43. Menyerah

94.8K 11.6K 5.2K
                                    


"Jika memang rasa itu tak nyata, tolong bersikaplah seperti biasa. Jangan memberi harapan jika pada akhirnya mengecewakan"
-Ra

.ʕ•ε•ʔ.

.
.
.

    Mobil itu Queensha lajukan dengan kecepatan tinggi. Ia ingin cepat-cepat pulang dan membiarkan Naura memberi tahukan fakta baru yang Ia dapat dari Ditya. Ada sedikit peluang untuk Naura mendapatkan kebahagiaannya dan dengan begitu Ia bisa membawa Naura lalu beristirahat dengan tenang.

    Setelah memarkirkan mobil, Queensha membiarkan Naura kembali mengambil alih tubuhnya. Naura tersenyum senang tapi ketika Ia ingin masuk kedalam rumah, niat itu Ia urungkan saat melihat banyak mobil yang terpakir di halaman rumahnya. Akhirnya, gadis itu memilih untuk menggunakan pintu belakang yang langsung terhubung kedapur untuk masuk kerumahnya.

    Naura berjalan seraya sesekali melompat senang karena sebentar lagi Ia akan merasakan kebahagiaan yang selama ini Ia impi-impikan.

    "Jadi kapan pernikahannya akan dilaksanakan?"

    Langkah kaki Naura terhenti saat samar-samar telinganya menangkap pembicaraan di ruang tengah. Dengan hati-hati Ia bersembunyi dibalik tembok untuk menguping pembicaraan Satya dengan tiga orang lagi yang tidak Ia kenal. Pasangan paruh baya dan satu anak laki-laki mereka.

    "Lebih cepat lebih baik. Tapi apa kau yakin akan menyerahkan putrimu pada kami?"

    "Saya akan menyerahkan Naura jika uangnya sudah kalian kirim"

    Dua orang tua itu tersenyum prihatin saat mendengar ucapan Satya. Pria paruh baya itu bahkan rela menjual putrinya sendiri demi kelangsungan perusahaan. Mereka tidak tega namun mereka juga sudah lama mengincar Naura untuk anaknya.

    "Semua sudah kami kirim sesuai yang anda minta. Tapi, apa kami boleh tahu alasan kenapa pak Satya dengan mudah mau menyerahkan putri anda?" tanya wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda itu.

    "Ssst!" tegur suaminya yang memerintahkan untuk diam.

    "Santai saja. Saya tidak mengharapkan anak itu dari awal. Kelahirannya tidak pernah saya harapkan tapi Vionna tetap bersikeras untuk melahirkannya" terang Satya.

    "Tapi saya lihat hubungan kalian baik-baik saja" heran wanita tadi.

    "Itu hanya basa-basi agar dia mau menuruti keinginan saya"

    Sementara itu Naura yang mendengar percakapan mereka meremat dada kirinya yang terasa sakit seraya terkekeh pelan. Kata-kata Satya kembali membuatnya terluka.

    Gibran terang-terangan mengaku tidak suka padanya. Satya juga mengatakan bahwa kelahiran Naura tidak diinginkan sejak kecil dan sekarang, Ia ingin dijual. Sebegitu inginkah mereka untuk Ia pergi?

    Dengan perasaan marah Naura mengambil pisau dapur yang menurutnya paling tajam,  kemudian berjalan menghampiri empat orang diruang tengah itu dengan air mata yang mengalir deras.

    "Jadi itu alasan Papah baik sama aku akhir-akhir ini? Segitu bencinya ya Papah sama Yura?"

    Keempat orang yaitu Satya dan pasangan suami istri beserta anaknya yang berada diruangan itu terkejut dengan kedatangan Naura sembari membawa pisau ditangannya.

    "Duduk! jangan bikin malu!" titah Satya namun tidak dihiraukan Naura.

    "Segitu pengennya ya Papah Naura pergi? selalu nyiksa Naura, ninggalin Naura dijalan sepi, dan sekarang? Papah mau jual Naura?"

Big BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang