47. Pantai

80.2K 9.9K 4K
                                    

.
.
.

Gadis itu tersenyum senang saat melihat pemandangan didepannya. Deburan ombak, anak kecil yang bermain pasir, Matahari yang perlahan tenggelam, semilir angin yang menerpa wajahnya, sungguh perpaduan yang sempurna.

"Naura jangan lari-lari!" teriak seorang pemuda saat melihat gadis itu mulai berlari ke tepi pantai.

"Bodo amat yey! Yura mau nyari cogan!" balas gadis itu.

Terjadilah kejar-kejaran yang dilakukan oleh dua orang itu. Yang satu ingin mencari pemuda berparas tampan sedangkan yang lain ingin melindunginya dari bahaya.

Tapi tujuan gadis itu berubah. Bukannya mencari cogan, Ia memilih berlari ke bibir pantai kemudian membiarkan kakinya terkena air. Tak sampai disana, Ia juga berjongkok untuk bermain air dan mencicipi rasanya.

Mereka saat ini tengah berada di pantai Kuta Bali dengan tujuan menikmati pemandangan pantai dengan mata hari terbenam. Keadaan pantai sekarang tidak terlalu ramai dikarenakan hari ini yang bukan merupakan hari libur.

"Wanzayyy" gumam gadis itu kagum.

"Kak Dan! airnya enak!" seru gadis itu saat melihat pemuda yang tadi bersamanya mendekat.

"Astaga itu bukan buat diminum Naura,"

"Hehe... Eh maaf gasengaja" ucap gadis itu seraya menyipratkan air pantai ke pemuda di sebelahnya.

Yang dikerjai tidak terima dan balas menyipratkan air pantai ke arah gadis itu. Itu berlangsung beberapa menit dengan tawa yang keluar dari bibir keduanya hingga tak disadari mereka sudah dalam keadaan basah.

"Udah-udah, sunsetnya mulai" ucap pemuda tinggi dengan badan atletis itu.

Mereka akhirnya duduk dengan meluruskan kaki. Membiarkan deburan ombak menyapu lembut kaki mereka yang dilindungi sepatu.

Hening terjadi beberapa saat sampai pemuda itu akhirnya membuka suara, Menyinggung sesuatu yang tidak ingin gadis itu dengar.

"Jadi, kapan lo balik?"

Naura menghela napas kemudian menyenderkan kepala ke bahu lebar disampingnya.

"Gatau... Yura terlanjur kecewa sama mereka"

"Sabar ya? ini ujian" ucap pemuda itu dan Naura mengangguk pelan.

"Makasih ya kak... Kalau ga ada kakak sama om tante mungkin Yura udah hidup sama para dakjal itu lagi"

 Pemuda yang bernama Danan itupun tersenyum kemudian mengusap lembut  kepala Naura. Ia menyesal selama ini telah meninggalkan sahabat kecilnya yang sudah Ia anggap adik itu dan memilih mengikuti orang tuanya keluar kota. Gadis itu pasti mengalami masa-masa sulit tanpa adanya penyemangat.

 "Tapi lo gaakan bisa selamanya sama gue. Gimanapun mereka tetap keluarga lo" 

 "Jangan ngebahas mereka deh kak... mending Yura hidup sendiri bersama para cogan daripada sama mereka yang nyakitin aku terus. Akutuh juga punya perasaan kak! aku bukan boneka!"

 "Iya-iya... mending bahas gimana kamu bisa hidup lagi"

 Mendengar ucapan Danan membuat bulu kuduk Naura berdiri. Ucapan sahabat kecilnya itu mengingatkannya pada saat  dimana Ia pertama kali terbangun setelah dinyatakan tidak selamat. 

 FLASHBACK

 Naura membuka matanya setelah perlahan bayangan Vionna yang tadi menghampirinya mulai digantikan dengan warna hitam. Saat matanya sudah sepenuhnya terbuka, yang pertama kali Ia lihat adalah kain putih yang menutupi wajah dan tubuhnya. 

Big BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang