06. Suspicious

17.2K 1.6K 58
                                    

Waktu bergulir dengan cepat. Pagi Ola yang penuh drama, kini berganti siang dalam kegabutan. Ia tidak punya televisi. Sambungan internet juga terbatas. Gadis itu sedang menghemat kuota, jadi tidak bisa asal streaming.

Gadis itu akhirnya merenung sambil menatap pemandangan dari jendela kamarnya.

Bukit yang tidak jauh dari rumah itu tampak diselimuti awan. Ladang yang terbentang di dekatnya begitu hijau menyegarkan mata.

Alih-alih menyalakan musik, gadis itu memilih untuk menikmati nyanyian jangkrik. Memang agak memekakan telinga, tapi baginya, itu cocok untuk backsound yang mengiringi pemandangan di depannya. Natural.

Namun suara mesin mobil dari luar rumah seperti merusak segala kenaturalan yang sedang Ola nikmati.

Gadis itu mendengus sebal. Kemudian memeriksa siapa gerangan orang yang menghentikan mobilnya di depan rumah.

Ola berjalan pelan dan mengintip dari jendela sebelah pintu masuk. Ternyata ia mengenali mobil itu. Mobil jeep yang membawanya dengan selamat sampai Desa Lembah.

Mesin mobil kini mati. Seseorang keluar dari bagian pengemudi. Sontak saja senyum Ola mengembang karena mengenali lelaki yang berjalan masuk ke halaman rumah.

"Wir..." ucapan terputus. Gerakannya membuka pintu juga urung.

Mata bulat Ola semakin lebar tatkala sosok Javas menyambut kedatangan Wira dengan pelukan disusul cubitan di pipi yang Javas lakukan pada Wira.

Ingatan gadis itu terputar lagi. Ia dengan jelas ingat kalau Wira bilang, Javas itu memang suka cuek dengan wanita yang seusianya.

"Apa jangan-jangan..." mata gadis itu memicing. Ia melihat Wira dan Javas kini masuk ke dalam rumah sambil berangkulan.

"Wah... dunia emang udah tua." Gadis itu menggumam sambil menggelengkan kepalanya.

Ia pun terduduk di sofa. Atensinya tertuju pada jendela yang mengarah ke rumah sebelah.

"Kalau semua cowok ganteng doyannya yang ganteng juga, gue bisa-bisa nggak kebagian dong," gumamnya.

Gadis itu kembali menghela napas dengan kasar. Tepat setelahnya ia mendengar pintu di ketuk.

Takut kalau-kalau itu ulah orang gila usil, ia pun mengintip dan...

Ola langsung membuka pintu sambil tersenyum menyambut tamunya. Pak Jono.

"Maaf nih, Bu Ola," ujar Pak Jono.

"Ada apa ya, Pak?" Tanya Ola.

Senyum Pak Jono merekah. Lalu menyerahkan sebuah kunci.

"Saya titip rumah. Saya harus balik ke kota. Istri saya udah mau melahirkan."

"Oh, iya pak. Selamat ya," ucap gadis itu dengan tulus.

Raut wajah Pak Jono juga berseri, mungkin karena sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.

Ah... beruntung sekali yang jadi istri Pak Jono ini. Orangnya baik dan aura positifnya sangat terasa.

"Saya titip rumah ya, Bu." Pamit lelaki itu. Kemudian berlari kecil keluar halaman. Setelah iti naik ke atas motor dan melajukannya perlahan.

"Ehem!" Deheman dari rumah sebelah. Siapa lagi kalau bukan Javas pelakunya.

Lelaki itu tidak sendiri. Ia berdiri di teras rumahnya bersebelahan dengan Wira yang sibuk mengetik di ponsel.

"Hai, Mas Wira!" Sapa Ola. Mengabaikan keberadaan Javas.

Imperfect Perfection (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang