Chapter. 46

2.5K 124 4
                                    

Happy reading guys.....

*****

Flashback on.

Seorang pria terlihat sedang melambaikan tangannya saat melihat kepergian saudara sepupunya menuju istana untuk bekerja.
"Kenapa perasaanku menjadi gelisah begini? Semoga Fu Pei baik-baik saja selama aku pergi." Fu Yuan yang merupakan kakak sepupu dari Fu Pei tiba-tiba perasaannya menjadi gelisah setelah melihat lambaian tangan adik sepupunya itu yang mengantarkan kepergiannya.

Orang tua Fu Pei sudah lama meninggal karena pemberontakan yang terjadi di desa mereka, sedangkan orang tua Fu Yuan juga sudah lama meninggal setelah perang besar terjadi. Ayahnya yang merupakan seorang prajurit istana tewas di medan perang saat sedang melaksanakan tugasnya sedangkan Ibunya yang bekerja sebagai pelayan di istana meninggal karena di bunuh oleh seseorang dan hingga sampai saat ini pelakunya masih belum tertangkap.

Setelah sampai di istana dengan segera dia menghampiri rombongan prajurit kerajaan yang sudah berbaris rapi, mereka bertugas untuk mengawal kepergian Kaisar Huang Fengying hari ini menuju sebuah desa terpencil.

Di sebuah desa terpencil yang masih merupakan wilayah kekuasaan dinasty Huang sedang terjadi masalah kekeringan dan kekurangan bahan pangan pokok karena itulah Kaisar Huang Fengying ingin melihat langsung bagaimana keadaan disana.

Fu Yuan yang merupakan tangan kanan dari Kaisar Huang Fengying tentu saja wajib ikut kemanapun perginya sang junjungan. Jin Long yang merupakan seorang panglima kerajaan juga ikut serta dalam menjaga keamanan Kaisar mereka.

Fu Yuan dan Jin Long sudah lama berteman sejak mereka masih remaja, pekerjaan mereka yang mengharuskan mereka untuk bertemu setiap hari membuat pertemanan mereka semakin erat seperti saudara.

Setelah menaiki kuda mereka masing-masing Jin Long dan Fu Yuan berada di barisan mereka masing-masing. Jin Long yang merupakan seorang panglima kerajaan berada di posisi paling depan yang bertugas untuk memimpin pasukan kerajaan, sedangkan Fu Yuan yang merupakan tangan kanan dari Kaisar Huang Qianfan menunggangi kudanya di sebelah kereta kuda sang Kaisar.

Perjalanan kali ini mereka tempuh dengan waktu yang cukup lama, karena mereka nanti harus melewati hutan belantara yang cukup panjang dan sangat jarang di kunjungi oleh penduduk desa di karenakan sebuah rumor yang beredar jika kita memasuki area hutan itu maka kita tidak akan bisa kembali lagi.

Rumor seperti itu menjadi momok menakutkan untuk masyarakat tentunya, setelah mendengar berita tersebut mereka jadi tidak berani untuk mengunjungi hutan itu lagi dengan alasan berburu atau mencari tanaman obat-obatan mereka tidak akan mau pergi kesana lagi karena mereka masih sayang nyawa.

Karena desa terpencil yang akan di kunjungi oleh Kaisar Huang Fengying terletak di seberang hutan itu jadi mau tidak mau mereka harus tetap melewati hutan tersebut jika ingin mencapai tempat yang mereka tuju dengan cepat.

Selama perjalanan entah kenapa fikiran Fu Yuan hanya tertuju pada Fu Pei, perasaannya semakin gelisah saat rombongan pasukan istana mulai memasuki area hutan terlarang itu.

Sedangkan Fu Pei yang kini tengah memenuhi fikiran Fu Yuan sedang berada di dalam rumah sederhana mereka. Setelah mengantongi cukup uang Fu Pei berniat untuk pergi ke pasar guna berbelanja bahan makanan mereka yang sudah mulai menipis.

Namun belum sempat dirinya keluar dari rumah, bangunan sederhana yang sebagian besar terbuat dari kayu itu di serang oleh pasukan orang-orang tidak di kenal.
"Siapa kalian? Kenapa kalian menyerangku?." Tanya Fu Pei kepada mereka yang datang menyerang rumahnya dengan tiba-tiba.

Namun mereka hanya diam membisu tidak mau mengatakan sepatah kata pun. Fu Pei yang melihat mereka mulai mengacungkan senjata tajam mereka ke arahnya dengan segera dia meyambar pedang tajam miliknya yang sengaja digantung di dinding rumah.

Pertarungan sengit pun sudah tidak bisa dihindari lagi, suara gesekan antar pedang terdengar ngilu di telinga siapa saja yang mendengarnya. Fu Pei yang kalah jumlah dengan mereka harus meregang nyawa di tangan sang pemimpin pasukan pembunuh bayaran itu.

Fu Pei meninggal dengan kondisi sebuah pedang tajam yang menembus tubuhnya, membuatnya kesulitan bernafas dan kehabisan banyak darah lalu berakhir dengan meninggal dunia. Para pembunuh bayaran itu lalu membakar rumah sederhana yang terlihat mulai rapuh itu dengan melemparkan sebuah obor pada bangungan yang terbuat dari kayu itu.

Bahan bangunan yang terbuat dari kayu membuat api dengan cepat merambat dimana-mana, lokasi rumah yang sedikit jauh dari keramaian memudahkan tugas mereka kali ini.

"Tuan, tugas kami sudah selesai dimana bayaran kami?." Ucap sang pemimpin pasukan bayangan kepada seorang pria dengan pakaian khas seorang bangsawan.

Pria itu segera melemparkan sekantong uang kepada mereka dan di sambut dengan bahagia oleh mereka semua.

"Kini kau sudah kehilangan tangan kananmu Kaisar Huang Fengying." Ucap pria itu. Pria itu menatap kobaran api yang sedang melahap habis bangunan yang terbuat dari kayu itu dengan tersenyum miring.

"Hormat hamba Menteri Wu Zetian, maaf mengganggu waktu anda. Hamba ingin menyampaikan sebuah berita penting tuan." Menteri Wu Shasuang menatap salah satu prajuritnya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Ada apa?." Tubuh prajurit itu terlihat sedikit bergetar ketakutan sebelum mengatakan berita yang dia yakini akan membuat emosi tuannya itu memuncak.
"Tuan, pemuda yang baru saja mati itu bukan Fu Yuan tangan kanan Kaisar Huang Fengying melainkan saudara sepupunya yang memiliki wajah sama dengannya." Ucap prajurit itu dengan tubuh bergetar ketakutan, Menteri Wu Zetian yang mendengarnya menjadi murka seketika.

"SIAL BAGAIMANA BISA KALIAN SALAH MEMBUNUH ORANG HAH? AKU TIDAK MAU TAHU KALIAN HARUS MENCARI DAN MEMBUNUH PEMUDA ITU SEBELUM DIA MENGATAKAN YANG SEBENARNYA PADA KAISAR HUANG FENGYING ATAU KEPALA KALIAN AKAN TERLEPAS." Teriak Menteri Wu Zetian murka.

Sontak para prajurit yang ketakutan karena amarah Menteri Wu Zetian dengan segera membubarkan diri dan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh tuan mereka.

"Sial bagaimana bisa mereka salah membunuh nya? Kenapa mereka bodoh sekali?." Ucap Menteri Wu Zetian dengan frustasi saat mengingat kembali sebuah peristiwa dimana Fu Yuan melihatnya menemui seseorang yang dia bayar untuk membunuh Kaisar Huang Fengying saat sedang tertidur.

Karena takut kalau Fu Yuan akan mengatakannya pada Kaisar Huang Fengying bahwa dirinya telah menyuruh orang untuk membunuhnya dengan jalan fikiran yang sudah buntu dia memutuskan untuk membayar para pembunuh bayaran untuk membunuh Fu Yuan yang merupakan saksi mata sekaligus menghilangkan barang bukti.

Namun sialnya yang mati di tangan orang-orang suruhannya bukan sang target melainkan saudara sepupunya.
Dengan perasaan emosi Menteri Wu Zetian menaiki kuda miliknya lalu memacunya dengan kecepatan tinggi menuju kediaman pribadinya untuk menyusun sebuah rencana baru.

Sudah 3 hari ini dia tidak bekerja di istana dikarenakan sebuah urusan yang mendadak. Setelah sampai di kediamannya dengan langkah cepat Menteri Wu Zetian segera menuju ke ruang kerjanya tidak mempedulikan panggilan dari putri semata wayangnya itu yang sudah menunggu kedatangannya sejak tadi.

Selir Agung Wu Shasuang yang sejak tadi menunggu kedatangan sang ayah menghentakkan kakinya kesal saat melihat Ayahnya yang tidak merespon pangilan darinya.

*****

Empress From The Future  [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang