka aku jadi lupa kalau aku ingin menghampiri Kak Alena.

"El! Lo mau ke mana?" Panggil Jessi saat aku baru saja berjalan beberapa langkah.

"Ke bawah bentar." Jawabku tanpa menoleh.

Setelah sampai di lantai dasar aku berjalan menuju arah perpustakaan. Aku tak hentinya tersenyum. Akhirnya ritualku kali ini berjalan dengan lancar tidak seperti hari-hari sebelumnya.

Aku membuka pintu perpustakaan dengan perlahan. Mataku menelusuri seluruh area ruangan ini. Aku menemukan Kak Alena yang sepertinya sedang mencari buku di rak buku yang berjejer. Dengan cepat aku menghampirinya.

"Pagi!"

Kak Alena menoleh ke arahku. Dia tidak menyaut dan malah lanjut berjalan sambil melihat-lihat rak buku. Nyebelin tapi aku suka.

"Pagii!" Aku mengulangi sapaanku sambil mengikutinya.

"Ssttt! Jangan berisik." Kak Alena menaruh jari telunjuknya di bibirku. Aku reflek terdiam sambil memperhatikannya. Setelah aku mengangguk kecil barulah Kak Alena menarik tangannya.

Love Struggle (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang