Bonus: Expanding

16.1K 1.1K 53
                                    

Sayup-sayup terdengar suara hujan mengguyur bumi. Bau tanah kering yang tiba-tiba basah, terhirup oleh Ola.

Wanita itu tersenyum melihat hujan penuh berkah itu akhirnya datang setelah kemarau panjang mendera. Udara juga terasa lebih segar dan Ola suka sekali dengan suasana ini.

Ia menarik napas dalam-dalam. Kemudian menghembuskannya perlahan. Setelah itu, menutup laptopnya.

Ola beranjak, ia keluar kamar dan mendapati rumah masih kosong. Javas belum pulang dari rumah sakit. Sementara beberapa bulan lalu, Mama memutuskan untuk tinggal bersama kakaknya saja, saling menemani di hari tua.

Rumah besar dengan dua lantai itu pun jadi semakin sunyi. Terkadang, Ola tidak bisa membendung rasa kesepiannya. Tak jarang ia menangis sendiri sambil menatap layar laptopnya.

Orang-orang bilang, mungkin Ola dab Javas sudah saatnya punya anak. Apalagi adik-adik Javas sudah lebih dulu memberikan cucu untuk orang tuanya.

Meskipun Javas tidak pernah membahas soal ini, Ola tahu kalau rasa kebapakan lelaki itu sudah membuncah. Terutama saat para keponakan atau bahkan Lily datang ke rumah.

"Apa ada yang salah sama aku?" Ucapnya berulang kali.

Tidak ada yang salah sebenarnya. Baik Ola maupun Javas sama-sama sehat. Memang belum rezekinya saja. Begitu yang sering Mama Kia bilang tiap kali Ola mencurahkan isi hatinya.

"Assalamualaikum!" Javas membuka pintu.

Lelaki itu masuk rumah sambil mengibaskan pakaian basahnya.

"Kok bisa basah?" Tanya Ola. Ia cepat-cepat mengambil handuk untuk sang suami.

"Iya, aku naik ojek. Mobilnya mogok pas mau pulang tadi," jawab Javas.

"Kamu cepet mandi sama ganti baju. Aku buatin teh madu, sama siapin makan." Ola segera menuju dapur.

Hari ini, ia masak cream soup dengan isian ayam dan jagung. Wanita itu juga memanggang roti sebagai pelengkap makanannya.

Sebetulnya sup itu hanya untuk makanan selingan di sore hari. Jika malamnya lapar lagi, ia tidak pernah keberatan untuk masak menu lainnya. Tidak jarang juga Javas yang memasak untuk makan malam mereka.

Hujan di luar sana semakin deras disertai angin kencang. Menurut laporan BMKG, hujan badai akan mendera daerah tempat tingga Ola dan Javas selama beberapa minggu ke depan.

Dua sejoli itu pun menikmati hari hujan dengan duduk di sofa sambil makan sup serta teh hangat. Keduanya menatap layar televisi yang sedang menayangkan berita.

"Jahat banget sih. Kalau nggak mau punya anak harusnya jangan dibuang gitu. Ditinggal di panti kek, atau tinggal di rumah sakit gitu," gerutu Ola saat melihat berita tentang penemuan jasad bayi di pinggir sungai.

Javas mengangguk setuju. Lelaki itu juga sering geram dengan kelakuan orang-orang yang sangat tidak bertanggung jawab dengan anak-anak mereka.

"Tadi pagi, ada bayi baru aja lahir yang dibawa ke IGD. Tukang sapu jalanan nemuin di dekat Mushola taman kota." Javas bercerita.

"Terus, bayinya gimana?" Ola penasaran.

"Sekarang ada di NICU. Tadi sempat susah napas gitu pas dibawa. Bayinya kecil, masih ada bercak darah sama ari-ari yang nempel."

Mata Ola berkaca-kaca. Ia sama sekali tidak bisa membayangkan betapa rapuhnya bayi itu.

"Orang tuanya udah ditemuin?" Tanya wanita itu lagi.

"Belum." Javas menggeleng.

"Nasib bayi itu selanjutnya gimana?"

"Kemungkinan dibawa dinas sosial. Selama dibawah asuhan dinas sosial, mereka juga carikan orang tua angkat untuk anak itu," tutur Javas.

Sebuah ide terlintas di kepala Ola. Ia menatap suaminya sambil tersenyum.

"Kalau kita yang adopsi, bisa nggak ya?" Ungkap wanita itu.

Javas terdiam sesaat. Lelaki itu menatap lekat mata Ola.

"Kamu mau adopsi anak?"

"Tau nggak, aku tuh kesepian di rumah. Aku iri sama istri adik-adik kamu yang selalu seru ceritain tumbuh kembang anaknya. Aku nggak masalah punya anak dari jalan apa pun. Mau dilahirin sendiri, atau adopsi sekalipun." Wanita itu sangat yakin dengan ucapannya.

"Tadi aku sempat kepikiran mau rawat juga. Makanya aku cerita ini. Nggak taunya kamu malah ngide juga." Javas tersenyum lebar.

"Jadi gimana?" Tanya Ola.

"Aku tanya pihak berwenang besok." Putus Javas.

.
.
.

Mata Ola berbinar saat melihat bayi perempuan di dalam inkubator itu. Tubuhnya mungil, tapi wajahnya imut dengan mata yang tampaknya bulat besar.

Javas yang mengajaknya untuk melihat bayi malang itu. Lelaki itu juga sudah bicara dengan pihak berwenang dan disambut baik.

"Kita boleh rawat, tapi untuk urusan dokumen baru bisa diurus setelah kasusnya tuntas. Pihak berwenang juga sekalian ngawasin kita, apa kita layak jadi orang tua anak ini," jelas Javas ketika mereka keluar dari NICU.

"Kita bisa kan ya?" Ola mencari keyakinan dalam diri Javas.

"Semoga kita bisa," kata lelaki itu. Ia menggenggam jemari Ola.

Rasanya sungguh tidak sabar untuk membawa bayi itu ke rumah. Ola bahkan sudah memesan beberapa perkakas bayi. Rencananya ia akan mendekorasi salah satu kamar untuk dijadikan kamar bayi mereka.

"Mas Javas," panggil Ola.

"Ya?"

"Mau kita kasih nama siapa bayinya?" Tanya Ola.

Javas terlihat sedang berpikir. Ia punya beberapa nama yang sengaja disiapkan untuk calon anak-anaknya kelak.

"Shiza?" Ucap Javas.

"Artinya?"

"Hadiah."

Ola berpikir, "Shiza... Shiza... Shiza Beatarisa. Gimana kalau itu namanya?" Ola mengusulkan.

"Bagus banget." Javas setuju.

"Dokter Javas!" Panggilan dari ruang NICU mengalihkan atensi keduanya.

Seorang perawat mendekat, "ayo ketemu langsung sama bayinya."

"Namanya Shiza, Mbak." Javas memberitahu.

Perawat itu mengangguk, lalu Ola dan Javas kembali masuk ke dalam ruangan. Kali ini, Ola berkesempatan untuk menggendong bayi kecil itu.

Wanita itu menangis haru saat menimang bayi cantik itu. Beberapa kali ia menatap Javas yang tersenyum teduh padanya.

"Jangan mewek gitu," kata Javas sambil menyeka air mata Ola.

"Terharu aku tuh," bisiknya.

Shiza menggeliat. Bayi itu tiba-tiba tersenyum dalam tidurnya. Tampak lesung pipi terbentuk saat bayi mungil itu menyunggingkan senyum.

Javas dan Ola saling memandang. Mereka terkekeh saat menyadari bahwa Shiza akan jadi anak ayah nantinya.

Halo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Halo!

Di luar sana lagi hujan, terus kepikiran buat nulis bonus chapter kisah Javas sama Ola. Walau singkat, semoga bisa memuaskan rasa rindu kalian ke mereka ya!

Imperfect Perfection (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang