Chapter. 31

2.9K 184 0
                                    

Happy reading guys.......

*****

Di dalam ruang kerja Kaisar Huang Qianfan terdapat dua orang manusia berbeda usia dan status sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Sang pemilik ruangan atau Kaisar Huang Qianfan terlihat sangat sibuk dengan banyaknya laporan yang sedang dibacanya sedangkan Kasim Han terlihat sibuk menata gulungan kertas diatas meja junjungannya supaya terlihat rapi.

"Yang mulia semua persiapan sudah siap. Kita hanya tinggal membagikan bahan pangan pokok pada masyarakat yang mulia." Kasim Han memberikan laporannya pada Kaisar Huang Qianfan setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Hmm...baiklah, siapkan pasukan untuk mengawal Ibu Suri besok beliau mengirimkan surat padaku dan mengatakan ingin ikut serta dalam acara besok." Kasim Han menundukkan kepalanya hormat setelah menerima perintah dari junjungannya.

"Maaf yang mulia bukankah Ibu Suri Huang Xiong Lue baru akan tiba besok pagi setelah menempuh perjalanan jauh dari Kediaman resmi milik Ibu Suri?." Kaisar Huang Qianfan menghembuskan nafasnya pelan setelah teringat kalau Ibunya itu akan tiba besok pagi dari perjalanan jauhnya.

"Kau tahu kan Kasim Han Ibu Suri seperti apa, jika beliau memiliki keinginan maka keinginan itu harus terwujud. Kecuali untuk permintaan penerus Kekaisaran aku masih belum bisa mewujudkannya." Sambungnya dalam hati. Kasim Han yang mendengar penjelasan dari Kaisarnya hanya bisa terdiam dan mengiyakannya dalam hati.

"Memang benar sih kalau Ibu Suri Huang Xionglue memiliki keinginan maka harus dituruti dan sifat itu turun pada yang mulia Kaisar." Kasim Han hanya bisa membatin itu semua dalam hati mana berani dia mengatakannya di depan Kaisar Huang Qianfan cari mati namanya kalau sampai dia melakukannya.

Selama ini Ibu Suri Huang Xionglue memiliki kediaman resmi yang berada lumayan jauh dari wilayah Kekaisaran Huang. Setelah mendengar kabar menantu kesayangannya memberikan solusi untuk memecahkan masalah yang sedang terjadi dan menurutnya saran yang diberikan oleh menatu kesayangannya itu merupakan saran yang luar biasa membuatnya semangat dan langsung segera berangkat menuju istana Kekaisaran tanpa perlu menunggu lama lagi.

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu mampu mengalihkan perhatian kedua manusia itu, Kasim Han langsung berdiri setelah mendengar suara pintu yang diketuk dan dengan segera membuka pintu ruang kerja Kaisar Huang Qianfan karena tidak ada orang lagi selain dirinya dan sang Kaisar di ruangan ini jadi dialah yang bertugas untuk membuka pintu itu jika diketuk dari luar.

"Ada apa?." Seorang prajurit datang mengahadap Kasim Han untuk menyampaikan sebuah berita yang sangat penting.
"Salam hormat Kasim Han, saya ingin melaporkan kalau pasukan Selir Wang Rouyen sudah memasuki wilayah Kekaisaran Huang dan jenderal Feng Gao meminta saya untuk menyampaikan kalau kemungkinan mereka akan sampai besok siang. Hanya itu yang ingin saya sampaikan Kasim Han kalau bergitu saya undur diri." Kasim Han menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya setelah prajurit itu menghilang dari pandangannya barulah dia menutup kembali pintu itu.

Kaisar Huang Qianfan menghentikan kegiatan membacanya saat mendengar langkah kaki menuju kearahnya. Hanya dengan melihat tatapan tajam Kaisar Huang Qianfan yang tertuju padanya Kasim Han sudah mengerti maksud dari tatapan itu.

"Seorang prajurit utusan Jenderal Feng Gao melaporkan bahwa pasukan Selir Wang Rouyen sudah memasuki wilayah Kekaisaran Huang dan kemungkinan mereka akan tiba besok siang yang mulia." Kaisar Huang Qianfan hanya menanggapinya dengan deheman singkat dan kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

"Kasim Han kau boleh pergi." Kasim Han yang mendapat pengusiran dari junjungannya langsung segera keluar dari ruang kerja junjungannya setelah memberikan salam penghormatan nya.

Kini di dalam ruangan besar nan mewah itu hanya terdapat satu orang saja yaitu sang pemilik ruangan sekaligus sang pemimpin Kekaisaran dinasty Huang. Tatapan mata tajam setajam mata burung elang itu jatuh pada beberapa gulungan kertas yang tersusun rapi di rak buku. Kertas-kertas itu berisi daftar penerima bantuan subsidi dari Kerajaan seperti yang diusulkan oleh Permaisurinya.

Tiba-tiba fikiran nya kini tertuju pada istrinya.
"Kenapa Permaisuri ingin menemuiku?." Pertanyaan itu kini masih menganggu fikiran nya setelah dia kembali dari tugasnya tadi seorang prajurit menyampaikan pesan bahwa istrinya itu datang ingin menemuinya.

"Mungkin dia sudah tertidur pulas saat ini." Monolog Kaisar Huang Qianfan setelah menatap rembulan malam yang terlihat bersinar terang malam ini. Setelah memastikan pekerjaannya selesai dia memutuskan untuk mengistirahatkan tubuh serta fikiran nya di Paviliun Naga miliknya.

Sedangkan di sebuah jalan setapak yang menuju kembali ke istana Kekaisaran Huang terlihat seorang wanita sedang berjalan sendirian. Jika dilihat dengan mata orang awam dia memang terlihat sedang berjalan sendirian tapi jika ada seseorang yang memiliki kelebihan melihat wanita itu maka orang itu akan melihatnya sedang berjalan bersama sesosok tak kasat mata yang mendampinginya.

"Bagaimana kau bisa keluar dari istana?." Fu Pei berjalan berdampingan dengan Permaisuri Huang Zhisu untuk menuju kembali ke istana. Zhisu hanya diam saja tidak berniat untuk membalas pertanyaan itu.

"Yaahh... Bulan sudah berada diposisi tepat diatas kepala sepertinya waktu sudah semakin malam?." Zhisu mendongakkan kepalanya keatas untuk melihat sang rembulan.

Kaki jenjangnya kembali melangkah menuju arah dimana dia keluar tadi. Kini tepat di depan matanya terdapat setumpuk jerami yang menutupi jalan keluarnya dari istana. Dengan segera dia menyingkirkan tumpukan jerami itu sebelum ada orang lain yang mengetahui keberadaan nya. Fu Pei hanya bisa menatap lucu saat melihat Permaisuri Kekaisaran sedang merangkak melewati lubang kecil itu.

Dia tidak perlu bersusah payah untuk melakukan hal yang sama karena dia bisa menembus melewati dinding pembatas itu tidak seperti Permaisuri Huang Zhisu yang kesusahan melakukannya.

Wush.

"Selamat datang kembali di istana Kekaisaran dinasty Huang Permaisuri Huang Zhisu." Fu Pei menyambut Zhisu dengan senyum gelinya setelah melihatnya berhasil melewati lubang kecil itu dengan sedikit susah payah. Zhisu yang diperlakukan seperti itu hanya mencebik kesal tidak menghiraukan sambutan konyol yang dilakukan oleh temannya.

Kakinya melangkah dengan malas menuju kediamannya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah. Setelah sampai di dalam kediamannya melalui jendela kamarnya yang tidak terkunci dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya dia segera mengganti pakaiannya dengan jubah tidurnya.

"Hufttt... Lelah juga ternyata setelah berjalan-jalan. Apakah Jin Long sudah menyampaikan berita menyedihkan itu pada Fu Yuan?." Monolog Zhisu sambil merebahkan dirinya diatas peraduannya yang terasa empuk dan nyaman. Tak lama kemudian kedua mata bulat itu terpejam dengan sendirinya setelah rasa kantuk menguasainya.

"Kuharap kak Jin Long menyampaikan berita kematianku pada kak Fu Yuan. Kakak kuharap kau bisa menerima kepergianku." Fu Pei menatap hamparan langit malam yang terlihat indah karena dihiasi dengan jutaan bintang yang bersinar menemani sang rembulan malam dengan tatapan kosong.

Memorinya berputar pada saat momen-momen dirinya masih bersama kakak sepupunya dan juga kakak kandung nya melewati hari-hari mereka dengan penuh canda tawa. Kenangan itu masih dia ingat sampai akhir hidupnya meskipun dia berasal dari keluarga sederhana tapi dia tumbuh dengan penuh kasih sayang dari orang-orang yang berharga semasa hidupnya.

Tak terasa bulir-bulir air mata kembali menetes membentuk sebuah anak sungai yang mengalir di pipinya saat mengingat kenangan-kenangan indah yang telah dia lalui selama ini.

*****

Empress From The Future  [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang