Tenggelam dalam semu, tak sadar setengahnya telah berlalu.
-Bikablue
Panduan, berikut kilas balik seorang Satya. Silahkan menikmatimati
.ʕ•ε•ʔ.
.
.
.Jika rinci mudah terlupa, tidak dengan rasa. Ia tak ingat persis busana yang dikenakannya, menit keberapa, namun Ia ingat buncahan perasaan bahagia ketika mendengar tangis bayi setelah ketegangan panjang kala itu di rumah sakit,
"Papa!"
Saat pertama kalinya Ia mendengar panggilan manis dari putrinya. Tawa bahagia tak terelakkan. Setetes air mata bahkan turut menjadi bukti bahagianya.
...
"Kak, Vio mau istirahat. Jaga anak kita, duo bocil GibraNaura. Jaga mereka, jangan ada sedih."
"Sayang, kita belum terlambat. Mau dikemo ya?"
Tidak ada balasan lagi. Hanya ada senyum dan hembusan napas terakhir. Menyisakan duka berkepanjangan yang tak Ia sadari ikut membawa kemanusiaannya pergi.
...
"Papa! Gibran dapet temen baru!"
"Saya sekolahin kamu bukan buat nyari temen ga berguna Al Gibran! Kerjain PR kamu. Gaada makan malam kalau PRnya tidak benar semua."
"Papa! mau gendong! Hihi"
"Sekalian urus adik ga berguna kamu. Saya ga sudi pegang dia."
Wajah manis duplikat Vionna membuatnya enggan menatap Naura. Tak bisa berdamai dengan masa lalu, jiwanya yang terluka membesarkan kedua anak yang juga terluka.
Al Gibran Prakasa, tumbuh dengan selalu mengurung diri. Buku-buku tebal, latihan soal, lembar jawaban tak bisa lepas darinya. Merenggut masa muda yang harusnya diisi tawa namun hanya ada tekanan memenuhi ekspektasi Satya.
Naura Ara Lavenda. Sifat Social Butterfly turunan Vionna tak dapat dipendam. Sebabnya, dunia selalu menuntut tawa, bahkan saat Ia tak baik-baik saja. Seperti itulah Ia dikenal. Penuh bahagia tanpa duka. Sempurna tanpa cela.
...
Semua yang Ia kira akan berjalan baik-baik saja, ternyata tidak demikian. Ia kehilangan semuanya, berakhir dalam dingin jeruji besi. Harta benda dan keluarga lenyap tak bersisa, hanya tertinggal masa menghitung hari kebebasan.
"Tahanan atas nama Satya, terdapat kunjungan dari keluarga"
Pria tua yang tadinya menunduk kini perlahan mengangkat kepalanya tak percaya. Keluarga? Tapi siapa?
Dan rasa penasarannya terjawab dengan jawaban yang tak pernah terpikirkan olehnya. Di hadapannya kini duduk seorang gadis duplikat mendiang sang istri. Bersedekap dada dengan sorot berbeda dari yang biasa Ia kenal.
Ternyata Ia masih memiliki hati, karena benda tersebut terasa sakit saat ini. Tidak karuan karena semua rasa bercampur aduk antara bahagia melihatnya kembali, dan rasa tak percaya karena kabar terakhir yang Ia dengar tentangnya.
"Naura? Ini beneran kamu nak?"
"Do not 'nak' me" gadis itu menghindar ketika Satya hendak meraih pipinya. Memastikan bahwa yang Ia lihat bukanlah imajinasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Baby
Teen FictionBagaimana jadinya jika gadis manis nan manja mendapat musibah cowok badboy tapi hanya manja padanya? sungguh itu adalah mimpi buruk karena itulah yang dirasakan Naura sekarang. . . . "Naura! Nakula mau coklat itu..." "Ck. untung sayang" . . . [Tee...