Chapter. 50

2.4K 142 0
                                    

Happy reading guys.....


*****

" Yang Mulia, ada apa? Kenapa yang mulia mendiamkanku? Apakah aku ada salah?." Kaisar Huang Qianfan masih saja diam membisu meskipun Permaisuri kecilnya memanggilnya sejak tadi.

Zhisu yang tidak mengerti dengan perubahan sikap suami tampannya itu akhirnya memilih untuk pergi kembali ke Paviliun Bulan miliknya. Kaisar Huang Qianfan yang melihat kepergian sang istri hanya menatap punggungnya dengan wajah datarnya.

Tanpa sadar tangannya meremas berkas yang sedang dibacanya dengan penuh emosi saat teringat kembali dengan kata-kata Permaisuri yang diucapkan kepada Fu Yuan.

Tidak ada niat sedikitpun untuknya menghentikan kepergian Permaisuri kecilnya, sedangkan Permaisuri Huang Zhisu menghentak-hentakkan kedua kakinya dengan kesal seperti anak kecil saat menuju kembali ke Paviliun Bulan miliknya.

Brak.

Setelah sampai di Paviliun miliknya Permaisuri Huang Zhisu dengan kesal menendang pintu kamarnya sampai membuat beberapa pelayan yang mengikutinya di belakang terlonjak kaget.

"Huufftt... Ada apa dengan yang mulia?." Permaisuri Huang Zhisu menatap langit-langit kamarnya dengan rasa penasaran setelah menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang terasa nyaman. Sejak dia kembali dari taman istana tadi sikap Kaisar Huang Qianfan sudah terlihat berbeda sekali dengan sebelum dia pergi meninggalkannya seorang diri di ruang kerjanya setelah terjadi sedikit keributan yang ditimbulkan nya.

"Hooaamm..." Hari sudah semakin malam namun kedua matanya masih belum bisa tertutup meskipun mulutnya sejak tadi menguap karena mengantuk. Karena otaknya yang dipaksa untuk terus bekerja  mengingat kembali kesalahan apa saja yang telah dilakukan nya hingga membuat suami tampannya itu mendiamkannya sejak tadi membuatnya tidak bisa tertidur. Bukannya menemukan jawaban dari pertanyaannya, yang ada malah kepalanya terasa semakin pusing.

Tok.

Tok.

Tok.

"Siapa?." Zhisu yang mendengar pintu kamarnya di ketuk dari luar hanya berteriak dari dalam kamar tidak ada niatan untuk membuka pintu kamarnya.
"Hei siapa disana? Kenapa diam saja?." Karena rasa penasaran yang amat tinggi saat tidak ada suara yang menjawab pertanyaannya dengan malas akhirnya Zhisu bangun dari posisi tidurannya untuk membuka pintu kamarnya sendiri.

Ceklek.

Setelah pintu kamarnya terbuka tidak ada siapa-siapa ternyata hanya sebuah kotak misterius dengan sepucuk surat kecil di atasnya.
"Permainan akan segera dimulai. Apakah aku harus membunuhmu? Atau menyiksamu sampai akhir hidupmu?."

Zhisu yang tidak mengerti maksud dari surat tersebut hanya mengedikkan bahunya acuh. Tak lama setelah itu rombongan Kaisar Huang Fengying mendatanginya dengan terburu-buru.

Kaisar Huang Fengying yang melihat sebuah kotak misterius yang sama persis seperti yang telah ditemukannya di depan pintu kamarnya menatap menantu kesayangannya itu dengan sorot mata yang sulit untuk dijelaskan.

"Shu'er apa kau baik-baik saja?." Tanya Kaisar Huang Fengying sambil meneliti penampilan menatu tersayangnya itu dari atas sampai bawah. Setelah memastikan kalau keadaan menantu tersayangnya itu baik-baik saja barulah Kaisar Huang Fengying bisa menghela nafas lega.

Zhisu yang ditatap seperti itu hanya menatap penuh kebingungan kepada Ayah mertuanya yang mendatanginya dengan raut wajah cemas.
"Ada apa Ayah? Apakah terjadi penyerangan lagi?." Kaisar Huang Fengying hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum simpul sebagai jawaban dari pertanyaannya.

"Kalian buka kotak itu dan segera cari tahu siapa pelakunya." 2 orang prajurit segera membuka kotak misterius itu dengan hati-hati, setelah kotak itu terbuka mereka semua yang melihat isi dari kotak misterius itu menjadi terkejut. Bukan hanya terkejut saja tetapi sangat-sangat terkejut. Sebuah kepala manusia yang berlumuran darah membuat mereka semua yang ada di sana menjadi terkejut bukan main.

"Si-siapa yang mengirimkan itu padaku Ayah?." Setelah melihat isi dari kotak misterius itu tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan berdenyut. Bayang-bayang mimpi buruk yang menghantuinya beberapa hari belakangan ini membuat kepalanya semakin sakit.

"Shu'er ada apa Shu'er? Apa kau sakit? Shu'er..." Telinganya bahkan kini berdengung keras setelah potongan-potongan mimpi buruk itu berputar di kepalanya. Tanpa sadar kedua tangannya menutup kedua telinganya rapat-rapat saat suara-suara teriakan yang memilukan itu memasuki indra pendengarannya.

"A-ayah kepalaku sakit. Aaarrgghh... Perutku sakit sekali aaarrgghh..." Tak lama setelah merintih kesakitan, Zhisu kehilangan kesadarannya dan membuat mereka semua menjadi panik.

"Shu'er bangun, cepat panggilkan tabib dan segera beritahu putraku."
Kaisar Huang Fengying segera membopong tubuh menantunya yang tergeletak tak sadarkan diri, beberapa prajurit segera membubarkan diri mereka masing-masing untuk melaksanakan perintah dari junjungan mereka.

Tak lama kemudian tabib istana datang bersama dengan Kaisar Huang Qianfan setelah bertemu di tengah jalan. Tanpa menunggu lebih lama lagi sang tabib segera melakukan tugasnya untuk memeriksa keadaan sang Permaisuri.

Kaisar Huang Fengying dan Kaisar Huang Qianfan menatap pada sang tabib dengan penuh harap, mereka berharap semoga bukan berita buruk yang mereka dengar setelah tabib selesai memeriksa keadaan Permaisuri Huang Zhisu.

"Bagaimana keadaan Permaisuri?." Kaisar Huang Qianfan sudah tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya mengenai kondisi Permaisurinya setelah melihat nya terbaring tidak berdaya seperti itu. Meskipun selama seharian penuh dia mendiamkannya tetapi setelah melihatnya dalam keadaan seperti itu hatinya menjadi sakit.

"Hormat hamba yang mulia Kaisar, semoga yang mulia diberikan umur panjang. Keadaan Permaisuri sudah berangsur membaik untunglah tidak terjadi apa-apa pada Permaisuri Huang Zhisu dan calon penerus Kekaisaran." Mereka berdua akhirnya bisa menghembuskan nafas lega setelah mendengar berita baik tersebut tapi kelegaan itu tidak bertahan lama sampai sang tabib melanjutkan perkataannya.

"Sepertinya Permaisuri Huang Zhisu mengalami banyak tekanan yang mulia. Untuk saat ini keadaan Permaisuri dan calon penerus Kekaisaran memang baik-baik saja yang mulia tetapi jika hal ini terus berlanjut maka bisa berakibat fatal baik itu untuk Permaisuri Huang Zhisu atau calon penerus Kekaisaran yang mulia." Kaisar Huang Qianfan yang mendengarnya mengerutkan keningnya bingung dengan maksud dari perkataan sang tabib.

"Apa maksud dari perkataanmu itu tabib Lin?." Tabib Lin yang mulai merasakan aura tidak bersahabat yang menguar dari tubuh Kaisar Huang Qianfan menelan ludahnya gugup sebelum melanjutkan perkataannya.

"M-maksud hamba jika Permaisuri Huang Zhisu terus mengalami tekanan maka yang mulia dan Permaisuri bisa kehilangan calon penerus Kekaisaran atau yang lebih fatal yang mulia bisa kehilangan keduanya. Saran hamba peristiwa yang terjadi hari ini jangan sampai terulang kembali yang mulia karena hal itu bisa berakibat fatal. Kalau bergitu hamba mohon undur diri yang mulia." Raut wajah Kaisar Huang Qianfan berubah cemas seketika setelah mendengar penjelasan dari tabib Lin.

Dengan langkah gontai Kaisar Huang Qianfan mendekati ranjang Permaisuri Huang Zhisu dan mengusap tangan kanannya dengan perasaan bersalah.
"Maafkan aku Permaisuri karena terlalu sibuk dengan pekerjaanku sampai tidak memperhatikanmu dan calon anak kita. Maafkan aku Permaisuri."

Cup.

Kaisar Huang Qianfan mengecup singkat tangan Permaisuri Huang Zhisu sebelum ikut terlelap di sebelah Permaisuri Huang Zhisu. Kaisar Huang Fengying sudah pergi meninggalkan mereka berdua setelah kepergian tabib Lin.

*****





Empress From The Future  [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang