Author's POV
Kriiinggg! Kriiinggg!
Pagi hari yang tidak terlalu cerah di hari Selasa. Bunyi suara bel masuk terdengar nyaring di telinga murid-murid. Mereka semua yang berada di luar kelas pun sontak bergegas memasuki kelas karena jam pelajaran pertama akan segera dimulai.
Duduk melamun di bangku panjang depan kelas sembari menatap kosong ke arah ujung koridor dengan tangan yang terlipat di perut, itulah yang sedang dilakukan Viera saat ini.
"El, woi! Heh budeg! Udah masuk noh!" Jessica menepuk pundak Viera pelan.
Entah apa yang sedang dipikirkan Viera hingga wajah gadis itu terlihat lesu dan seperti tak semangat bersekolah. Seragam yang dikenakannya sangat berantakan dan tidak memakai atribut dasi serta gesper. Wajah yang biasanya selalu menunjukkan senyum ceria serta tawa lepas itu kini hanya terlihat datar.
"Duluan Jes, gue masih mau duduk di sini." Jawab Viera tanpa melihat Jessica.
"Ya udah, tiati aja pantat semok lo gempor dari pas dateng langsung duduk di situ." Jessica bergegas memasuki kelas seorang diri. Viera yang mendengarnya sontak mendelik sebal.
Harus banget apa disebut, pantat semok?!
Kini suasana koridor lantai tiga sudah menjadi sangat sepi dan meninggalkan Viera seorang diri di sana. Entahlah, dirinya hanya butuh suasana yang tenang dan tidak bising. Hingga tak lama kemudian telinga Viera menangkap suara dua orang yang sedang mengobrol.
"Orang tuamu bilang ke Bapak kalau mereka akan langsung pergi bekerja setelah mengurus berkas-berkas kepindahanmu di ruang kepsek. Bapak harap kamu bisa belajar dari kesalahanmu sebelumnya. Berhenti berbuat onar dan belajarlah dengan serius agar orang tuamu tidak perlu repot memindahkan anaknya ke sekolah baru lagi,"
"Mereka emang selalu gitu, Pak. Hidupnya selalu kerja, kerja, dan kerja. Anak kandungnya sendiri pun gak pernah diperhatiin sama sekali. Biarin aja saya bikin onar lagi di sekolah ini biar saya di-do dan mereka kerepotan cari sekolah baru buat saya. Bahkan kalo perlu saya gak usah lanjut sekolah,"
"Husshh! Kamu gak boleh ngomong seperti itu. Orang tua kamu seperti itu karena mereka sayang dan peduli sama kamu. Mereka gak mau anaknya merasa kekurangan dan dengan bekerjalah mereka bisa memenuhi kebutuhan kamu, Nak,"
"Tapi nyatanya saya gak bahagia dengan semua itu, Pak. Yang saya butuhin sedari dulu itu bukan uang dan fasilitas dari mereka, tapi perhatian dan kasih sayang mereka."
Mata Viera menyipit saat mendapati Pak Ridwan, wali kelasnya, sedang berjalan menuju ke arahnya bersama seorang lelaki asing yang tengah memakai seragam sekolahnya. Lelaki tinggi yang memakai piercing di telinga, serta tato nama GEORGENO dengan bentuk vertikal di leher bagian samping.
Garis rahang yang tegas dan goresan miring di alis, serta tatapan datarnya yang seperti preman pasar membuat lelaki itu terlihat menarik namun sekaligus menakutkan. Ditambah cara jalan dan tangan kekarnya yang sengaja ia masukkan ke dalam saku celana jelas makin membuat aura menakutkan lelaki itu semakin terpancar.
Viera langsung bergidik ngeri melihat lelaki itu.
"Loh, Viera... kenapa kamu masih di luar? Bel masuk sudah bunyi dari tadi, Nak." Ujar Pak Ridwan dengan alis terangkat sebelah saat sudah berada tepat di depan bangku panjang yang Viera duduki.
Dengan senyum bodohnya Viera perlahan berdiri lalu berkata, "Dari tadi saya juga denger kali Pak. Tapi saya sebagai murid yang setia makanya nungguin Bapak dateng."
Pak Ridwan terlihat tidak percaya. Tidak biasanya Viera seperti ini. Anak muridnya satu ini sungguh aneh.
"Ya sudah, terus kenapa seragam kamu berantakan seperti ini? Sangat amat tidak mencerminkan seorang pelajar yang baik," Ujar Pak Ridwan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Struggle (GxG)
Teen Fiction𝐒𝐲𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬 Cinta pada pandangan pertama. Apakah ini cinta nyata, atau hanya sebatas kagum akan sosoknya? El Viera Ardhinata. Seorang gadis periang dan ceria yang tanpa sengaja bertemu dan berujung memiliki ketertarikan pada salah satu kakak ke...