Happy reading guys.........
*****
Prang.
Suara gelas teh yang dilempar membentur dinding terdengar sangat nyaring didalam sebuah ruangan yang penuh dengan nuansa mewah.
"AAARRGHH..... SIAPA YANG TELAH BERANI MENGAMBIL SETEMPEL BERHARGA MILIKKU?." Teriak frustasi Menteri Wu Zetian. Bagaimana tidak frustasi kalau sejak satu bulan yang lalu dia mengutus prajurit terbaiknya untuk mencari dan menangkap orang yang telah mengambil barang berharga miliknya tapi sampai saat ini orang tersebut masih belum bisa ditemukan.
"Apa yang harus kulakukan sekarang? Semua surat penting itu sudah hilang dan juga setempel berharga milikku juga telah hilang. Siapa yang telah dengan berani mengambilnya?." Karena merasa frustasi dengan keadaannya saat ini Menteri Wu Zetian tanpa sadar telah berjalan mondar-mandir di ruangan pribadinya sekaligus menjadi ruang kerjanya.
"Bagaimana jika setempel itu digunakan untuk menjatuhkanku dari posisi ku saat ini? Seharusnya ku bakar saja surat itu setelah selesai menggunakan nya." Saat mengingat beberapa tumpukan surat yang sangat penting dan kembali berjalan kesana kemari seperti setrika dengan fikiran yang berkecamuk, sampai masuknya seorang prajurit membuat kegiatannya berhenti.
"Salam tuan sebelumnya maaf karena telah mengganggu waktu anda, Selir Agung Wu Shasuang telah menunggu anda diruang istirahatnya tuan. Beliau meminta hamba untuk menyampaikan kabar ini kepada anda tuan." Ucap seorang prajurit setelah selesai memberikan salam penghormatan.
Menteri Wu Zetian yang mendengarnya menjadi terkejut kenapa putrinya itu datang dengan tiba-tiba tanpa mengabarinya terlebih dahulu?.
"Kenapa kau baru memberitahu ku sekarang?." Ucap Menteri Wu Zetian dengan emosi lalu pergi meninggalkan prajurit itu.Saat sampai diruang peristirahatan putrinya atau bisa juga disebut dengan kamar. Senyum cerah terpatri diwajah ayu Selir Agung Wu Shasuang saat melihat kehadiran ayahnya, sosok yang selama ini telah membesarkannya dan mendidiknya dengan mengirimnya ke Perguruan terbaik di Kekaisaran Huang.
Disana dia diajarkan banyak hal mulai dari seni sastra sampai tata krama seorang bangsawan, namun ada satu pembelajaran yang tidak diajarkan disana yaitu tentang bagaimana menduduki posisi tertinggi bagi kaum wanita di istana Kekaisaran atau posisi Permaisuri dengan cara kotor atau bisa dikatakan dengan melakukan apapun agar bisa membuat tujuannya tercapai.
Semua ajaran itu diajarkan langsung oleh Menteri Wu Zetian kepada putrinya jadi jangan heran kalau sifat licik itu turun kepada putrinya. Karena istrinya meninggal setelah malahirkan buah cinta mereka dirinya mau tidak mau harus memberikan yang terbaik untuk putrinya termasuk dengan mengirimnya ke istana dan menjadikannya Permaisuri.
"Salam Ayah, bagaimana kabar Ayah?." Tanya Selir Agung Wu Shasuang kepada sosok yang sangat berjasa untuknya selama ini. Menteri Wu Zetian hanya mengulas senyum simpul saat mendengar pertanyaan yang sama setiap kali mereka bertemu entah itu diistana atau di kediaman mereka.
"Ayah baik-baik saja, bagaimana kabarmu apakah yang mulia sudah mau bermalam di kediamanmu?." Tanya Menteri Wu Zetian langsung pada intinya. Selir Agung Wu Shasuang yang mendengarnya raut wajahnya berubah masam seketika.
"Yang mulia tidak pernah bermalam di kediamanku Ayah, dia lebih memilih untuk bermalam bersama sampah itu." Selir Agung Wu Shasuang menyeruput tehnya dengan geram saat mengingat dirinya yang berpapasan dengan suaminya waktu itu. Menteri Wu Zetian yang mendengarnya menatap kasihan pada putrinya, wajah putrinya itu benar-benar sangat mirip dengan mendiang istrinya.
"Kita harus segera membereskan sampah itu sebelum dia semakin menguasai seluruh wilayah istana." Setelah itu mereka mengobrol kan banyak hal sampai tak terasa waktu mulai menunjukkan bahwa hari sudah semakin sore dilihat dari posisi matahari yang hampir tenggelam. "Tunggu disini Ayah akan segera kembali." Selir Agung Wu Shasuang menatap bingung pada Ayahnya yang pergi meninggalkannya dan entah menuju kemana.
Tak lama setelah itu Menteri Wu Zetian datang kembali dengan membawa segulung kertas yang sudah diikat dengan rapi lalu memberikannya pada putrinya. Setelah Selir Agung Wu Shasuang menerima surat itu dirinya langsung membuka dan membaca isi dari surat tersebut. Namun kerutan di keningnya terlihat sangat jelas sekali bahwa dia masih tidak mengerti dengan isi dari surat itu.
"Setelah kau pulang dari sini berikan surat itu pada salah satu prajurit di kediamanmu maka dia akan melakukan pekerjannya dengan cepat." Ucap Menteri Wu Zetian diakhiri dengan senyum smirk.
_00_
Malam telah tiba, sang rembulan sudah melaksanakan tugasnya sedaritadi. Bersinar terang dilangit yang terlihat cerah malam ini dengan ditemani sang bintang yang semakin menambah keelokan langit malam ini.
Seorang wanita sedang menatap keluar jendela entah apa yang sedang difikirkannya saat ini. Kedua tangannya dia gunakan untuk menopang dagunya.
"Apakah aku akan terjebak disini selamanya? Huufftt..." Suara helaan nafas dihembuskan oleh Zhisu saat merasakan pusing dikepalanya karena memikirkan kehidupannya dulu di zaman modern atau masa depan.Setelah puas melamun dan menutup jendela kamarnya, langkah kakinya membawanya menuju ke tempat pembaringannya yang terasa sangat nyaman dan empuk. Membiarkan kasur empuk yang berada dibawahnya menjadi penopang beban tubuhnya dan memejamkan matanya untuk menuju alam mimpi yang kini Zhisu lakukan.
Mengistirahatkan tubuh dan fikirannya setelah dipakai untuk bekerja dengan sangat keras seharian. Tubuh yang lelah karena terus digunakan untuk berlatih senjata tajam untuk meningkatkan kemampuannya dan fikiran yang digunakan untuk merancang rencana apa saja yang akan dirinya lakukan setelah masa hukumannya selesai dan bagaimana cara menyingkirkan hama tikus yang mengganggu ketenangannya.
Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok hari, apakah akan menjadi hari yang baik atau bahkan sebaliknya.
Disaat semua orang sedang tertidur pulas namun nyatanya masih ada beberapa orang yang berkeliaran di tengah gelapnya malam. Mereka bahkan menembus gelapnya malam dan rimbunnya pohon-pohon perhutanan. Melakukan tugas mereka agar mereka bisa mendapatkan bayaran yang sudah dijanjikan kepada mereka.
Mereka bahkan tak segan-segan untuk membunuh seseorang agar mereka mendapatkan bayaran karena memang itu pekerjaan mereka yaitu mencabut nyawa orang lain demi uang. Mereka di kenal dengan sebutan pembunuh bayaran atau pasukan bayangan.
Kenapa di sebut pasukan bayangan? Karena mereka memiliki keahlian untuk menyatu dengan gelapnya malam, selain itu mereka juga memiliki seni bela diri yang tidak bisa diremehkan. Biasanya mereka akan bekerja setelah mendapat perintah dari klien mereka dan menerima uang muka sebagai bayaran awal untuk pekerjaan mereka karena itulah mereka disebut dengan sebutan pembunuh bayaran.
Orang yang dengan tidak ragu untuk membunuh siapa saja yang menjadi target sasarannya tidak peduli apakah itu seorang wanita, pria, anak-anak, atau orang tua. Selagi mereka mendapatkan bayaran mereka makan mereka akan melakukannya dengan senang hati.
Tidak semua pasukan bayangan bekerja sebagai pembunuh bayaran karena ada beberapa dari mereka yang justru bekerja untuk menjaga keselamatan target mereka setelah mendapat perintah dari tuan mereka. Biasanya mereka akan melakukannya dengan berada jauh dari sang target dan selalu mengawasinya, memastikan bahwa targetnya tidak terluka dan terancam bahaya.
Bahkan beberapa dari mereka memilih untuk mengabdikan sisa hidup mereka kepada sosok yang mereka anggap mulia. Jadi jangan pernah berfikir bahwa setiap anggota pasukan bayangan itu adalah pembunuh bayaran yang mencabut nyawa banyak orang demi uang, nyatanya banyak dari mereka yang memiliki pekerjaan yang mulia. Jangan hanya karena kesalahan satu orang itu mengubah seluruh sudut pandang kita, karena terkadang apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan kenyataannya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress From The Future [End] ✅
FantasíaApa yang akan terjadi jika seorang gadis dari masa depan ber transmigrasi ke dinasty China? Seorang gadis yang mati karena pilihannya sendiri, karena dia menolak perjodohan oleh orang tuanya. Saat dia mati jiwanya tidak pergi ke alam baka, tapi be...