56. Resolving The Past

10.5K 1K 64
                                    

Acara sederhana yang hanya dihadiri keluarga dan sahabat dekat itu berlansung dengan hikmat. Semua orang menikmati acaranya dan tampak ikut berbahagia.

Di kala itu, Javas juga dengan lugas mengatakan bahwa Ola adalah calon pendamping hidupnya. Sehingga ujaran menggoda tertuju pada mereka yang hanya dibalas dengan senyuman oleh Javas maupun Ola.

Ola juga baru tahu kalau istri Jovan adalah anak dari kakaknya Mama Kia. Jadi, pantas saja jika acara itu benar-benar berisi keluarga. Sebagian kecil saja yang tidak bisa datang karena ada urusan yang tidak bisa ditinggal.

Namun, kemeriahan acara itu telah berlalu dua minggu lamanya. Ola kini berada di Jogja untuk kembali melakukan rutinitas bekerja. Ada beberapa proyek takarir film yang harus segera ia selesaikan sebelum mengambil pekerjaan di proyek lainnya. Sementara Javas juga harus menyelesaikan tugasnya karena waktu libur telah usai.

Selama dua minggu ini, Ola dan Javas terpaksa menjalani hubungan jarak jauh dengan minim komunikasi. Maklum, Javas bekerja di antah berantah yang jarang ada sinyal. Mereka baru lima kali berkomunikasi dalam dua minggu ini.

Untungnya, Ola adalah gadis yang tidak banyak menuntut. Mungkin juga karena usia yang terlampau matang membuatnya jadi mengerti posisi Javas. Toh, dia juga sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Hanya saja khusus di hari Sabtu nan cerah ini, Ola dibuat pusing oleh mamanya. Semua gara-gara pesan yang dikirim oleh Mama Kia. Katanya, mama dan papa akan datang sore nanti untuk silaturahmi dengan mamanya Ola.

Reaksi Mama Ola sungguh tampak terkejut. Beliau merasa cemas dan tidak siap untuk menghadapi dua orang yang bagi mama masih menyangkut dengan masa lalunya.

Ola paham, itu tidak mudah untuk mama. Bahkan Ola sendiri harus menghilang selama tujuh tahun untuk akhirnya bisa berdamai dengan masa lalu itu.

"Kamu yakin mau terusin ini sama Javas?" Tanya mama ketika mereka sedang menyiapkan hidangan untuk sore nanti.

"Hmmm... belum seratus persen, tapi delapan puluh persennya yakin," jawab Ola.

Gadis itu tidak mau mengklaim keyakinannya akan diri Javas hingga sempurna. Tentu ia juga punya banyak hal yang menjadi pertimbangan untuk melanjutkan hubungan yang sempat terputus cukup lama. Ditambah posisi Javas yang masih harus bekerja di pedalaman hingga akhir tahun nanti.

"Gimana kalau orang tuanya nggak bener-bener nerima kamu karena ada sangkut pautnya sama si jalang?" Mama jelas sekali belum yakin.

Bahu Ola mengedik, "nggak tau, Ma. Tapi mereka selama ini baik kok."

"Ya baik karena di depannya Javas. Apa iya bisa sebaik itu pas anaknya nggak ada? Terus kalau mereka lihat mama, apa mereka nggak berubah pikiran?" Mama terdengar agak ngotot.

Ola meletakkan cangkir teh yang sedang ia lap. Kemudian menatap mama dengan kening mengerut.

"Apa mama juga ada salah sama Mana Kia dan Papa Saka?" Tanyanya penuh curiga.

Sikap mama yang menunjukkan kegelisahan sungguh mengundang curiga. Mungkinkah ada hal lain yang pernah keluarga Ola lakukan pada orang tua Javas di masa lalu?

Mama hanya bisa menunduk. Kemudian menghela napas.

"Gimana ya?" Ujarnya sambil memainkan lap untuk membersihkan piring.

"Ma?"

"Jadi, mama dulu pernah ngejekin mamanya Javas di depan papanya Javas. Waktu itu dia masih jadi pacarnya si jalang," jelas mama.

Hingga detik ini, mama tidak mau menyebut nama tantenya Ola. Alih-alih nama, mama selalu memanggilnya jalang.

"Mama kan suka gitu, nggak heran," tanggap Ola.

Imperfect Perfection (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang