Chapter. 38

2.7K 165 7
                                    

Happy reading guys......


                              *****

"Yang-yang mulia....." Mereka semua yang tadinya sedang asyik menggosip kan sang pemimpin Kekaisaran kini terdiam membisu dengan tubuh kaku seperti patung dan wajah yang terlihat pucat pasi seperti mayat.

"Ya dewa semoga yang mulia tidak mendengar apa yang kami katakan."

"Matilah aku, semoga pedang para algojo semuanya tumpul supaya tidak bisa digunakan jika yang mulia ingin memenggalku."

" Kenapa aura yang mulia semakin mencekam?." Kira-kira seperti itulah isi kepala mereka semua masing-masing saat ini setelah melihat kehadiran sosok yang sangat berpengaruh yang sedang mereka bicarakan beberapa saat lalu.

"Kenapa kalian berkumpul disini?." Hanya 4 kata yang diucapkan oleh Kaisar Huang Qianfan tapi justru kata itulah yang membuat mereka semua semakin ketakutan. Kasim Han yang berperan menjadi biang kerok suasana mencekam pagi ini hanya bisa terdiam membisu dan menunduk takut.

"Apa aku harus merobek mulut kalian dulu?." Mereka semua semakin bergetar ketakutan setelah mendengar perkataan mengerikan yang diucapkan oleh junjungan mereka.

"Tolong ampuni kami yang mulia, hamba akan menjawab pertanyaan Anda yang mulia." Seorang prajurit mengeluarkan suaranya setelah mengumpulkan keberaniannya yang sempat lari entah kemana hanya dengan mendengar suara sang junjungan.

Sebelum menjelaskan apa yang terjadi pada Kaisar mereka prajurit tersebut terlebih dahulu membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering.
"Menjawab yang mulia, kami semua tadi sedang.... Sedang.... Membicarakan anda yang mulia." Karena gugup prajurit itu menjawabnya dengan terbata-bata dan diakhir kalimatnya dia mengucapkannya dengan sangat cepat seperti motor yang mengalami rem blong, selama dia mengatakannya dia tidak berani untuk membuka matanya dan menatap mata setajam pedang yang siap untuk mengulitinya hidup-hidup.

"Kenapa kalian membicarakanku?." Tubuh Kasim Han semakin bergetar ketakutan setelah mendengarnya.
"Kasim Han mengatakan kalau yang mulia dan Permaisuri Huang Zhisu telah....." Cicit salah satu pelayan dengan tubuh yang bergetar ketakutan.

Mata tajam Kaisar Huang Qianfan langsung menatap tajam Kasim kepercayaannya itu. Kasim Han dapat merasakan tatapan tajam itu tertuju padanya saat merasakan bulu disekitar lehernya meremang.

Tanpa perlu bersusah payah untuk mengeluarkan suaranya hanya dengan melalui aura dan sorot mata tajamnya maka lawan bicaranya pun sudah langsung mengerti dengan keinginan nya.

"I-itu yang-yang mulia, hamba hanya mengatakan kalau-kalau hamba melihat Permaisuri keluar dari kediaman anda dengan dibantu oleh pelayan setianya saat berjalan pagi tadi. Hamba mohon yang mulia tolong ampuni hamba jangan hukum hamba yang mulia maafkan hamba karena telah berfikiran yang tidak-tidak." Kasim Han langsung bersujud dibawah kaki Kaisar Huang Qianfan memohon pengampunan saat merasa kalau nyawanya sudah berada di ujung tanduk tajut-takut kalau junjungannya itu akan marah.

Kaisar Huang Qianfan yang mendengar jawaban dari Kasim kepercayaannya kembali teringat dengan malam indah yang telah dia lalui bersama dengan Permaisuri kecilnya. Tanpa sadar senyum tipis terukir di wajahnya dan tidak ada seorang pun yang melihat senyuman langka itu meskipun hanya sebuah garis tipis.

Tanpa berkata apapun lagi Kaisar Huang Qianfan langsung pergi membawa aura mengerikannya meninggalkan mereka semua yang sedang ketakutan untuk melakukan pekerjaannya diikuti oleh beberapa prajurit dibelakangnya.

"Haah..... Terimakasih ya dewa telah mengampuni ku." Kasim Han bernafas lega dan jatuh terduduk setelah Kaisar menyeramkan mereka telah pergi meninggalkan mereka.

"Sepertinya ini yang menjadi pertama dan terakhir kalinya aku membicarakan yang mulia dibelakang beliau, jantungku terasa seperti akan lepas dari tempatnya." Para prajurit dan pelayan yang mendengar ucapan dramatis Kasim Han hanya bisa meng'iya'kan nya dan juga ikut menghela nafas lega.

"Ini akan menjadi pelajaran untukku, aku tidak akan pernah lagi membicarakan yang mulia. Aku merasa seperti sedang berhadapan dengan malaikat maut."

"Kau benar." Ucap salah satu prajurit dan dibenarkan oleh yang lainnya.

Di sebuah Paviliun mewah milik Selir Wang Rouyen kini sedang terjadi kekacauan yang disebabkan olehnya sendiri karena rencananya untuk memiliki Kaisar Huang Qianfan seutuhnya gagal maka dia melampiaskan nya dengan menghancurkan isi kediamannya.

Para pelayan yang melihat Kebringasan tuan mereka hanya bisa menutup mata mereka takut dan terdiam tidak berani mengatakan sepatah katapun takut kalau mereka yang akan menjadi sasaran selanjutnya.

"AAAKKHH....... SIAL, KENAPA RENCANAKU HARUS GAGAL DAN KENAPA HARUS WANITA SAMPAH ITU YANG HARUS MELAKUKANNYA DENGAN YANG MULIA."

Prang.

Kini suasana kediaman salah satu Selir Kekaisaran dinasty Huang sudah terlihat mirip seperti kapal pecah. Barang berjatuhan dan pecah berserakan dimana-mana, meja dan kursi sudah berada diposisi yang tidak semestinya.

Rupanya bukan hanya di kediaman Selir Wang Rouyen saja yang terlihat berantakan tetapi di kediaman Selir Agung Wu Shasuang juga kini terlihat pemandangan yang hampir sama seperti apa yang terjadi di kediaman Selir Wang Rouyen.

"Sial rupanya Selir Wang Rouyen bergerak lebih cepat dari dugaanku ternyata dan wanita tidak berguna itu telah mendapatkan emas yang sangat berharga rupanya. Aku tidak boleh diam saja aku juga harus bertindak." Dengan emosi yang masih bergemuruh Selir Agung Wu Shasuang menduduki kursinya dengan nafas yang masih memburu karena emosi.

"Pelayan sampaikan pada ayahku kalau aku akan mengunjunginya." Salah satu pelayan setianya maju ke depan dan menundukkan kepalanya hormat setelah itu pergi dari hadapannya untuk melaksanakan tugasnya.

"Hanya Ayah saja yang bisa memberiku solusi." Batin Selir Agung Wu Shasuang penuh emosi.

"Haah... Menambah lagi pekerjaanku." Desah lelah sosok misterius setelah menyaksikan kekacauan yang melibatkan 2 wanita terpandang Kekaisaran dinasty Huang.

Berita mengenai Permaisuri Huang Zhisu dan Kaisar Huang Qianfan yang telah melakukan 'itu' tersebar dengan sangat cepat diseluruh istana, kabar itu langsung tersebar dengan cepat bagaikan angin yang berhembus.

Siapa pelaku yang menyebarkan berita tersebut?

Tentu saja Ibu Suri Huang Xiong Lue, akhirnya setelah sekian lama dia akan segera memiliki cucu dari menantu kesayangannya. Karena suasana hatinya sedang bagus Ibu Suri Huang Xiong Lue bahkan memborong kue bulan yang dijual dipasar untuk dibagikan kepada seluruh prajurit dan pelayan yang bertugas di bawah naungannya.

"Aku sudah tidak sabar mendengar diriku disebut Nenek oleh cucuku suatu hari nanti." Ibu Suri Huang Xiong Lue tertawa lucu setelah membayangkan seperti apa yang baru saja dikatakannya. Para pelayan yang mengerti dengan suasana hati tuan mereka juga ikut merasakan hal yang sama. Mereka semua memanjatkan doa pada sang dewa semoga apa yang di harapkan oleh tuan mereka segera terwujud bukan hanya tuan mereka saja tetapi seluruh warga masyarakat dinasty Huang dan para petinggi kerajaan yang lain juga mengharapkan hal yang sama.

Bagi mereka yang berada di kubu lawan Permaisuri Huang Zhisu tentu saja tidak mengaharapkan itu semua terjadi justru yang mereka harapkan adalah sebaliknya semoga kesialan atau sesuatu yang buruk menimpa Permaisuri mereka.

  

                             *****    

 

Empress From The Future  [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang