Ola menghela napas keras sesaat setelah sambungan teleponnya dengan Javas terputus. Gadis itu pun langsung meringkuk di atas kasur tipis di kamarnya dan sang nenek dulu.
Kamar itu tidak berubah. Posisi perabotannya dan pakaian neneknya masih berada di tempat semula.
Sepertinya, mama tidak mau repot merapikan barang-barang di rumah. Bahkan saat Ola tadi masuk, kamar mamanya jauh lebih berantakan.
Seisi rumah penuh dengan debu. Mungkin, sudah cukup lama mama juga tidak tinggal di sana.
Kata beberapa tetangga yang Ola temui saat ke warung sore tadi, mama baru seminggu ini di rumah. Tapi pintunya selalu dikunci rapat. Sesekali keluar di malam hari dengan mengendap, seolah sedang bersembunyi.
Iya, memang bersembunyi karena ketahuan menipu serta melarikan banyak uang. Uang-uang itu dipakainya untuk berjudi.
"Aku harus bilang apa ke Javas?" Gumamnya.
Jujur, gadis itu sangat malu dengan keadaan ini. Rasanya tidak pantas jika orang-orang baik seperti keluarga Javas akan berhubungan dengan keluarganya yang carut marut.
Lelah merebahkan diri sejak tadi, gadis itu memutuskan untuk membersihkan debu dan merapikan rumah mungil tersebut.
"Siapa yang mau beli rumah gini kalau dalamnya jelek kan?" Monolognya.
Saat ini, Ola hanya bisa berbicara pada dirinya sendiri. Hal itu semata untuk menghibur serta menguatkan diri. Ia terlalu malu untuk berbagi masalah keluarganya dengan Javas.
Acara bersih-bersih malam ini dimulai dari merapikan kamar mama. Gadis itu membuang sampah-sampah plastik dan minuman beralkohol yang berserakan di lantai. Setelah itu mengepelnya agar wangi.
Selesai dengan kamar mama, ia berpindah ke kamar nenek. Gadis itu mengeluarkan pakaian lama neneknya dari lemari.
"Banyak yang masih bagus. Bisa disumbangin," gumamnya.
Ia mengeluarkan semua isi lemari kayu itu. Bahkan sampai membongkar lacinya.
Sebelum ini, Ola tidak pernah melihat isi lemari nenek. Jadi, ia takjub begitu melihat ada banyak barang-barang lama disimpan.
Ola juga menemukan dua album foto berukuran besar. Sampulnya tampak usang, tapi masih bagus karena dibungkus dalam plastik.
Ia pun mengeluarkan album itu. Kemudian duduk dan membuka salah satunya.
Sebuah foto keluarga terpampang paling depan. Itu foto kakek, nenek, papa, dan tantenya. Di sana, empat orang itu tersenyum lebar. Kakek memakai seragam polisi dengan banyak sekali emblem yang menunjukkan kedudukannya. Sementara Papa Ola memakai seragam serupa, hanya saja tanpa banyak emblem yang menunjukkan pangkatnya.
Dua wanita dalam foto tersenyum manis. Mereka memakai gaun batik senada. Terlihat bagaimana bahagia dan harmonisnya keluarga itu.
Setelah itu, Ola membuka halaman berikutnya. Kali ini, ada foto papa dan mama di hari pernikahan mereka.
Sungguh, mereka begitu serasi dan tersenyum lebar di hari mereka bersatu.
Membuka lembaran lainnya, Ola melihat potret sang tante. Sudah lama sekali sejak ia melihat sosok itu. Entah seperti apa rupanya sekarang.
Gadis tersebut terus membalik tiap halaman hingga tatapannya terpaku. Kening gadis itu mengerut saat melihat potret sang tante yang memakai kebaya dan berdiri berdampingan dengan seorang lelaki tampan.
"Kenapa nggak asing?" Gumamnya.
Ia berusaha mengingat siapa orang itu. Meski rasanya tidak pernah bertemu, tapi tampang itu sungguh familiar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Perfection (Complete)
RomanceJatuh cinta dan patah hati di hari yang sama. Itu adalah pengalaman hidup Ola yang sulit ia lupakan. Bahkan gadis itu bersumpah tidak ingin lagi bertemu orang yang membuat hatinya dibolak-balik dalam sehari itu. Siapa sangka mereka kembali bertemu...