Chapter. 25

3.3K 197 0
                                    

Happy reading guys......     

                            *****   

Saat sudah berada didalam gudang tatapan matanya tertuju pada jejeran senjata tajam berbagai jenis yang tersusun dengan sangat rapi. Tangannya terulur untuk mengambil sebuah pedang yang terlihat sangat tajam hanya dengan melihat kilatan yang dipantulkan dari sisi tajam pedang tersebut.

Senyum manisnya terukir sempurna diwajah cantiknya saat tangannya menyentuh permukaan pedang kesayangannya itu, jari lentiknya menyusuri setiap sisi pedang yang akan selalu dibawanya kalau dirinya pergi keluar istana.

Saat tangannya menyentuh pedang yang telah menjadi kesayangannya itu memorinya berputar menjadi kilas balik pada masa depan atau zaman modern dimana dirinya yang dulu selalu berada didalam kekangan orang tuanya, sebagai pelampiasan rasa frustasinya dirinya memilih untuk mengikuti beberapa kelas bela diri dan belajar menggunakan senjata tajam. Saat dirinya merasa frustasi biasanya dia akan melampiaskan nya dengan berlatih mengasah kemampuannya dalam menggunakan senjata tajam, jadi jangan heran kalau dirinya pandai dalam bela diri dan menggunakan senjata tajam.

Setelah mengambil beberapa barang yang mungkin akan dia perlukan nanti kakinya kembali melangkah keluar dari gudang dan berjalan mendekati pintu kamarnya yang tertutup rapat. Mata bulatnya menatap sekitar tempat tinggalnya dengan teliti dan waspada melalui celah kecil dari pintu kamarnya.

Hanya ada beberapa prajurit yang berdiri di depan pintu dan di sekitar halaman Paviliun nya untuk memastikan keamanan sang Permaisuri Kekaisaran, setelah memastikan keadaan aman Permaisuri Huang Zhisu atau Zhisu gadis dari masa depan yang terdampar di tubuh Permaisuri Kekaisaran berjalan mengendap-endap menuju jendela kamarnya yang tertutup rapat lalu membukanya dan melompat dari sana.

Hap.

Pendaratan yang sempurna, setelah sampai dibawah tatapan matanya kembali menatap waspada pada sekitarnya untuk memastikan kalau dirinya aman tidak ada yang mengetahui kalau dirinya tidak ada di Paviliun. Zhisu terus berjalan menyusuri jalanan gelap minim penjagaan dan berakhir pada sebuah celah kecil yang tertutupi oleh lebatnya rerumputan. Setelah memastikan keadaannya aman dia menyibak rumput yang menutupi lubang tersebut dan tara... Sebuah lubang yang sangat pas dengan ukuran tubuhnya kini telah nampak di hadapannya.

Tanpa pikir panjang dengan cepat Zhisu langsung keluar melalui lubang tersebut dan berakhir dengan dirinya yang berada di perbatasan antara istana Kekaisaran dengan ibukota Kekaisaran Huang. Lubang tempat dirinya keluar tadi sudah ditutupi dengan tumpukan jerami yang ditemukannya berada tak jauh darinya.

"Waaah.....tidak kusangka aku bisa keluar dari istana. Jadi seperti ini suasana desa pada masa Kekaisaran? , hmmm...tidak buruk." Setiap langkah yang Zhisu tempuh matanya menatap banyaknya lentera yang dipasang disetiap sudut jalan, sepanjang jalan matanya memandang dirinya dimanjakan dengan indahnya bangunan tempat tinggal penduduk yang terbuat dari sebagaian besar tanah liat dan kayu.

Banyak pedagang yang menjajakan dagangannya mulai dari makanan, asesoris, perhiasan, senjata tajam, bahkan sampai budak pun di perjual belikan di pasar itu. Sepanjang jalan Zhisu menyusuri jalan dia tidak sadar kalau sedang diikuti oleh seseorang, dirinya masih asyik dengan pemandangan di depannya yang memanjakan matanya sampai di sebuah gang sepi seorang anak kecil  menabraknya dan berhasil mengalihkan perhatiannya.

"Hei, kenapa kau berlari? Hati-hati nanti kau bisa menabrak orang lain atau terjatuh." Anak itu tidak mengatakan sepatah katapun hanya menunduk dan segera pergi dari sana meninggalkan Zhisu yang menatap dengan keheranan.

"CARI ANAK ITU SAMPAI DAPAT JANGAN SAMPAI KITA KEHILANGAN DIA, KITA BISA JUAL DIA DENGAN HARGA MAHAL. CEPAT CARI DIA." Beberapa orang berpakaian serba hitam lengkap dengan senjata mereka mulai berpencar untuk melaksanakan tugas mereka yaitu mencari anak kecil yang akan mereka jadikan budak dan dijual dengan harga mahal.

"Maaf tuan apa yang sedang kalian cari? Apa kalian sedang mencari anak kecil?." Zhisu menghentikan salah satu dari mereka dan mengajukan pertanyaan, pria itu menatap Zhisu dengan tatapan lapar seolah-olah dia adalah makanan yang mengenyangkan.
"Hai nona kau cantik juga jika dilihat-lihat apa kau mau menjadi salah satu pelacur di rumah bordil?." Senyum miring tersungging diwajah pria itu, tangannya bahkan mencoba untuk membuka penutup wajah yang dikenakan oleh Zhisu namun dengan cepat ditepisnya.

Zhisu yang mendengarnya memutar bola matanya malas.
"Dasar pria otak selangkangan." Dia menatap pria dihadapannya itu dengan tatapan mematikan miliknya.
"Waaah... Mulut manismu itu tidak pantas mengucapkan kata kotor seperti itu nona, ayolah kalau kau mau kau akan mendapatkan uang yang sangat banyak hanya dengan bekerja di rumah bordil." Pria itu berjalan semakin mendekati Zhisu dengan tampang brengseknya, siapapun orang itu kalau melihat pria dengan tampang sepertinya pasti mereka langsung bisa menyimpulkan bahwa pria itu adalah seorang bajingan atau pria brengsek.

Sring.

Crash.

"Bahkan dalam mimpimu pun itu tidak akan menjadi kenyataan."
Gerakan cepat yang Zhisu lakukan tidak bisa dihindari oleh pria itu alhasil dia harus mati di tangan Permaisuri Kekaisaran dengan luka sayatan pedang pada lehernya.

Bruk.

"Astaga sepertinya aku menyayat tepat pada urat nadinya. Lihatlah lukanya sangat dalam padahal aku hanya menyayat nya sedikit." Zhisu meringis pelan saat melihat luka yang diciptakannya. Setelah membersihkan noda darah yang menempel pada pedangnya Zhisu langsung pergi meninggalkan tempat itu sebelum ada orang lain yang datang. Dia berbalik arah dari arah yang akan ditujunya demi mencari anak itu firasatnya mengatakan kalau anak itu sedang dalam bahaya.

"Aku sudah bertanya dengan sopan padanya tapi dia malah mengatakan seperti itu dasar pria brengsek. Kuharap mereka tidak berhasil menemukan anak itu." Selama perjalanan mulutnya tidak berhenti untuk menggerutu dan mengoceh, semakin lama langkah kakinya membawanya menuju pada sebuah gang yang semakin kecil dan sepi dapat dipastikan kalau jalan yang ditujunya itu adalah jalan buntu dapat dilihat dari sebuah tembok yang berdiri dengan kokoh tepat di hadapannya.

"APA KAU TIDAK BISA BERJALAN DENGAN CEPAT? KAU MEMBUANG WAKTU BERHARGA KU DASAR BOCAH TIDAK BERGUNA." Telinganya mendengar suara samar-samar dari jarak jauh membuat kakinya melangkah menuju ke sumber suara yang membuatnya penasaran, Zhisu berjalan dengan mengendap-endap memastikan dirinya tidak terancam sampai perhatiannya berpusat pada dua orang pria sedang menarik paksa seorang anak kecil yang menangis ketakutan.

"Kurasa mereka anggota komplotan dari pria brengsek tadi. Aku harus menyelamatkannya." Zhisu menatap sekitar mencari sesuatu.

Tuk.

"Yesss tepat sasaran." Zhisu bersorak gembira saat lemparan batu yang di lemparkan nya mengenai tepat pada pelipis salah satu dari mereka.
"YAAKKK... SIAPA YANG BERANI MELEMPARKAN BATU PADAKU?." Teriak murka salah satu pria itu, darah merembes dari luka yang ada pada pelipisnya membuatnya sedikit meringis menahan rasa perih.

"Aku yang melemparmu tadi." Seorang wanita bercadar keluar dari persembunyiannya sambil mengangkat tangan siapa lagi kalau bukan Permaisuri Huang Zhisu.
"Hai, jangan takut aku akan menyelamatkanmu." Anak kecil itu yang melihat lambaian tangan padanya menghentikan tangisannya dan mengusap air matanya.

"Oh, kau mau jadi pahlawan rupanya. Yaakk cepat serang dia." Salah satu pria bertubuh besar maju kedepan dan menghunus kan pedangnya ke arah Zhisu namun bisa dihindari dengan cepat olehnya.

Beberapa serangan yang mengarah padanya bisa dihindari nya dengan mudah, tak lupa dia juga memberikan beberapa pukulan pada pria itu. Sampai pria yang satunya juga ikut turun tangan untuk membantu menyerangnya tapi lagi-lagi dia bisa menangkis dan menghindarinya. Bahkan pedangnya masih tetap ada pada tempatnya dia melawan mereka hanya dengan menggunakan sebilah kayu yang ditemukannya.

Saat melihat kedua pria itu telah kalah Zhisu dengan cepat menghampiri anak kecil itu dan menutup matanya menggunakan sebuah kain lalu menuntunnya menuju bawah pohon yang ada di sekitar mereka.
"Dengarkan aku, jangan kau buka kain ini sebelum aku yang membukanya dan jangan pergi kemanapun apa kau mengerti?." Anak kecil itu hanya bisa menganggukkan kepalanya masih dengan sesenggukan.

                               *****    


Empress From The Future  [End] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang