Chapter. 36

2.7K 184 4
                                    

Happy reading guys.....     


                             *****          

"Ibu ada apa kenapa mencari Shu'er?." Kini kedua wanita berbeda usia itu terlihat sedang berjalan berdampingan di lorong istana diikuti oleh rombongan pelayan yang dibawa oleh Ibu Suri Huang Xiong Lue.

"Tidak ada apa-apa Ibu hanya ingin melihatmu itu saja." Zhisu yang melihat senyum simpul terpatri diwajah cantik Ibu mertuanya ikut menarik kedua sudut bibirnya meskipun usia Ibu Suri Huang Xiong Lue sudah tidak muda lagi tapi wajahnya tetap terlihat cantik.

"Ibu, hari sudah semakin sore sepertinya Shu'er harus pamit ingin membersihkan diri. Salam hormat Shu'er Ibu." Saat Zhisu membalikkan badan dan hendak pergi langkah kakinya harus tertahan karena panggilan dari Ibu mertuanya.

"Shu'er tunggu dulu bisakah kau berikan ini pada putraku?." Zhisu mengerutkan keningnya bingung saat melihat sebuah kotak kecil disodorkan dihadapannya, ingin menolak tapi dia tidak enak hati jadi akhirnya dia terima saja kotak itu dan melakukan seperti apa yang di perintahkan oleh Ibu mertuanya.

Setelah membutuhkan waktu sedikit lama untuk membersihkan diri dan kembali menata rambutnya kini Zhisu sudah berdiri di depan pintu kediaman suami tampannya yang dingin tak tersentuh itu untuk melakukan tugasnya yaitu mengantarkan titipan dari Ibu Suri Huang Xiong Lue pada suaminya.

Tok tok tok.

"Kenapa sepi sekali?." Zhisu menatap bingung sekelilingnya saat tidak ada orang satu pun.

Tok tok tok.

Sekali lagi tangannya mengetuk pintu namun lagi-lagi tidak ada jawaban atau seseorang yang membuka pintu dari dalam. Kakinya sudah terasa pegal setelah berjalan jauh dari kediaman pribadinya menuju Paviliun naga kediaman resmi milik suami tampannya namun tidak ada orang disini.

Setelah bergelut dengan fikirannya sendiri akhirnya dia memutuskan untuk masuk kedalam setelah mengetuk pintu sekian lama dan tidak ada yang menyahuti nya. Sesampainya di dalam tidak orang selain dirinya didalam ruangan yang besar nan mewah itu, ruangan kerja milik suaminya yang bersebelahan dengan kamar tidurnya pun juga terlihat sepi dan gelap hanya cahaya sang rembulan saja yang menerangi ruangan yang gelap itu melalui celah-celah jendela.

"Yang mulia anda dimana? Saya kemari untuk memberikan barang titipan dari Ibu Suri." Hening tidak ada tanda-tanda kehidupan selain dirinya.

Setelah meletakkan kotak yang di bawanya tadi keatas meja tiba-tiba telinganya mendengar suara bising dari arah tempat pemandian. Karena rasa penasaran yang tinggi membawa langkah kakinya menuju tempat keramat tersebut.

Bermodalkan penglihatan mata yang lumayan tajam saat melihat didalam gelap dan memasang telinga setajam mungkin membuat langkah kakinya berakhir di tempat keramat tersebut.

Kriet.

Suara pintu tempat pemandian yang bergesekan dengan lantai saat dibuka membuat suasana semakin menegangkan.

"Yang mulia apakah anda disini?." Hening tidak ada yang membalas ucapannya bahkan suara bising yang tadi terdengar di telinganya kini juga lenyap.

"Yang mulia apakah, aaakkhh....... Mmmpphh....." Kedua matanya melotot sempurna seolah ingin keluar dari tempatnya saat merasakan ada yang menarik tangannya dengan tiba-tiba dan merasakan sesuatu yang terasa kenyal, empuk dan sedikit basah menyentuh bibirnya.

Kedua matanya terpaku pada sosok tinggi yang berdiri dihadapannya dengan menutup kedua matanya. Kedua tangan kekarnya kini telah hinggap dipinggang ramping nya. Salah satu tangan kekarnya terasa berjalan menyusuri punggung jenjangnya dan berakhir di tengkuknya. Bulu kuduk nya semakin meremang saat merasakan sesuatu yang terasa kenyal dan sedikit basah itu bergerak dengan perlahan menghisap kedua bibir seksinya.

"Ya dewa ciuman pertamaku."
Zhisu hanya bisa memejamkan matanya dan tidak berani bereaksi apapun saat merasakan ciuman mereka yang semakin menuntut.

Kaisar Huang Qianfan semakin menekan tengkuk Permaisuri Huang Zhisu untuk memperdalam ciuman mereka. Rasa panas itu semakin menguasai dirinya dan membuatnya merasa gila dia harus segera menuntaskan keinginannya jika ingin rasa panas yang menyiksa dirinya itu menghilang.

Di sela-sela ciuman panas mereka Zhisu bisa mendengar suara geraman dari suami tampannya namun dia tidak berani bereaksi sedikitpun takut-takut kalau akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

Kaisar Huang Qianfan menyudahi aksi ciuman panas mereka dan menatap sayu penuh permohonan pada istri kecilnya. Permaisuri Huang Zhisu pun terlihat terengah-engah seperti habis lari maraton setelah ciuman panas mereka berakhir.
"Permaisuri kumohon bantu aku untuk menghilangkan rasa panas yang menyiksa ini." Suara serak Kaisar Huang Qianfan membuat Zhisu bergidik ngeri saat mendengarnya, Kaisar Huang Qianfan semakin mempertipis jarak antara mereka dengan menarik pinggang ramping Permaisuri Huang Zhisu untuk mempertipis jarak antara mereka.

Pandangan mata mereka saling terkunci satu sama lain. Sorot mata sayu Kaisar Huang Qianfan mampu membuat Zhisu tertarik untuk menyelami kedalam sorot mata itu.

Setelah aksi tatap menatap selesai Kaisar Huang Qianfan menggendong Permaisuri Huang Zhisu seperti karung beras dan membawanya keluar dari tempat keramat tersebut. Zhisu yang diperlakukan mendadak seperti itu terpekik kaget saat merasakan dirinya melayang di udara.

Langkah lebar Kaisar Huang Qianfan membawa mereka menuju tempat pembaringan yang terlihat nyaman. Ada sesuatu yang harus dia selesaikan agar segera terbebas dari rasa menyiksa ini. Zhisu kembali terpekik kaget saat merasakan dirinya yang terhempas lumayan keras.

Matanya kembali melotot sempurna saat sirine berbahaya dikepalanya berbunyi. Dia sudah tahu kemana alur kejadian yang akan menimpa dirinya selanjutnya nanti.

Malam ini Paviliun Naga yang menjadi kediaman resmi dari Kaisar Huang Qianfan pemimpin Kekaisaran dinasty Huang menjadi saksi bisu untuk peristiwa bersejarah dan terasa panjang itu, biarlah hanya mereka dan dewa saja yang tahu kejadian apa yang akan terjadi selanjutnya.

Didalam salah satu bangunan istana terlihat seorang wanita dengan pakaian serba hitam miliknya yang sedang bersiap-siap menyiapkan keperluan yang nanti mungkin akan diperlukannya.

Langkah kakinya membawanya menuju salah satu kediaman resmi milik salah satu penguasa dinasty Kekaisaran Huang.

"Sepertinya untuk malam ini aku tidak perlu mengawasinya." Wanita misterius itu terlihat pergi meninggalkan area salah satu kediaman resmi milik salah satu penguasa dinasty Kekaisaran Huang.

Langkah kakinya membawanya menuju ke sebuah jalan rahasia yang mengarah keluar istana. Prajurit yang bertugas untuk menjaga keamanan istana pun juga terlihat tidak seramai seperti biasanya yang artinya itu semakin mempermudah nya untuk keluar istana.

Saat hampir sampai ditempat tujuan netra tajamnya tidak sengaja melihat salah satu Selir Kaisar Huang Qianfan yang terlihat sedang berjalan sendirian. Saat mengetahui kemana arah tujuan wanita itu terpaksa dia harus membatalkan niatnya untuk berjalan-jalan keluar istana.

"Siapa kau?." Selir Wang Rouyen terperanjat kaget saat ada sosok misterius yang tiba-tiba berdiri dihadapannya. Dengan pakaian yang serba hitam semakin menambah rasa curiga pada dirinya.

"Kau tidak perlu tahu siapa aku, sepertinya kau harus membatalkan niatmu itu Selir Wang Rouyen." Kedua mata Selir Wang Rouyen kini telah membulat sempurna saat sosok misterius dihadapannya itu menyebutkan namanya.

                    
                            *****     

Empress From The Future  [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang