Suara gaduh dari luar rumah mengalahkan volume besar musik yang sedang Ola dengarkan menggunakan headset.
Gadis itu kini sibuk di hari Minggu. Ia merapikan rumah setelah seharian kemarin ia tinggalkan dalam keadaan berantakan.
Sebetulnya, perasaan Ola masih sangat berantakan juga. Apalagi hingga detik ini tidak ada satu pun dari keluarganya yang mengabarkan secara langsung mengenai sang nenek.
Sedih itu pasti. Namun seperti kata Javas kemarin, gadis itu bisa mengirim doa untuk nenek agar amal ibadahnya bisa diterim Tuhan.
Kembali lagi pada kegaduhan di luar rumah. Gadis itu mengintip dari jendela. Ia bisa melihat mobil putih milik papanya Javas terparkir. Namum gadis itu tidak melihat kedua orang tua Javas. Hanya dua pemuda dan seorang gadis sedang heboh menurunkan barang-barang dari dalam mobil.
Mereka tampak tidak asing. Namun kemudian Ola ingat dengan foto keluarga di rumah Javas.
Mereka saudara-saudara lelaki itu. Si kembar non-identik beserta sepupu mereka.
Ola membuka pintu rumah. Ia bermaksud menyapa lebih dulu, namun kemudian...
"Wow, ada bidadari cantik keluar dari rumah sebelah," ujar salah seorang pemuda. Senyumnya lebar dan tampak manis. Matanya agak mirip dengan mama Javas.
"Baru sampai udah ngegombal. Dasar buaya," cibir seorang gadis sambil menoyor kepala pemuda itu. Gadis itu parasnya lumayan mirip dengan mamanya Javas.
"Pin, angkat koper!" Hardik pemuda lainnya. Wajahnya mirip Javas, namun lebih tegas dan terkesan manly. Apalagi pemuda itu memakai jaket kulit.
Ola tersenyum kecil pada mereka sebelum kembali masuk rumah. Namun pemuda yang menggombali Ola tadi malah memanggil dan berjalan mendekat.
"Mbak Ola kan?" Tanya pemuda itu. "Aku Jevin, adiknya Mas Javas. Abang kesayangan Jiyad juga. Anak Mama Kia yang paling manis sejagat raya."
Ingin sekali Ola tertawa. Tingkah adik Javas yang satu ini sangat lucu menggemaskan. Berbanding terbalik sekali dengan kakaknya.
"Hai, Jevin." Sapa gadis itu dengan ramah.
"Itu yang garang kayak tukang jagal namanya Jovan. Terus si burik sok kecakepan itu Gita." Lanjut Jevin.
Sebenarnya tidak ada yang burik. Tiga saudara itu punya wajah yang menakjubkan. Ganteng dan cantik. Malah Ola jadi agak minder dibuatnya.
"Epin!" Sentak gadis bernama Gita itu dengan galak.
"Ish... dasar anak Mami Kikir," dengusnya kesal sambil menatap tajam ke arah Gita. Tapi sejurus kemudian tersenyum lebar saat menatap Ola.
Sumpah, adik Javas yang satu ini sangat aneh. Kelakuannya sungguh ajaib.
"Aku beres-beres dulu ya, Mbak. Nanti ngobrol lagi." Pamit Jevin dan melesat pergi ke rumah sebelah.
Tidak lama, Javas datang dengan motornya. Lelaki itu menatap Ola sekilas sebelum melengos masuk ke dalam rumah.
"Kok pada nggak bilang mau kesini?" Kalimat itu terdengar cukup jelas di telinga Ola sebelum suara sahutan terdengar.
Rumah sebelah yang selalu tenang, kini menjadi hidup dengan kekacauan para anak muda yang baru saja datang.
Senyum Ola pun merekah. Entah mengapa, ia suka dengan hiruk-pikuk keluarga sebelah. Meski terbersit sedikit iri karena Ola tidak pernah merasakan keluarga yang dinamis seperti itu.
Ola tidak punya saudara. Ia juga diabaikan keluarganya sejak kecil. Jadi melihat dan mendengar interaksi keluarga lain dapat membuatnya ikut senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Perfection (Complete)
RomantizmJatuh cinta dan patah hati di hari yang sama. Itu adalah pengalaman hidup Ola yang sulit ia lupakan. Bahkan gadis itu bersumpah tidak ingin lagi bertemu orang yang membuat hatinya dibolak-balik dalam sehari itu. Siapa sangka mereka kembali bertemu...