Chapter. 26

3.1K 193 1
                                    

Happy reading guys......  

                             *****       

"YAAKKK... CEPAT BANGUN DAN SERANG DIA BODOH." Kedua pria itu segera bangun dan bersiap untuk menyerang wanita yang telah berani menyerang mereka. Zhisu melihat mereka dengan sorot mata tajamnya auranya langsung berubah menjadi mencekam seketika kesan anggun kini sudah hilang entah kemana digantikan dengan aura membunuh yang mematikan.

Tap tap tap.

Suara langkah kaki terdengar mendekat ke arah mereka karena keadaan malam hari yang sunyi sepi membuat langkah kaki mereka terdengar sangat jelas.

"Satu, dua, tiga, ditambah kalian dua orang totalnya ada lima orang yang harus kubereskan saat ini." Senyum miring terukir di wajah cantik Permaisuri Huang Zhisu yang tertutupi cadar, tangannya menggenggam pedang miliknya dengan erat dan bersiap untuk menyerang.

"Bagus kalian datang kemari, cepat bunuh wanita itu dan bawa anak kecil di belakangnya itu kemari." Empat orang pria bertubuh besar maju kedepan bersiap untuk menyerang.
"Sepertinya pria itu adalah pemimpin mereka dilihat dari mereka yang patuh pada perintahnya." Suara pedang yang saling beradu terdengar sangat nyaring di tengah malam yang sunyi, pertarungan sengit antara empat orang pria bertubuh besar dan seorang wanita terlihat sangat sengit siapapun yang melihat pertarungan itu mereka pasti langsung bisa menyimpulkan bahwa wanita itu akan kalah.

"Aaargghh..." Pedang tajam Permaisuri Huang Zhisu menembus dada salah seorang pria yang menjadi lawan bertarungnya, suara teriakan kesakitan terdengar sangat nyaring. Saat pedang itu dicabut dari tubuh sang korban saat itulah tidak terdengar lagi suara teriakan yang mampu membuat bulu kuduk siapapun itu berdiri.

"Tersisa empat lagi." Serangan demi serangan yang tertuju padanya dapat dihindarinya dengan mudah, Zhisu membalas mereka dengan mengeluarkan berbagai jurus andalannya untuk melumpuhkan lawannya itu tidak membutuhkan waktu lama untuknya melumpuhkan mereka. Kurang dari satu jam dia bisa melumpuhkan mereka semua dengan berbagai macam luka yang ditorehkan nya pada mereka.

Tersisa satu orang lagi yang belum dibereskan nya.
"Si-siapa dia? B-bagaimana dia bisa mengalahkan pasukan ku? Aku harus segera pergi dari sini sebelum mati ditangannya." Pria itu menggigil ketakutan saat melihat anak buahnya tewas didepan matanya dengan kondisi yang mengenaskan. Zhisu yang melihat pria itu ketakutan semakin menyukai permainan ini. Pria itu segera berbalik arah pergi dari tempat mengerikan itu untuk menyelamatkan nyawanya namun belum sampai dirinya keluar dari jalan yang sepi itu sebuah pedang sudah menancap dipunggungnya bahkan pedang itu sampai menembus tubuhnya.

"Mau melarikan diri heh?." Senyum mengejek terukur di wajah cantik Permaisuri Huang Zhisu, dia yang melihat pria itu hendak melarikan diri dengan cepat dia melemparkan pedangnya kearah punggung pria itu dan menancap dengan sempurna seperti yang ditargetkan nya.

Kaki jenjengnya melangkah menuju sebuah mayat dengan punggung yang tertancap pedang miliknya itu. Setelah mencabut pedang itu dan membersihkannya Zhisu kembali menuju ke arena bertarungnya tadi dan menatap sekelilingnya dengan tatapan mata yang tajam. Saat memastikan tidak ada yang melihat kejadian mengerikan tadi dengan cepat dia segera pergi dari sana dengan anak kecil yang diselamatkan nya tadi.

Anak itu hanya bisa pasrah saat tangannya ditarik pelan untuk mengikuti wanita yang menyelamatkannya tadi. Matanya masih tertutupi oleh sebuah kain jadi dia hanya bisa mengikuti kemana arah tarikan tangannya karena dia tidak bisa melihat apapun didepannya sekarang.

"Baiklah kau boleh membuka kain itu." Anak kecil itu pun segera melepaskan kain penutup matanya setelah mendapat perintah. Dirinya terkejut saat melihat sekitarnya.
"Nona kenapa anda membawa saya kemari?." Zhisu hanya tersenyum dibalik cadarnya saat melihat reaksi anak kecil itu.

"Baiklah mana yang cocok untukmu? Ini? Hmm, bukan. Ini lebih cocok untukmu. Ini pakailah." Zhisu tidak menghiraukan pertanyaan dari anak kecil itu dirinya malah sibuk memilih baju mana yang pas untuk anak itu. Yap, mereka kini berada di sebuah toko pakaian yang ramai oleh pengunjung. Anak itu hanya menatap wanita penyelamat dihadapannya dengan tatapan bingung.

Tangan kecilnya terulur untuk menolak pemberian yang diberikan oleh Zhisu yaitu sepasang pakaian yang terlihat sangat cantik namun sederhana tidak terlalu mewah.
"Maaf nona saya tidak bisa menerima ini. Kenapa anda membawa saya kemari?." Akhirnya pertanyaan yang ingin ditanyakan olehnya sedari tadi kepada wanita itu bisa diucapkannya.

Zhisu mendekati anak itu dengan senyuman yang masih terukir diwajah cantiknya meskipun tertutup oleh sebuah cadar.
"Gantilah pakaianmu lebih dulu, aku tidak ingin kau memakai pakaian ini lagi. Bukannya aku ingin merendahkanmu tapi lihatlah pakaianmu ini sudah banyak yang berlubang sudah tidak layak lagi untuk dipakai. Jadi kumohon turutilah permitaanku ini." Anak itu hanya bisa pasrah saat mendengar permohonan yang diucapkan oleh wanita itu.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk anak kecil itu berganti pakaian, Zhisu menatap berbinar pada anak itu saat melihat pakaian yang dipilihnya tadi sangat pas ukurannya dan cocok untuknya.
"Yaahh... Lihatlah kau sangat cantik." Zhisu yang gemas melihatnya mencubit pipi anak itu sebagai pelampiasan rasa gemasnya sedangkan anak itu kedua pipinya kini bersemu merah saat mendengar pujian yang diucapkan untuknya.

" Xiaowen, nama saya Xiaowen jadi nona bisa memanggil saya Xiaowen." Senyuman tulus terukir diwajah cantik anak itu binar matanya terlihat bahagia sekali hari ini berbeda dengan tadi saat dirinya ditangkap oleh beberapa orang yang ingin menjualnya tadi.
"Jadi namamu Xiaowen? Nama yang cantik seperti orangnya. Baiklah perutku sudah lapar apakah kau mau menemaniku untuk mencari makanan aku masih belum hafal tempat ini." Pipinya kembali bersemu merah saat mendengar pujian yang sama untuknya.

"Baiklah sebagai ucapan terimakasih saya, saya bisa mengantarkan anda nona." Sepanjang jalan mereka berjalan menyusuri pasar banyak pasang mata yang tertuju pada mereka. Banyak pria yang menatap berbinar pada wanita yang berjalan sambil menggandeng anak kecil. Bukan karena apa mereka menjadi pusat perhatian tapi karena wanita yang berjalan disebelah anak kecil itu yang membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Bagaimana tidak menarik perhatian kalau Zhisu berjalan sambil membawa sebuah pedang dan wajahnya tertutupi oleh cadar yang membuat mereka semua bertanya-tanya siapakah kesatria itu?.

"Siapa dia aku belum pernah melihatnya?."

"Kenapa dia menutupi wajahnya? sepertinya wajahnya itu sangat jelek sehingga dia malu jika orang lain melihat wajahnya."

"Hei, jika dilihat dari matanya kujamin kesatria itu pasti sangat cantik."

"Bukankah dia seorang wanita?."
"Bagaimana kau bisa tahu?."
"Hei bodoh lihatlah kearah dadanya, mana ada pria yang memiliki dada seperti itu."

Serta masih banyak lagi bisikan-bisikan yang orang-orang ucapkan untuk menggambarkan sosok wanita yang berhasil menarik perhatian itu. Zhisu yang menjadi pusat perhatian pun tidak menghiraukan nya dia masih fokus mencari makanan apa yang akan dia berikan pada cacing-cacingnya yang kelaparan.  

                            *****     

Empress From The Future  [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang