49. Heart to Heart

10.3K 1K 95
                                    

Coffee Shop bernuansa serba kayu itu terlihat cukup ramai di siang menjelang sore ini. Namun, suasanya cukup tenang karena para pengunjung fokus menatap layar laptop mereka. Salah satu pengunjung itu adalah Ola.

Ia begitu serius menatap layar, sementara jemarinya menari lincah di atas keuboard.

"Selesai," katanya setelah menekan Enter untuk menyelesaikan proses akhir dari pekerjaannya hari ini.

Atensi gadis itu kemudian beralih pada pintu kafe yang terbuka. Bunyi gemerincing yang dipasang di pintu membuatnya bisa lebih siap menyambut seseorang yang ditunggunya.

Ekspresi kecewa ia tunjukkan ketika orang asing yang malah masuk kafe.

Sesekali, gadis itu menatap jam yang melingkar di tangannya. Ternyata, belum waktunya. Dia saja yang tiba terlalu cepat dengan dalih menyelesaikan pekerjaan di cafe dengan suasana cozy. Padahal itu hanya bentuk penyangkalan kalau ia menantikan pertemuan ini.

Kring...

Pintu kembali terbuka. Mata Ola pun terkunci di ambang pintu saat orang yang ditunggunya berdiri di sana sejenak.

Mata Ola dan lelaki itu pun saling bertumbuk. Sadar akan posisi Ola berada, lelaki itu pun segera mendekat.

"Udah lama?" Tanya si lelaki.

"Dua jam?" Jawab Ola tidak yakin. "Sekalian nyelesaikan kerjaan."

Sudut bibir kedua orang yang duduk saling berhadapan itu tertarik.

"Mas Javas mau pesan apa?" Gadis itu kembali bicara.

"Saya pesan sendiri aja," kata lelaki itu. Ia pun beranjak dari kursinya dan berjalan menuju konter pemesanan.

Di tempatnya, Ola hanya memandangi punggung lebar itu. Perasaan sedih bercampur senang ia rasakan sekarang.

Sedih, karena dulu gadis itu berpikir tidak akan pernah menatap pemilik punggung itu lagi setelah ia pergi.

Senang, sebab kini mereka bisa kembali bersua meskipun banyak hal yang Ola pikir masih perlu mereka selesaikan.

Setelah pembicaraan penuh tangis di gang kemarin, Ola sendiri yang akhirnya mengajak Javas kembali bertemu untuk meluruskan segalanya.

"Katanya free cheesecake karena lagi happy hour," tutur Javas ketika lelaki itu kembali duduk.

"Oh... iya, di sini memang suka gitu," tanggap Ola.

Kemudian, keduanya kembali saling diam. Tujuh tahun memang waktu yang lama. Ditambah perpisahan mereka waktu itu sama-sama menimbulkan luka, kecanggungan itu tidak dapat terhindarkan.

Bahkan pelukan di gang kemarin tidak membuat suasana menjadi cair di antara mereka saat ini.

"Hmm... jadi, Mbak Ola udah nggak ngajar?" Tanya Javas kemudian.

Itu hanyalah pertanyaan basa-basi, sebab Javas sudah tahu. Kemarin saat makan malam di rumah Wira, Ola menceritakan apa pekerjaannya sekarang.

"Iya," cicit Ola. "Mas Javas juga ngabdi di pedalaman ya?"

Lelaki itu mengangguk kecil. Setelah itu kembali hening. Untungnya seorang pelayan kafe datang membawa pesanan Javas.

"Terima kasih," ucap Javas dan Ola bersamaan pada pelayan tersebut.

"Sudah berapa lama Mbak Ola tinggal di sini?"

Akhirnya Javas mengajukan pertanyaan berbeda. Tentang hal ini, Ola belum pernah membahasnya. Kemarin juga tidak menjawab pertanyaan serupa yang diajukan oleh Cherry.

Imperfect Perfection (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang