Javas keluar kamar mandi sambil menggosok rambut pendeknya dengan handuk. Seketika itu, tatapan mata para lelaki di dalam kamar tertuju padanya.
Beberapa seperti Bang Yuda dan Juan mengulum senyum saat menatap ke arah Javas. Sementara Wira memicingkan kepala dan mengerutkan keningnya. Dendra, hanya menatap datar.
"Pada kenapa sih?" Tanya lelaki itu.
"Cie... habis confess," goda Juan.
"I think I like you, Mbak Ola." Ujar Bang Yuda sambil menatap Juan. Seolah itu yang tadi dilakukan oleh Javas.
"Kamu betulan confess? Seorang Javas?" Tampaknya Wira masih tidak percaya.
"Ola emang gitu. Suka bikin orang jadi confess ke dia. Tapi habis itu dipentalin dengan kalimat, maaf saya mau fokus belajar." Cerocos Dendra. Kelihatannya ucapan tersebut menyeruak dari dalam hati.
"Gimana-gimana?" Atensi Juan beralih pada Dendra yang duduk bersila di dekat jendela kamar.
"Maksudnya, dulu kamu pernah confess ke Mbak Ola juga?" Sambung Wira. Kemudian ia menutup mulut.
"Wah, cinta segitiga." Gumam Yuda.
"Jadi cewek yang waktu itu..." tanggap Javas.
Iya, saat kuliah dulu Dendra pernah cerita naksir dengan teman sekelasnya. Tapi segan, karena temannya ini tidak banyak bicara.
"Luar biasa!" Seru Juan dengan heboh. "Ini harus ditulis sama Cherry. Dia kan jago banget bikin cerita begini. Biar diunggah ke aplikasi Oren."
"Juan, tenang." Yuda menepuk punggung temannya itu.
"Itu masa lalu. Sekarang udah nggak gitu." Dendra mengklarifikasi.
"Beneran, nggak ada sisa-sisa rasa ke dia?" Tanya Javas. Nada bicaranya begitu dingin.
"Easy man! Enggaklah." Dendra meyakinkan.
Javas adalah tipe lelaki penuh percaya diri. Mungkin karena sejak kecil, orang tuanya mengajarkan ia agar mencintai diri sendiri. Namun, sepanjang hidup Javas, hanya ada satu orang yang mampu membuatnya minder. Iya, Dendra.
Ini bukan soal tampang, karena hal itu penilaiannya sesuai selera. Tapi dipandang pertana kali pun, Dendra juga sangat tampan. Pembawaannya juga bersahabat, lalu sangat pintar berkomunikasi.
"Tenang, Jav. Si Dendra udah punya cemceman yang harus dia perjuangkan," ucap Wira.
Meski Dendra lebih tua, tapi Javas dan Wira memanggilnya tanpa embel-embel Bang atau Mas karena mereka terus sekelas sejak TK. Kecuali waktu kuliah, karena memang beda kampus dan jurusan. Javas dan Wira terlalu cepat sekolahnya, jadi begitulah.
"Terus, habis ini rencananya gimana? Kalian pacaran?" Tanya Yuda.
Biasanya kalau sudah begini, pasti mereka akan jadi pasangan kan?
"Nggak tau. Aku baru bilang suka aja. Maknanya kan nggak harus karena romansa." Kilah Javas.
"Udahalah capek banget sama dia. Cemburu sama Dendra, tapi masih denial." Juan menggelengkan kepala.
"Aku juga suka Cherry sebagai teman. Bisa begitu juga kan ke Mbak Ola?" Javas masih bersikukuh.
"Lempar aja dia lagi ke kolam," ujar Dendra yang jengkel.
.
.
.Senyum Cherry mengembang lebar. Matanya tertuju pada Ola yang sedang rebahan di kasur. Ia berlari kecil dan ikut merebahkan diri di sebelah Ola kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Perfection (Complete)
RomanceJatuh cinta dan patah hati di hari yang sama. Itu adalah pengalaman hidup Ola yang sulit ia lupakan. Bahkan gadis itu bersumpah tidak ingin lagi bertemu orang yang membuat hatinya dibolak-balik dalam sehari itu. Siapa sangka mereka kembali bertemu...