Chapter. 44

2.3K 159 0
                                    

Happy reading guys.....

***** 

"Yang mulia." Zhisu yang telah sampai di ruang singgasana kerajaan kembali terkejut saat melihat banyaknya tubuh manusia yang tergeletak tak bernyawa, sejauh matanya memandang hanya ada lautan darah dan tubuh manusia yang tergeletak tan bernyawa hingga tatapan matanya terkunci pada seorang pria yang berstatus sebagai suaminya itu.

Yang menjadi pusat perhatiaan nya kini sedang berdiri mematung dengan pandangan mata kosong menatap kearah dua orang pria paruh baya yang sedang bertarung dengan sengit.

Fu Yuan yang sejak tadi mengawal Permaisuri Huang Zhisu hanya bisa terdiam membisu setelah menyaksikan identitas junjungannya telah terbongkar.

Zhisu yang melihat ada celah langsung berlari mendekati suaminya, perasaannya menjadi khawatir tiba-tiba setelah melihat suaminya itu tidak bereaksi sedikit pun.

" YANG MULIA."

Sring.

Sring.

Fu Yuan yang melihat junjungannya dalam bahaya saat melihat ada seseorang yang sedang mengincar nyawa junjungannya itu langsung berlari dan menangkis serangan yang tertuju padanya.

Zhisu yang terkejut saat melihat Fu Yuan berdiri di depannya dengan tiba-tiba langsung menghentikan langkahnya.

"Yang mulia pergilah pada yang mulia Kaisar , hamba akan melindungi anda." Zhisu segera melanjutkan langkah kakinya menuju ke arah suaminya yang sedang berdiri membeku, tanpa waktu lama Fu Yuan dapat mengalahkan lawannya dengan mudah.

Sring.

Crash.

Entah untuk keberapa kalinya Fu Yuan memenggal kepala seseorang hari ini.

"Yang mulia apakah anda baik-baik saja?." Saat merasakan sebuah tepukan pada bahunya barulah saat itu Kaisar Huang Qianfan tersadar dari lamunannya.
"Permaisuri? Apa yang kau lakukan disini?. Apakah kau terluka?." Kaisar Huang Qianfan yang terkejut saat melihat istri kecilnya itu berada di hadapannya kembali bertambah terkejut saat melihat pedang yang ada di genggaman istri kecilnya itu berlumuran darah.

Zhisu yang mengerti kemana arah pandangan Kaisar Huang Qianfan langsung mengerti.
"Saya baik-baik saja yang mulia dan ini bukan darahku." Kaisar Huang Qianfan membuang nafas lega setelah mendengar kalau istri kecilnya itu baik-baik saja.

Arrrggghhh.....

Baik Zhisu atau Kaisar Huang Qianfan mereka berdua sama-sama terkejut setelah mendengar suara teriakan seseorang.

"Kukira kau sudah mati? Rupanya anak buahku tidak menjalankan tugasnya dengan benar waktu itu, hah... seharusnya aku memeriksanya secara langsung saat itu." Kaisar Huang Qianfan yang mendengar ucapan menteri Wu Zetian langsung meradang seketika.

Ya, pria yang memimpin pasukan kudeta adalah Menteri Wu Zetian Ayah dari Selir Agung Wu Shasuang. Zhisu yang masih belum mengerti dengan apa yang terjadi saat ini hanya menatap mereka semua dengan kebingungan.

"Kau melakukan kesalahan yang sangat fatal Menteri Wu Zetian." Pria paruh baya yang menjadi lawan menteri Wu Zetian menyunggingkan senyum mengejeknya saat melihat wajah Menteri Wu Zetian yang memerah karena menahan emosi.

"Ayah." Kaisar Huang Qianfan masih menatap tidak percaya pada sosok yang berdiri tak jauh darinya, hanya satu kata itu yang dapat terucap dari bibirnya saat ini.

Kedua matanya berkaca-kaca saat melihat sosok yang selama ini dia rindukan dan kini tengah berdiri tak jauh darinya. Sedangkan Zhisu kini beralih mengambil sebuah busur dan dua buah anak panah setelah berhasil mengalahkan salah satu anggota pasukan pemberontak yang menyerangnya.

Zhisu yang memang memiliki insting yang lumayan tajam segera membidik sasarannya dengan anak panahnya. Sejak awal dia sudah merasa janggal dengan penyerangan yang terjadi dan kini dia sudah menemukan titik terangnya.

Kaisar Huang Fengying yang merupakan Ayah dari Kaisar Huang Qianfan menatap putra semata wayangnya itu dengan penuh haru. Selama ini dia hanya bisa melihatnya dari kejauhan dan kini dia bisa melihat langsung putra semata wayangnya yang kini telah tumbuh dewasa dan menjadi pemimpin yang hebat dan tangguh.

Sebuah senyum simpul tercipta di wajah tampan Kaisar Huang Qianfan setelah melihat Ayahnya tersenyum simpul padanya. Kesempatan emas itu digunakan oleh Menteri Wu Zetian untuk menyerang Kaisar Huang Fengying yang sedang lengah.

Wuusshhh.

Jleb.

Namun belum sempat dia menyerang Kaisar Huang Fengying sebuah anak panah tiba-tiba melesat kearahnya dengan sangat cepat.
"Arrrggghhh....." Jeritan kesakitan Menteri Wu Zetian membuat Kaisar Huang Fengying kembali fokus pada sosok yang telah berani melakukan kudeta pada kerajaannya yang di pimpin oleh putranya.

Wuusshhh.

Jleb.

Sebuah anak panah kembali melesat dan menancap tepat pada sasarannya, Zhisu mengarahkan anak panah itu pada paha kiri Menteri Wu Zetian setelah melepaskan anak panah pertamanya yang menancap pada bahu kanan Menteri Wu Zetian.

Kaisar Huang Qianfan menatap terkejut pada istri kecilnya itu, sedangkan Zhisu yang di tatap seperti itu hanya tersenyum simpul dan membuang busurnya lalu mengambil kembali pedangnya yang sempat dia buang tak jauh dari posisinya.

Fu Yuan segera mengamankan Menteri Wu Zetian dibantu oleh bawahannya dengan mengikat kedua tangan Menteri Wu Zetian dan menutup mulutnya dengan sebuah kain.

Kaisar Huang Fengying tersenyum simpul saat menatap Permaisuri Kekaisaran dinasty Huang.
"Apa yang sedang kau lakukan disini menantuku?." Zhisu yang mendengar pertanyaan dari Ayah mertuanya itu hanya tertawa renyah.

"Saya hanya ingin mencoba apakah pedangku ini masih tajam untuk memenggal kepala seseorang Ayah dan ternyata masih cukup tajam hehe..." Kaisar Huang Qianfan menatap tidak percaya pada Permaisurinya setelah mendengar jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh Ayahnya sedangkan Kaisar Huang Fengying hanya tertawa lepas setelah mendengar jawaban dari menantu kesayangan istrinya itu.

Jin Long dan beberapa anggota pasukan Naga Hitam justru bergidik ngeri setelah mendengar jawaban konyol sekaligus mengerikan menurut mereka yang di ucapkan oleh Permaisuri mereka.

Grep.

Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kaisar Huang Qianfan saat memeluk sosok yang sangat di rindukan nya selama ini sekaligus sosok yang sangat dihormatinya, hanya sebuah isakan kecil yang keluar dari bibirnya dan tetesan air mata yang bisa menggambarkan bagaimana suasana hatinya saat ini.

Kaisar Huang Fengying hanya bisa tersenyum dan membalas pelukan putranya dengan tak kalah eratnya. Jin Long dan beberapa anggota pasukan Naga Hitam ikut meneteskan air mata mereka saat melihat pemandangan bahagia yang terjadi di depan mereka.

Mereka yang menjadi saksi betapa beratnya perjuangan junjungan mereka  selama ini ikut merasakan bahagia saat melihat pemandangan yang mengharukan ini, kini mereka kembali menjadi saksi perjuangan junjungan mereka yang kini telah berakhir.

Tak lama kemudian datanglah wanita paruh baya dia adalah Ibu Suri Huang Xiong Lue, saat menatap sosok yang sedang berdiri memunggunginya air matanya menetes dengan sendirinya saat sosok itu kini tengah menatapnya dengan senyuman bahagia.

Ibu Suri Huang Xiong Lue tidak bisa berkata apa-apa lagi, tenggorokannya terasa seperti terkunci seketika saat melihat sosok yang selama ini telah di kabarkan meninggal dunia dan kini sosok itu berdiri dihadapannya dengan keadaan sehat meskipun terdapat beberapa luka kecil pada wajah tampannya.

"Yang mulia, hikss..." Hanya tiga kata itulah yang dapat keluar dari bibir Ibu Suri Huang Xiong Lue saat memeluk suaminya tercinta. Air matanya tidak mau berhenti saat berada di dalam pelukan suaminya.

Kaisar Huang Qianfan yang tidak ingin ikut menangis membuang pandangannya kearah istri kecilnya yang sedang menatap kedua orang tuanya dengan mata berkaca-kaca dan tersenyum bahagia.

Saat pandangan mata mereka bertemu ada rasa asing yang dia rasakan.
"Kenapa jantungku berdetak kencang?."

*****






Empress From The Future  [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang