24. Annoying Topic

12.2K 1.3K 131
                                    

Mulut Ola membuka lebar saat gerbang bambu itu terbuka. Tampak bangunan dengan tembok yang didominasi kayu berdiri kokoh.

Di tengah halamannya terdapat sebuah kolam renang. Tidak terlalu besar, tapi lumayan bisa untuk olahraha renang.

Halaman itu juga tampak asri dengan banyaknya tanaman bunga warna-warni. Juga, ada gazebo yang bisa dipakai duduk-duduk di pinggiran kolam renang.

Masuk ke dalam bangunan tambah membuat Ola takjub. Indah. Begitulah satu kata yang bisa mendeskripsikannya.

"Ini punya Bang Yuda juga. Dia ada usaha kafe sama villa di pulau ini. Ini salah satu punya dia. Dia punya lima villa di sini," jelas Cherry. "Oh iya, kita kamarnya di atas, Mbak."

Cherry lagi dan lagi menarik tangan Ola. Keduanya menaiki tangga menuju kamar atas.

Villa itu punya dua kamar. Untuk para gadis, khusus diberi ruang sendiri di bagian atas. Sementara yang lelaki akan berhimpitan di kamar bawah.

"Wah." Hanya itu yang dapat keluar dari mulut Ola.

Ia belum pernah menginap di villa dengan gaya etnic begini. Beberapa kali memang pernah menginap di villa modern bersama rekan kerjanya dulu. Tapi sekarang, rumah yang ia tempati juga serasa villa.

"Aku seneng banget Mbak Ola ikutan. Jadi aku ada temennya," ucap Cherry. Ia tampak sangat senang dengan keberadaan Ola.

Senyum gadis itu mengembang, "senang juga kenalan sama kamu."

Mereka terkekeh. Kemudian Ola meletakkan ranselnya di rak dekat kamar mandi. Setelah itu merebahkan diri di kasur yang empuk.

"Mbak, mau makan nggak?" Cherry menawarkan.

"Ntr aja," ujar Ola. Ia belum begitu lapar. Rebahan jauh lebih penting karena ia tadi menempuh perjalanan yang lumayan jauh.

"Aku tinggal makan bareng yang lain ya... kayaknya Javas juga mager pergi. Capek katanya," pamit gadis itu sambil memasukkan ponsel yang sejak tadi ia perhatikan layarnya.

Cherry pun pergi. Ia setengah berlari menuruni tangga. Tidak lama, suara derap langkah orang-orang terdengar meninggalkan villa.

Ola menghela napas. Ia beranjak dari kasur. Gadis itu menuju balkon untuk menghirup udara segar. Tepat begitu keluar, ia melihat Javas sedang rebahan di kursi malas dekat kolam renang.

Senyum gadis itu kembali mengembang. Ia menumpukan sikunya di pagar pembatas. Menatap ke arah Javas yang matanya terpejam.

"Sial, dia emang ganteng banget," gumam gadis itu.

Perlahan, mata lelaki itu terbuka. Posisi rebahannya berganti menjadi duduk. Javas menggosok wajah sambil menguap.

"Lagi gitu aja cakep banget," gumam Ola lagi.

Matanya seolah tak berkedip memandangi Javas dari balkon.

Mungkin lelaki itu sadar sedang diperhatikan. Jadi, ia segera menoleh dengan sedikit mendongak hingga tatapan mata mereka bertemu.

"Mbak Ola ngelihatin saya dari tadi?" Tembak Javas.

Ola mengangguk, "soalnya Mas Javas kayak Dugong lagi berjemur. Cuma udah malam aja."

Gadis itu pandai berkilah. Alih-alih terkesiap karena tertangkap basah, ia malah bercanda.

"Saya lapar. Mbak Ola mau ikut cari makanan?" Sepertinya Javas tidak peduli dengan candaan Ola barusan.

"Ikut!" Seru gadis itu. Ia memang tidak lapar meski dari siang belum makan apa-apa. Lebih ke takut juga sendirian di villa itu.

"Sepuluh detik harus sudah siap," ucap Javas. "Satu!"

Imperfect Perfection (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang