16. Give and Take

12.5K 1.3K 22
                                    

Seminggu ini Ola sangat sibuk. Ia mengajar sejak pagi hingga menjelang sore. Lalu lanjut mengajar kelas tambahan pada anak-anak kelas 4 sampai 6.

Tepat di pukul lima sore gadis itu baru bisa melangkah keluar sekolahan.

Tubuh Ola pegal luar biasa dan ia harus terus begitu hingga akhir semester genap.

Kaki gadis tersebut melangkah kecil-kecil. Ia sama sekali tidak sanggup berjalan cepat dengan kondisi lelah begini.

Sesekali Ola berhenti untuk menghirup udara segar. Ia juga memanjakan matanya dengan melihat hamparan hijau ladang di kiri dan kanan jalan berbatu itu.

"Mbak!" Seruan itu datang dari arah ladang di sebelah kanan Ola.

Ia menoleh dan mendapati Gita, sepupu Javas, melambaikan tangan ke arahnya.

Saudara-saudara lelaki itu memang masih berada di Desa Lembah. Mereka sedang liburan semester dan katanya ingin menenangkan diri dengan tinggal di desa.

Ya, mereka mendapatkan suasana tenang itu. Namun Ola malah harus mendengar kegaduhan mereka yang suka sekali saling menjahili. Terutama Jevin dan Gita yang selalu ribut bagai Tom and Jerry.

Oh iya, selama semingguan ini juga Ola tidak melihat keberadaan Javas. Motornya ada, tapi mobil yang dipakai para anak muda tidak ada.

Inginnya sih Ola bertanya dimana keberadaan Javas, tapi niat itu urung ia praktikkan. Ia tidak mau malah digoda adik-adik lelaki itu. Cukup saat makan malam bersama mereka melontarkan ucapan aneh-aneh. Ola sangat malu.

"Apa itu?" Tanya Ola berbasa-basi pada Gita yang berjalan mendekatinya.

"Tomat liar. Ada banyak banget di sini. Padahal kalau sudah masuk supermarket, harganya bisa wow sekali. Mbak Ola mau?"

Gita menyodorkan keranjang kecil berisi buah yang katanya tomat liar itu. Namun di mata Ola, buah itu tidak tampak seperti tomat. Malahan berwarna hijau dengan kulit yang kisut.

Ini kali pertama Ola melihat buah semacam itu. Ia memang kurang up to date untuk masalah dunia buah aneh begitu.

"Nggak, terima kasih." Tolak Ola pada akhirnya.

Dua gadis itu berjalan bersisian. Mereka menuju rumah yang lokasinya sudah tampak dalam jarak pandang mereka.

"Kita mau lihat bintang sama matahari terbit besok." Gadis muda di sebelah Ola kembali buka suara. "Tapi masih nungguin Mas Javas balik."

"Memang Mas Javas kemana?" Agak menyesal juga Ola bertanya. Tapi ia penasaran. Lagipula Gita sendiri yang mengangkat topik ini.

"Urusan kerjaan gitu. Katanya sih ikut pelatihan di Kota. Hari ini balik kok. Mbak Ola kangen ya?" Goda Gita kemudian.

Sudah sangat bisa di duga. Pasti adik sepupu Javas ini akan menggoda Ola di ujung kalimatnya.

"Nggaklah."

"Kangen aja sih. Mas Javas kan cakep, baik juga, mana dokter. Walau masih dokter umum dan kerjanya di puskesmas, tapi kan itu profesi yang oke juga."

Penuturan Gita hanya menjadi bahan Ola untuk tertawa kecil.

"Kenapa sih kalian kayak semangat sekali nyodorin Mas Javas ke saya?" Tanyanya kemudian.

Jujur, Ola sangat penasaran. Ia merasa para anak muda ini seolah ingin mendekatkan dirinya dengan Javas.

"Karena Mbak Ola kelihatannya baik. Cocok buat mas kesayangan kita." Itu adalah jawaban polos dari Gita.

Gadis itu tersenyum kecil lalu berlari meninggalkan Ola saat melihat Jovan sedang merapikan tanaman di halaman rumah.

Imperfect Perfection (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang