.
.
.Nakula menatap mata hitam Naura dengan tatapan teduh. Kenapa seorang gadis biasa seperti Naura bisa menaik-turunkan moodnya dengan mudah?.
Naura merasakan wajah Nakula yang semakin mendekat ke wajahnya. Sepertinya Naura bisa menduga kejadian selanjutnya sehingga gadis itu memejamkan matanya takut dengan jantung yang berdegup kencang.
Bibir Nakula semakin dekat dengan Naura dan hal selanjutnya yang terjadi adalah...
BRAKKKK!!!
Pintu didobrak paksa dan menampilkan wajah marah seseorang. Nakula berusaha mengabaikannya dan semua tindakan pasti ada dampaknya.
Dampak yang ditimbulkan akibat Nakula yang masih nekat adalah tarikan dikupingnya dan Naura.
"Aww.. aw... bang Gib ini ga seperti yang kamu lihat! Yura bisa jelasin" ucap Naura mencopas dialog yang sering didengarnya sedangkan Nakula hanya memejamkan matanya. Egonya terlalu tinggi hanya untuk sekedar merintih.
"SAKIT WOY! LEPAS!" bentak Naura karena tak kunjung dilepaskan membuat kedua Pemuda disampingnya ini kaget.
"Ga gue lepasin! Ada yang bisa jelasin kenapa wajah kalian deket banget? Lo! Kenapa ga pake baju? Lo lagi dek! kenapa malah terima-terima aja?" tanya Gibran terkesan datar dan tajam.
"Sayang rejeki kalo ditolak mah. Gaskeuunn sajalah" batin Naura.
Orang yang masih mempertahankan jewerannya adalah Gibran yang datang dengan raut wajah kesal dan marah ditambah ketika Ia mendobrak pintu kamar —yang sebenarnya tidak dikunci itu— dan menemukan Nakula yang berusaha mencium adiknya.
"Itu... Ka Nakul mau niup mata Yura yang kelilipan! nah iya itu!" ucap Naura gugup.
"Kelilipan dimata goblog! dibibir mah beda cerita" kesal Gibran.
"Ga gue apa-apain kok adek lo. Soal gapake baju gua emang kebiasaan" ucap Nakula akhirnya membuka suara. Itupun dengan nada datar.
"Beneran? adek gue masih kesegelkan?! ga percaya gue sama lo"
"Terserah. Coba suruh jalan. Sakit ga itunya?"
Kedua orang itu sibuk mendebatkan hal yang sedikit tabu tanpa menyadari pipi sampai telinga Naura yang sudah memerah sekarang.
"Iiihhh! Bang Gib! Ka Nakul! Jangan ngomongin gituan depan Yura napa? Yura masih polos tau!" rengek Naura yang membuat kedua Pemuda itu mendengus dan memutar bola matanya malas.
"Polos apaan tiap hari baca cerita 18+" ujar Gibran. Cowok itu sangat tahu seluk beluk isi ponsel Naura.
"Nontonin abs orang lagi. Mending ngeliatin abs aku" ucap Nakula menambahkan.
Ucapan Nakula membuat Naura tersadar. Sejak gadis itu terbangun sampai sekarang Naura selalu mengabaikan roti sobek Nakula yang terekspos jelas.
"Heh.. heh! matanya jaga!" tegur Gibran seraya menutup mata Naura yang ingin mengarahkan penglihatannya pada perut Nakula.
"Ih! Bang Gib mah! Rejeki itu namanya! ga baik kalau ditolak" ucap Naura melayangkan protesnya pada Gibran.
"Gaada! Lo! Cepet pake baju lo! Kayak cowo murahan aja lo kayak gitu!" titah Gibran.
"Iya sayang, bentar ya" ucap Nakula dengan suara mendayu-dayu dan tatapan mata nakalnya pada Gibran.
"Najis bangsat!"
"Bang Gib!"
"Iya-iya!"
.ʕ•ε•ʔ.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Baby
Teen FictionBagaimana jadinya jika gadis manis nan manja mendapat musibah cowok badboy tapi hanya manja padanya? sungguh itu adalah mimpi buruk karena itulah yang dirasakan Naura sekarang. . . . "Naura! Nakula mau coklat itu..." "Ck. untung sayang" . . . [Tee...