Chapter. 41

2.7K 162 19
                                    

Happy reading guys.....


*****  

Semburat warna jingga menghiasi langit sore hari ini yang menandakan pagi akan segera berganti malam. Tak lama kemudian matahari terlihat mulai tenggelam di ufuk barat dan berganti dengan sang rembulan yang bertugas untuk menyinari bumi malam ini.

Di sebuah hutan jauh dari pusat kota dan keramaian terlihat pergerakan beberapa orang berpakaian serba hitam menuju sebuah desa terpencil.

TOKO SENJATA

Itulah nama yang tertera pada papan pemberitahuan yang ada di depan toko, sekelompok orang misterius dengan pakaian serba hitam itu pergi ke sebuah toko yang menjual segala janis senjata tajam. Toko itu bukan hanya sembarang toko, toko milik tuan Zhao Yinxu juga menyediakan puluhan ekor kuda dengan kualitas terbaik. Kuda-kuda disana bukan hanya memiliki fisik yang bagus namun juga kemampuan berlari yang sangat cepat.

Banyak kaum bangsawan yang datang ke tokonya dan menjadi pelanggan karena merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dan juga barang-barangnya pun memiliki kualitas yang sangat bagus.

"Selamat datang yang mulia. Semua yang anda butuhkan sudah hamba sediakan di halaman belakang yang mulia." Tuan Zhao Yinxu menyambut kedatangan mereka dengan senyum yang merekah sempurna. Pria yang dipanggil dengan sebutan 'yang mulia' itu langsung menuju ke halaman belakang tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi.

Pandangan matanya tertuju pada barisan kuda dengan postur tubuh tinggi tentunya dengan kualitas terbaik, tatapan tajamnya menatap barisan kuda berwarna hitam dan coklat itu satu persatu lalu perhatiannya berpusat pada seekor kuda berwarna putih bersih dengan bulu lebat dan terawat tentunya.

Langkah kakinya membawanya mendekati sang kuda yang akan menjadi tunggangan nya malam ini, kuda putih itu sangat kontras sekali dengan pakaiannya yang berwarna hitam.

"Yang mulia pedang anda." Tuan Zhao Yinxu datang menemui pria bangsawan itu dengan membawa sebuah pedang tajam dengan ukiran naga pada gagang pedang tersebut.

Sring.

Saat pria itu mengeluarkan pedangnya dengan bantuan dari sinar sang rembulan pedang itu kini terlihat semakin tajam hanya dengan melihat dari kilatan yang tercipta. Beberapa bawahannya bergidik ngeri saat melihat kilatan dari pedang tersebut, mereka bergidik ngeri karena membayangkan seberapa tajam pedang itu jika digunakan untuk membunuh orang pasti anggota tubuh orang tersebut langsung terlepas dari tempat nya.

Mereka kembali tersadar dari lamunan mereka setelah mendengar interupsi dari pemimpin mereka. Tanpa menunggu lama lagi mereka segera menuju kuda masing-masing dan menungganginya.

Mereka pergi dari desa terpencil itu dengan menaiki kuda dengan kualitas terbaik untuk menuju ke Ibukota dinasty Huang tak lupa senjata mereka yang terpasang sempurna pada tempatnya masing-masing.

Angin malam yang terasa dingin saat berhembus menerpa kulit tidak menyurutkan niat mereka. Suara derapan langkah kaki kuda yang saling bersahutan menambah suasana mencekam malam ini.

Pada barisan paling depan dipimipin oleh seorang pria dengan pedang tajam yang selalu berada di genggamannya, rambut panjang kuda putih yang menjadi tunggangannya berkibar sempurna saat berlari kencang diterpa angin ditambah lagi sinar sang rembulan yang menambah pesona keindahan kuda tersebut. Jubah hitam pria itu juga ikut berkibar-kibar saat diterpa angin malam yang terus berhembus.

Jika dilihat dari atas pohon sekelompok pria misterius berjubah hitam yang dipimpin oleh pria berjubah hitam yang menunggangi kuda putih seperti pasukan dewa perang yang akan terjun ke medan perang dan meluluhlantakkan suatu wilayah.

Sedangkan di istana Kekaisaran dinasty Huang lebih tepatnya di Paviliun Bulan yang menjadi kediaman resmi Permaisuri Huang Zhisu sedang terlihat beberapa prajurit yang sedang melakukan pergantian tugas untuk melindungi keamanan sang Permaisuri.

"Huuffftt..... Kenapa perasaanku gelisah seperti ini?." Sudah sejak 30 menit yang lalu Zhisu mencoba untuk tertidur tapi kedua matanya tidak mau diajak kerja sama. Sangking kesalnya dia bahkan membuang asal bantalnya untuk melampiaskan rasa kesalnya.

Kesal karena dirinya tidak bisa tidur karena perasaan gelisah yang datang dengan tiba-tiba dia bahkan tidak tahu mengapa dia bisa merasa gelisah seperti itu.

"Ya dewa semoga tidak terjadi hal buruk malam ini." Zhisu menangkupkan kedua tangannya marapalkan doa yang di ucapkan nya dalam hati.

"Mungkin berlatih pedang bisa membuatku sedikit lebih tenang." Langkah kakinya membawanya menuju ke gudang tempat penyimpanan senjata miliknya.

Senyum manis terukir di wajah cantiknya saat melihat pedang tajam kesayangan nya.

Dugh.

Zhisu langsung mengambil pedang miliknya dan membuka sedikit pintu gudang yang tertutup rapat untuk mengintip siapa yang masuk kedalam kamarnya.

"Dimana dia? Apakah mungkin dia ada di pemandian? Seharusnya dia sudah tidur sekarang." Pria misterius itu berjalan menuju tempat pemandiam dengan mulut yang menggerutu kesal karena tugasnya malam ini akan sedikit lama karena harus mencari keberadaan targetnya.

"Siapa dia? Apakah dia pembunuh bayaran lagi? Jika dilihat dari pakaiannya sepertinya iya. Hmm... Sudah lama aku tidak mencoba apakah pedang ku ini masih tajam untuk menebas kepala orang?." Senyum miring terukir diwajah cantik Permaisuri Huang Zhisu saat membayangkan permainan menarik yang akan segera dia mainkan.

Kriet.

Saat melihat pria misterius itu memasuki tempat pemandian miliknya saat itulah Zhisu segera keluar dari gudang dengan jalan mengendap-endap.

"Kemana wanita itu? Apakah dia tidak disini?. Ck, kemana lagi perginya wanita itu." Pria itu keluar dari tempat pemandian setelah berdecak kesal. Saat hendak keluar melalui jendela kamar tempatnya masuk tadi tak sengaja tatapan pria itu terpaku pada sosok wanita cantik dengan pedang tajam yang menjadi tumpuan dagunya.

Zhisu yang melihat pria itu keluar dengan sorot mata kesalnya menyunggingkan senyum manisnya saat pria itu menatap terkejut padanya.

"Hai." Zhisu melambaikan tangannya pada pria misterius itu untuk menyambut kedatangannya.

"Apa kau pembunuh bayaran yang di tugaskan untuk membunuhku lagi? Sepertinya iya jika dilihat dari pakaianmu yang serba hitam itu." Zhisu memiringkan kepalanya menatap pria itu dengan sorot mata tajam nan dingin.

"Rupanya kau cerewet juga. Selamat tinggal Permaisuri Huang Zhisu." Setelah mengatakan itu pria misterius itu langsung berlari dengan mengacungkan pedang tajamnya ke arah Permaisuri Huang Zhisu dan terjadilah aksi saling serang menyerang antara Permaisuri Huang Zhisu dan pembunuh bayaran tersebut.

Sring.

Sring.

Sring.

"Kuharap pedangku masih cukup tajam untuk menebas kepalamu." Zhisu melesat dengan cepat untuk menghindari setiap serangan yang mengarah padanya pedang tajamnya pun tak lupa ia gunakan untuk menangkis setiap serangan yang tertuju padanya dan membalas setiap serangan yang tertuju padanya dengan tak kalah sengitnya.

Prang.

"Suara apa itu? Bukankah suara itu berasal dari kamar Permaisuri?."

Prang.

"Kau benar Permaisuri sedang dalam bahaya cepat selamatkan Permaisuri." Dua orang prajurit segera berlari menaiki tangga menuju kamar Permaisuri mereka setelah mendengar suara gaduh yang menarik perhatian mereka.

"Sayang sekali lemparanmu meleset Permaisuri." Pria itu tersenyum miring saat melihat lawannya mulai sedikit kelelahan karena menangkis serangan darinya.

"Ku akui gerakanmu lumayan cepat dan sulit ditebak." Bukannya marah karena lemparan nya meleset karena tidak mengenai pria itu tapi malah mengenai dinding Zhisu malah tersenyum smirk saat pria itu masuk kedalam perangkapnya.

Brak.

*****



Empress From The Future  [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang