57. Imperfect Perfection

17.5K 1.1K 101
                                    

Mobil itu terus melaju di jalanan beraspal mulus namun penuh kelokan dan tanjakan. Deretan rumah yang berdiri di sisi kiri dan kanan jalan semakin jarang. Lalu pemandangan berganti dengan hutan berpohon lebat.

Cahaya mentari sampai tertutupi rindangnya pohon. Belum lagi kabut tipis menghiasi udara di luar sana.

"Kok serem sih, La?" Cicit mama ketika melihat ke arah luar jendela. "Hutannya lebat banget."

Ola terkekeh, "tapi bagus kan? Sulur pohonnya udah kayak di hutannya Tarzan, Ma."

"Ih kamu ada-ada aja. Ini tuh serem ya... kok bisa sih kamu waktu itu tinggal di tempat antah berantah gini?" Mama tidak sangat tidak setuju dengan Ola yang menganggap pemandangan di luar sana indah.

"Tante belum lihat aja desanya gimana," itu suara dari arah pengemudi.

"Betul," sahut penumpang lain yang duduk di kursi depan.

Mereka adalah Yuda dan Juan yang didaulat untuk menjemput dan mengantarkan Ola beserta sang mama ke Desa Lembah.

Iya, gadis itu kembali lagi ke desa tersebut setelah enam bulan sebelumnya berkunjung secara mendadak bersama Javas.

"Sebagus apa sih? Ola nggak pernah lihatin foto-fotonya karena dia hapus-hapusin. Eh, sekarang malah balik lagi."

"Ma..."

Juan terkikik. Sementara Yuda yang sedang menyetir hanya menyunggingkan senyuman khasnya.

"Lucu nih si tante. Cocok jadi mama aku. Mau adopsi aku jadi anak ke dua nggak?" Tukas Juan bercanda.

"Wah... dengan senang hati. Juan ini anak impian loh."

Sejak kedatangan dua wanita itu, memang Juan bersikap sangat ramah dan tidak segan melontarkan celetukan lucu. Jadi, mama yang tadinya khawatir akan canggung dengan orang-orang baru malah terlihat sangat nyaman dengan lelaki itu.

"Kabutnya lumayan tebal," komentar Yuda kala kabut terus turun dan membuat jarak pandang memendek.

"Kita berhenti dulu aja kalau emang membahayakan," saran Ola.

Jujur, ia teringat dengan kejadian lalu saat untuk pertama kalinya gadis itu bertemu kembali dengan Javas.

Kalau saja saat itu Ola tidak selamat, ia tidak bisa membayangkan bagaimana hidup mama. Sudah pasti sebatang kara, dan dirinya belum berkesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan sang mama.

Mobil Pajero hitam itu menepi. Beberapa kendaraan di belakang mereka juga mengikuti mereka. Mungkin karena memang jarak pandang yang pendek sepertinya cukup menyulitkan.

"Kenapa kabutnya setebal ini?" Tanya mama lagi.

"Musim hujan, Tante," jawab Yuda.

"Lah... terus acara Ola sama Javas gimana kalau hujan?" Mama tampak khawatir. "Tau gitu di gedung aja. Ngapain sih jauh-jauh sampai sini?"

"Mama nggak boleh protes. Katanya menyerahkan segala keputusan ke Ola sama Mas Javas?" Ola mengingatkan.

Seketika, mama terdiam. Pasti ingat dengan ucapannya tempo hari ketika Papa dan Mama Javas mengunjungi mereka lagi untuk melamar Ola secara resmi.

Benar sekali. Tidak lama lagi Ola dan Javas akan menjalin hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Tanggal dan bulan mereka tentukan sesuai dengan jadwal libur Javas yang mepet.

"Jalan lagi ya, kabutnya menipis." Yuda kembali melajukan mobil di jalanan lengang di tengah hutan lindung.

Benar saja, kabut perlahan hilang. Mobil pun bisa melalui jalanan hutan dan naik untuk melewati bukit menuju Desa Lembah.

Imperfect Perfection (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang