Chapter 4.

6.8K 451 3
                                    

Happy reading guys...........     

                             *****     

Saat sedang asik menikmati quality time nya Zhisu dibuat geram oleh kedatangan selir Wang Rouyen yang mengacaukan mood nya seketika. Bagaimana tidak jika datang tiba-tiba dengan marah-marah tidak jelas bahkan sampai menghinanya.

"Dasar wanita SAMPAH berani sekali kau menggoda yang mulia Kaisar." Zhisu hanya mengedikkan bahunya tidak peduli yang membuat amarah selir Wang Rouyen membuncah. Selir Wang Rouyen berjalan mendekati Zhisu yang masih asik menikmati tehnya di gazebo yang tersedia, dia menjambak rambut panjang Zhisu dengan amarah yang membumbung tinggi yang membuat cangkir teh yang tadinya berada di tangan Zhisu kini telah terjatuh.

"Aaarrgghh...." Zhisu berteriak bukan karena sakit akibat tarikan dari selir ular itu tapi karena terkejut saat merasakan ada yang menarik rambutnya dengan tiba-tiba. Zhisu membalikkan badannya dan melihat selir Wang Rouyen yang tersenyum sinis kearahnya dengan segala kekuatan yang dimilikinya Zhisu melepaskan cekalan selir Wang Rouyen di rambutnya dengan susah payah dan akhirnya berhasil. Ming Fei menutup mulutnya dengan satu tangannya karena terkejut ingin melerai tidak berani jadi dia hanya bisa berdoa dalam hati supaya junjungannya itu baik-baik saja.

"Apa maksud selir rendahan sepertimu berlaku tidak sopan padaku?." Zhisu dengan geram menekan setiap kata yang diucapkannya dan mengeluarkan sedikit aura intimidasi nya. Bahkan para pelayan dan prajurit yang sedang bertugas mengerubungi mereka untuk melihat kejadian yang menghebohkan ini. Ming Fei mencoba untuk membubarkan massa yang sedang berkerumun untuk menonton pertunjukkan yang sedang terjadi.

"Kau bertanya apa maksudku? MAKSUDKU ADALAH MEMBERIKAN PELAJARAN PADA WANITA MURAHAN SEPERTI MU." Zhisu menutup matanya saat mendengar teriakan di akhir kalimat yang diucapkan oleh selir yang berdiri di hadapannya dengan wajah memerah menahan emosi. Dia tidak suka jika orang lain berteriak di depan wajahnya.

"Kau mengatakan ku murahan heh? Lihatlah penampilan mu sudah seperti wanita yang bekerja di rumah bordil. Riasan wajah yang tebal pakaian yang sangat terbuka dan sikapmu ini semakin menujukkan bahwa kau lah wanita RENDAHAN itu." Zhisu tersenyum smirk saat berhasil memancing emosi wanita ular di depannya ini.

Plak.

Mereka semua yang ada disana membulatkan mata terkejut dan ada beberapa dari mereka yang menutup mulutnya dengan satu tangannya. Ming Fei berjalan menghampiri junjungannya berniat ingin menanyakan keadaan junjungannya itu tapi terhenti karena melihat Zhisu yang menatap nyalang padanya dan mengangkat salah satu tangannya.

"Hahaha, kau berani menamparku? Baiklah kau yang memulai ini semua lebih dulu jadi jangan salahkan aku jika setelah ini kau tidak akan bisa makan selama 3 hari." Zhisu tertawa menyeramkan yang membuat nyali mereka sedikit menciut saat merasakan aura yang mencekam.
"Huh.. Sudah lama aku tidak meregangkan otot-otot tanganku ini." Dengan senyum smirk dan melemaskan seluruh otot-otot tangannya dengan melakukan pemanasan sebelum memulai pertunjukan yang sebenarnya.

Bugh.

Mereka semua melotot kan matanya tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini.
"Hah, membuang tenaga ku saja. Kau bukanlah tandingan ku. Kalian bawa selir kurang ajar itu ke kediamannya."  Selir Wang Rouyen jatuh tersungkur saat mendapatkan sebuah bogem mentah di wajahnya. Bahkan kini wajahnya sudah membiru setelah mendapat hadiah dari Zhisu. Dia menyentuh wajahnya yang terasa sakit lalu tak lama setelah itu dia jatuh pingsan.

"Oh iya jangan lupa panggilkan tabib istana untuk mengobatinya. Aku tak yakin jika rahangnya itu akan baik-baik saja." Zhisu menatap lawannya yang kini tengah tersungkur di tanah itu dengan senyuman mengerikannya bahkan Ming Fei dibuat bergidik ngeri saat melihat betapa berbahaya nya junjungannya itu. Ya, Zhisu meninju wajah selir ular itu sebagai pelajaran untuknya.
"Baik Permaisuri." 2 orang prajurit membopong tubuh selir Wang Rouyen dan membawanya kembali ketempat asalnya diikuti oleh beberapa pelayanan dibelakang mereka.

"Apalagi yang kalian lihat heh? APA KALIAN INGIN KU HAJAR JUGA HAH? BUBAR SEMUANYA." Mereka semua lari kocar-kacir saat mendengar suara menggelegar milik permaisuri Huang Zhisu dan mendapat tatapan mematikan darinya. Ming Fei bergidik ngeri saat mendengar suara amarah dari junjungannya itu dia bahkan sampai menutup mata saat mendengar teriakannya.

"Ming Fei kita kembali sekarang, mood ku sudah kacau karena ulah wanita ular itu." Zhisu menepuk lengan Hanfunya untuk membersihkan debu yang menempel karena tertiup angin.
"Ba-ba baik Permaisuri." Ming Fei berjalan tergesa-gesa untuk menyamakan langkah kaki Zhisu yang lumayan lebar.

                                _00_     

Kabar mengenai perkelahian sengit antara selir Wang Rouyen dan Permaisuri Huang Zhisu sudah tersebar dengan cepat keseluruh penjuru Kekaisaran Huang. Bahkan kabar ini sampai terdengar ke telinga kaisar Huang Qianfan dan Ibu Suri.

"IBU SURI HUANG XIONG LUE MEMASUKI RUANGAN." Teriak seorang prajurit yang bertugas di depan paviliun Bulan. Zhisu yang mendengar itu langsung berdiri dari duduknya dan merapikan penampilannya.
"Salam Ibu Suri semoga hidup seribu tahun lagi." Ibu Suri hanya tersenyum menanggapi salam hormat menatu kesayangan itu.
"Silahkan duduk Ibu, ada apa hingga Ibu sampai harus datang kemari?." Zhisu memberi kode kepada Ming Fei untuk menuangkan teh kedalam gelas. Masih dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya Ibu Suri meminum teh yang telah tersedia untuknya sebelum memulai percakapan.

"Aku datang  kemari untuk melihat keadaanmu. Apakah kau terluka? Apakah Selir itu melukaimu?." Zhisu tersenyum simpul saat melihat raut khawatir dari ibu mertuanya itu.
"Aku tidak apa-apa Ibu, Ibu tidak perlu khawatir aku sudah memberinya pelajaran yang setimpal untuk perlakuannya yang eperti itu padaku. Bagaimana keadaannya sekarang ya?." Sambil meletakkan jari telunjuk nya di depan dagu seperti sedang berpikir yang membuat Ibu Suri semakin geram dengannya karena sikap salah satu menantunya itu.

"Astaga, ya dewa kenapa dengan pipimu Shu'er? Apakah ini sakit?." Zhisu menyentuh tangan Ibu Suri yang sedang mengusap pipinya yang memerah dan terdapat cap lima jari di pipi putihnya dengan senyum smirk tapi tidak diketahui oleh Ibu Suri.
"Saatnya memulai drama kecil ini." Batin Zhisu tersenyum dengan rencana yang dipikirkannya sepertinya akan sedikit menarik jika dia menambahkan sedikit bumbu dalam rencananya.

"Sshh... Ini sedikit sakit Ibu, Selir Wang Rouyen menamparku dengan sedikit keras tadi tapi sekarang sudah baik-baik saja." Dengan memasang wajah seolah-olah dialah yang tersakiti disini semakin membuat Ibu Suri merasa iba padanya.
"Tidak bisa jika dibiarkan seperti ini kau harus segera diobati, PELAYAN PANGGILKAN TABIB SEKARANG." Para pelayan yang mendengar suara dari wanita nomor satu di Kekaisaran Huang itu langsung berlari menghampiri kediaman tabib istana dan membawanya ke hadapan Ibu Suri.

                                *****

Empress From The Future  [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang