Chapter. 11

6K 305 4
                                    

Happy reading guys..........

                           ******

Tap tap tap.

"Tungu kasim Han." Teriak seorang pria dengan pakaian perangnya.
"Oh, jenderal Feng Gao ada apa? Apa kau akan pergi berperang?." Yap pria bertubuh tinggi tegap itu adalah Jenderal Feng Gao salah satu Jenderal terbaik Kekaisaran Huang. Pria itu tersenyum simpul saat mendapat pertanyaan dari temannya.
"Bukan perang tapi aku harus pergi ke sebuah desa untuk membasmi para bandit. Ada desa yang diserang oleh bandit selama beberapa hari ini, aku harus segera membereskannya atau kepalaku menjadi jaminannya." Kasim Han hanya tertawa saat mendengar jawaban dari teman masa kecilnya itu. Jenderal Feng Gao memberikan beberapa gulungan kertas pada Kasim Han untuk diberikan kepada Kaisar Huang Qianfan.

"Ini adalah beberapa laporan dari masyarakat untuk yang mulia. Tolong berikan pada beliau dan katakan padanya bahwa aku tidak bisa mengantarkannya sendiri karena saat ini pasukanku sudah menungguku didepan gerbang utama." Kasim Han menerima gulungan kertas itu dengan tersenyum kecil.
"Baiklah aku akan memberikan pada yang mulia. Kau pergilah, mereka sudah menunggumu." Ucap Kasim Han.
"Terima kasih teman." Lalu Jenderal Feng Gao pergi meninggalkan Kasim Han  menuju rombongan pasukannya setelah mengucapkan terimakasih pada teman masa kecilnya itu. Sedangkan Kasim Han hanya menatap punggung temannya itu dengan tersenyum simpul.
"Cepatlah kembali dengan selamat teman, meskipun aku tahu kau itu hebat dalam bertarung." Setelah itu Kasim Han berjalan menuju keruangan kerja Kaisar Huang Qianfan seorang diri.

                             _00_

Di Paviliun bulan milik Permaisuri Huang Zhisu kini terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa prajurit yang berjaga didepan Paviliun dan 2 orang pelayan yang berdiri didepan pintu kamar.
"Ming Fei sudah berapa hari aku berada disini?." Sudah kesekian kalinya Zhisu berteriak seperti itu pada pelayan setianya. Ming Fei dan Ming Fu yang mendengar pertanyaan sama yang diucapkan oleh Zhisu hanya bisa menghela nafas sabar.
"Baru 2 hari anda berada di Paviliun Permaisuri." Zhisu kembali merengek seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen oleh ibunya untuk yang kesekian kalinya setelah mendengar jawaban dari pelayan setianya yang sedikit berteriak agar dia bisa mendengarnya.

"Huuaaa...... Kenapa lama sekali? Aku bisa mati bosan jika aku harus berada disini selama dua puluh hari Ming Fei. Ini baru dua hari itu berarti masih tersisa delapan belas hari lagi huuaaa......Ibu aku mau pulang, aku bosan disini." Zhisu kembali menangis setelah selesai menghitung masa hukumannya dengan menggunakan jari tangannya.

"Haish, gara-gara wanita sialan itu aku harus terjebak disini selama dua puluh hari dan juga kenapa yang mulia juga harus menghukum ku padahal aku tidak bersalah disini. DASAR PRIA BRENGSEK JIKA KAU TIDAK BISA MENGURUS ISTRIMU JANGAN MENIKAHI BANYAK WANITA." Kedua gadis muda itu hanya bisa meringis malu saat mendengar teriakan dari tuan mereka. Bahkan beberapa prajurit yang mendengar teriakan dari Permaisuri mereka hanya bisa meringis malu dan berpura-pura tidak mendengar apapun.

Setelah puas menangis kurang lebih selama setengah jam akhirnya Zhisu berhenti merengek seperti anak kecil saat tiba-tiba sebuah ide brilian terlintas difikirannya.
"MING FEI PANGGILKAN PRAJURIT YANG BERJAGA DIDEPAN UNTUK KEMARI SEKARANG JUGA." Si empunya nama berjengit kaget saat tiba-tiba suara melengking memasuki indra pendengarannya. Setelah itu Ming Fei berjalan mendekati salah satu prajurit yang berdiri tidak jauh darinya.

"Emm... Permisi tuan, Permaisuri meminta salah satu prajurit yang berjaga didepan untuk masuk kedalam." Prajurit itu menatap salah satu temannya dan memberinya kode agar segera masuk kedalam. Ming Fei mengantarkan prajurit itu sampai didepan pintu yang sudah dibuka oleh sepupunya.
"Psst, Ming Fei ada apa Permaisuri memanggil salah satu prajurit?." Ming Fu berbisik pelan didepan telinga sepupunya setelah pintu kamar tuan mereka tertutup rapat, Ming Fei yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya mengedikkan bahu tanda tidak tahu.

Sedangkan didalam kamar Permaisuri Huang Zhisu kini sedang terjadi sedikit perdebatan antara Zhisu dan seorang prajurit.
"Oh ayolah kau tidak mau aku mati bosan disini kan?." Prajurit itu hanya menundukkan kepalanya dan sedikit menggeleng saat mendengar pertanyaan unfaedah yang keluar dari mulut junjungannya. Zhisu yang melihat kalau prajurit itu tidak berani menatapnya karena takut setelah mendengar permintaannya tadi kembali tersenyum miring yang membuatnya semakin terlihat cantik.

"Kau harus melakukan apa yang kumau tadi sebelum kepalamu itu terlepas dari tubuhmu. Lakukan seperti apa yang kumau tadi dengan hati-hati agar kau tidak ketahuan, apa kau mengerti?." Prajurit itu hanya menunduk pasrah saat permintaan dari junjungannya itu tidak bisa ditolak sedikitpun. Akhirnya mau tidak mau dia harus melakukannya agar kepalanya tetap aman dan dirinya masih bisa menghirup udara bebas esok hari.
"Baik Permaisuri saya akan melakukan seperti apa yang anda inginkan, kalau begitu saya undur diri yang mulia." Zhisu mengibaskan tangan kanannya mengusir prajurit itu untuk segera keluar dari kamarnya.

                            _00_

Tuk.

Sudah empat kali Kaisar Huang Qianfan meletakkan kuas yang dipegang nya dengan sedikit keras saat lagi-lagi dirinya tidak bisa berkonsentrasi.
"Ada apa denganku kenapa aku tidak bisa fokus? Kenapa bayangan Permaisuri Huang Zhisu selalu memenuhi fikiranku?." Kaisar Huang Qianfan kembali memijit pelipis kepalanya saat kepalanya terasa berdenyut kembali.

"Kenapa aku selalu memikirkannya? Dan kenapa pula aku selalu merasa gelisah saat berada jauh darinya? Ada apa dengan jantungku saat aku memeluknya tempo hari? Kenapa berdetak cepat sekali? Apakah aku punya penyakit jantung?." Dan masih banyak lagi pertanyaan yang bersarang dikepalanya, saat masih tenggelam dalam lamunannya sebuah pertanyaan dengan nada sedikit keras berhasil menariknya kembali ke dunia nyata.

"YANG MULIA APAKAH ANDA BAIK-BAIK SAJA?." Teriak sebuah suara.
"Ada apa Kasim Han? Kenapa kau tidak mengetuk pintu terlebih dahulu?." Kaisar Huang Qianfan mengernyitkan dahinya bingung saat melihat Kasim kepercayaan nya tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya saat ini.
"Maaf yang mulia tapi hamba sudah mengetuknya dan anda tidak mendengarnya jadi hamba masuk sebelum meminta ijin pada anda yang mulia, sekali lagi maafkan hamba yang mulia." Kasim Han menundukkan kepalanya hormat pada Kaisar Huang Qianfan yang balas dengan deheman singkat.

"Ada apa kau kemari?." Kaisar Huang Qianfan kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa mempedulikan manusia yang berdiri dihadapannya saat ini. Kasim Han segera memberikan gulungan kertas titipan dari Jenderal Feng Gao kepada Kaisar Huang Qianfan.
"Ini adalah titipan dari Jenderal Feng Gao untuk anda yang mulia, dia mengatakan ini adalah laporan dari masyrakat untuk yang mulia. Jenderal Feng Gao menitipkan maaf untuk anda karena tidak bisa mengantarkannya langsung kepada Anda yang mulia." Kaisar Huang Qianfan hanya menganggukan kepalanya sebagai jawabannya.

Selain berwajah dingin dan datar Kaisar Huang Qianfan juga terkenal dengan keiritannya dalam berbicara. Hanya saat-saat tertentu saja dia mengeluarkan banyak kata, bahkan Ibunya sendiri harus bersabar jika sudah berbicara dengan putra semata wayangnya itu.

"Kemana Jenderal Feng Gao pergi?." Tanya Kaisar.
"Dia pergi ke sebuah desa untuk membereskan para bandit yang menyerang desa tersebut yang mulia." Jawab Kasim Han.
"Baguslah jika dia sudah berangkat." Hanya 5 kata bernada dingin jawaban dari Kaisar Huang Qianfan untuk Kasim Han.

"Kasim Han aku ingin bertanya padamu. Apa kau pernah merasakan jantungmu yang berdetak lebih cepat?." Tanya Kaisar. Kasim Han yang mendapat pertanyaan seperti itu   mencoba mengingat apakah dia pernah mengalaminya?.
"Oh, hamba pernah merasakannya yang mulia." Kaisar Huang Qianfan mengembangkan senyumnya saat pertanyaannya mendapatkan respon. Kasim Han yang melihat Junjungannya tersenyum justru merasa aneh.
"Hamba selalu merasakannya setelah hamba berlari dengan tiba-tiba, atau saat hamba terkejut, dan berlari dalam jarak yang sangat jauh." Kaisar Huang Qianfan yang melihat tampang polos dari Kasim Han wajahnya langsung berubah masam seketika.

Bayangkan saja saat kita sedang bertanya kepada seseorang dan menunggu jawabannya dengan sangat serius tapi jawaban yang kita terima tidak meyakinkan seperti yang dialami oleh Kaisar Huang Qianfan dan Kasim Han. Sebenarnya Kasim Han tidak salah disini dia hanya menjawab pertanyaan yang diberikan padanya, tapi tetap saja jawabannya tidak seperti yang diharapkan oleh Kaisar. Jadi bisa dibayangkan seperti apa raut wajah masam Kaisar Huang Qianfan saat ini?.

                              *****   

Empress From The Future  [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang