Chapter 49 (Special) - Bintang Menjadi Saksi

1.1K 119 11
                                    

Spesial dedikasi untuk kamu. Terima kasih karena udah jadi orang pertama yang vote sekaligus comment di chapter sebelumnya. 🥰 

Pls guys, bacanya santai aja ya supaya kalian bisa senyam-senyum sendiri nanti di akhir part. Hehehe. 

Happy reading! ☺️

***

Author's POV

Waktu berlalu dengan perlahan, menciptakan kenangan indah di malam yang tenang ini. Jendela mobil yang sedikit terbuka memberikan angin malam yang sejuk, tetapi kehangatan perasaan di dalam mobil itu lebih menghangatkan hati mereka daripada cuaca di luar.

Cahaya lampu-lampu jalanan yang terang menembus masuk dan menyinari wajah keduanya. Viera dan Alena terlibat dalam percakapan yang penuh canda tawa, sementara lagu-lagu bergenre pop mengalun lembut dari sistem audio mobil.

Ketika mobil melaju melalui jalan raya, pemandangan city light yang memukau menjadi latar belakang sempurna untuk momen mereka. Viera dan Alena merasakan kehangatan emosi satu sama lain. Pandangan mata keduanya mengungkapkan lebih dari kata-kata yang bisa diucapkan.

"Hahahaha... emang menurut lo Rachel segalak itu?" Alena menoleh sekilas ke arah Viera.

"Iya, Len! Sumpah ya, galaknya Kak Rachel itu mirip Bu Garang. Apa jangan-jangan mereka itu anak dan ibu yang terpisah?"

"Bu Garang? Siapa?"

Mulut Viera tertutup rapat-rapat. Ia keceplosan menyebutkan nama panggilannya untuk salah satu guru killer yang kebetulan sangat dekat dengan Alena, Bu Erna.

"Nggak, bukan siapa-siapa." Elaknya.

Alena tersenyum menggoda. "Bu Erna ya?"

Mata Viera melotot. "Kok bisa tau?!"

"Hayo, nanti gue bilangin beliau."

"Yah, jangan gitulah... masa mainnya aduan sih?"

"Panggil nama guru sembarangan itu termasuk perbuatan kurang ajar, lho."

Viera menunduk lesu. Tamatlah riwayatnya jika Alena benar-benar memberitahukan perihal ini kepada Bu Erna. Koneksi antara Bu Erna dan Alena sangat dekat, secara Bu Erna merupakan salah satu guru pembimbing OSIS.

Tapi yang membuat Viera kesal adalah mengapa saat Bu Erna tengah bersama Alena, beliau begitu lembut dan hangat. Sedangkan saat Bu Erna bersama dirinya, alih-alih bersikap seperti itu, tersenyum tipis saja tidak.

Alena melihat ekspresi wajah Viera lewat ujung matanya, dan setelahnya ia tertawa lepas. "Hahahaha! Gue bercanda doang kok, nggak bakal diaduin beneran. Kenapa mukanya gitu, takut?"

"Ya takutlah! Emang siapa yang nggak takut sama Bu Gar- eh, maksudnya Bu Erna?"

"Gue."

Viera menatap Alena malas. "Kalo kamu emang nggak perlu ditanyain lagi. Mau takut juga buat apa? Bu Erna mah nggak pernah marahin kamu."

"Kata siapa nggak pernah? Pernah tuh."

"Kapan coba?"

Alena berpikir. Matanya sesekali melirik ke samping dimana Viera tengah menatapnya. "Waktu acara MPLS angkatan lo. Beliau marahin gue karena katanya saat itu muka gue terlalu jutek ke semua peserta didik baru."

"ASTAGA BU GARANG BENER BANGET! Aku setuju sih sama perkataan dia. Ya ampun Alena, muka kamu waktu itu tuh kayak mbak-mbak kasir yang lagi nggak mood ngelayanin dan berujung ngejutekin pelanggan!"

Mendengar perkataan jujur Viera, Alena lantas tertawa terpingkal-pingkal.

"Biasa aja ah, lagi pula gue nggak ngerasa gitu kok."

Love Struggle (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang