03. In The Darkness

17.2K 1.7K 45
                                    

Note:
Cerita ini hanya fiktif. Nama lokasi yang digunakan juga fiktif dengan penjabaran pemandangan yang didasarkan pada tempat nyata.

Selamat membaca.

...

Langit yang sejak siang kelabu tertutup awan dan berkabut semakin gelap. Suara jangkrik dan kodok menjadi latar petang.

Listrik masih menyala. Maka Ola memanfaatkannya untuk mengisi daya baterai ponsel juga laptopnya. Setidaknya dua barang elektronik itu bisa menemani kesunyian malam di desa.

Udara pun semakin terasa dingin. Sementara Ola hanya punya baju hangat yang tidak seberapa tebal. Tadinya ia pikir, udara tidak akan terlalu dingin karena bukan di atas gunung. Namun ia salah, sebab desa lembah tetap saja berada di dataran tinggi serta dilingkupi gunung dan perbukitan.

Tiba-tiba listrik mati tepat setelah adzan maghrib selesai berkumandang.

Ini kali pertama ia berada dalam kegelapan yang pekat. Sekitarnya juga sunyi dan suasana menjadi begitu mengerikan.

Mati listrik di perkotaan tidak segelap ini. Suara bising kendaraan juga masih bisa membuat diri Ola tenang.

Untungnya, ia masih punya sumber cahaya dari ponsel.

Tetap saja, gadis itu merasa ngeri sendiri di tengah kegelapan. Sejujurnya ia takut.

Ragu-ragu gadis itu berjalan dan menyibak gorden yang menutupi jendela depan. Siapa tahu di rumah seberang, rumah Pak Jono, ada orang.

Sayang, rumah itu gelap gulita. Mungkin Pak Jono sedang keluar.

Dengan cepat gadis itu menutup gorden dan menjauh dari pintu. Imajinasi liarnya tentang hal-hal horor mulai menghantui.

Kondisi saat ini memang pas sekali menjadi latar cerita horor dan thriller. Seketika bulu kuduk Ola merinding.

Mencekamnya suasana diperparah dengan suara guntur. Hujan pun menyusul, turun dengan deras. Udara yang sudah dingin, semakin menusuk kulit.

Ola masuk kamar dan menyelimuti dirinya. Gadis itu memutuskan untuk membuka media sosial untuk membunuh waktu.

Sayang, sinyal internetnya terganggu. Sulit untuk Ola membuka akun media sosialnya.

"Hari ini emang gue nggak beruntung."

Berawal dari insiden mobil yang hampir membuat nyawanya melayang. Kemudian mengetahui fakta bahwa lelaki yang membuatnya patah hati ternyata pemilik rumah yang ia kontrak. Setelah itu mati listrik dan hujan lebat.

Suara petir menyambar kembali terdengar. Kesunyian itu menjadi semarak dengan turunnya hujan.

Apalagi yang akan Ola alami?

"Sial, gue laper."

Gadis itu bisa mendengar suara perutnya yang berdemo. Tapi gadis itu tidak punya makanan apa-apa. Sekedar mie instan juga nihil.

Pagi tadi saat berangkat ke bandara, ia hanya makan sepotong sandwich. Sampai di Desa Lembah harus sibuk ikut rapat.

Di rumah, ia sibuk menata pakaian ke dalam lemari. Ola bahkan sempat tertidur sebentar karena lelah.

Kini, hujan di luar semakin deras diikuti angin kencang. Suara ranting pohon yang bergesekan terdengar seram bagi gadis itu.

Mata Ola terpejam. Ia berusaha tidur. Hanya saja susah, sebab ia merasa sangat sesak jika berada di kegelapan.

Tok tok

Suara ketukan itu terdengar dari arah jendela. Sangat tidak biasa. Ia jadi membayangkan hal mengerikan lainnya.

Imperfect Perfection (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang