47. Confusing Situation

11.1K 1.1K 86
                                    

"Mbak Ola kalau ada kesibukan lain nggak apa-apa kok. Ajakan Cherry tadi bisa kapan aja kan," kata Javas.

Sepeninggal Cherry, keduanya pergi dari coffee shop menuju tempat bermain anak-anak.

Selagi Lily bermain bersama anak-anak kecil lainnya, Javas dan Ola menunggu di bagian luar wahana seperti para orang tua anak-anak yang bermain di dalam.

"Saya nggak ada kesibukan kok," ucap Ola.

Hari ini merupakan hari kosong yang sengaja Ola sisihkan untuk melakukan me time. Bekerja fereelance tidaklah sama seperti pegawai kantor yang terikat jam kerja. Prinsipnya adalah, semakin sering bekerja, penghasilannya juga semakin banyak.

Maka dari itu, Ola akan bekerja menyelesaikan beberapa proyek dalam seminggu sebelum akhirnya menyisihkan dua hari untuk liburan pasca menerima honor.

"Oh iya, habis ini mungkin kita harus belanja," tutur Javas. Lelaki itu  menunduk untuk mengecek pesan di ponselnya. "Perintah Cherry," lanjutnya.

Jujur, Ola ingin sekali bertanya tentang hubungan Javas dengan Cherry. Lalu, apa yang terjadi pada Wira?

"Apa Mas Javas ngerebut Cherry dari Mas Wira?" Tebakan Ola tentu saja tidak terucap.

Jelas sekali gadis itu tidak bisa berbaik sangka. Masalahnya, produk dari kebersamaan Javas dan Cherry sedang bermain di area bermain sana.

Gadis kecil itu tampak seperti versi mini seorang Cherry. Namun, beberapa hal dari anak itu juga mengingatkannya pada sosok Javas.

"Ayah!" Seru Lily dengan senyum lebar dan begitu riang.

Sejak kemarin Ola heran, bagaimana bisa anak sekecil itu bisa terus riang dan tidak rewel. Apalagi kemarin, Lily hanya menangis sebentar karena kaget oleh kejadian tidak terduga itu.

"Hati-hati!" Kali ini Javas membalasnya. Lelaki itu tersenyum lembut sambil melambaikan tangan ke arah putrinya.

"Kalau tau jodohnya sejak awal adalah Cherry, kenapa jalan mereka bersama harus penuh liku? Kenapa aku hadir diantara mereka. Kenapa Cherry harus bersama dengan sahabatnya Javas lebih dulu?"

Otak Ola penuh sekali dengan pertanyaan yang tidak berani diungkapkan. Selain takut menyinggung, itu juga bukan urusan Ola meski ia akan senang hati mengetahuinya jika diizinkan.

Puas bermain perosotan dan mandi bola, Lily akhirnya merasa bosan. Ia pun keluar area bermain dan langsung memeluk Javas dengan manja.

"Ayah... Lily haus," katanya.

"Ayo kita ke supermarket. Belanja sekalian beli minum di sana," ajak Javas.

Lelaki itu dengan telaten memakaikan sepatu di kaki putrinya. Setelah itu mengajak Ola serta Lily untuk berjalan ke supermarket yang ada di dalam mal itu.

.
.
.

Jika orang-orang hanya melihat tanpa bertanya, mungkin Javas, Ola, dan Lily disangka keluarga kecil. Apalagi hari ini ada banyak sekali keluarga kecil yang datang untuk berbelanja.

Masuk ke supermarket pun, beberapa ibu paruh baya memuji keimutan Lily. Kemudian memberi selamat pada Ola karena punya anak yang cantik dan juga suami tampan.

"Buk..." Ola ingin sekali meralat. Namun, Javas sudah keburu menarik pergelangan tangannya menuju deretan rak bumbu.

"Ayah," panggil Lily yang duduk di atas troli.

"Ya?"

"Lily mau pipis," katanya.

Langkah kaki Javas terhenti. Secara otomatis, Ola juga melakukan hal serupa.

Imperfect Perfection (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang