Perasaan mungkin bisa menghilang tapi kenangan akan selalu tersimpan dalam ingatan
-N.ʕ•ε•ʔ.
KALAU LUPA YA BACA ULANG JAN BUAT GW EMOSI YA ANJEM!!!
-ISTRIXIUMIN
.
.
.Dibawah langit biru tepatnya dirooftop sekolah, ditemani cahaya senja dan hembusan angin terlihat seorang pemuda tengah menatap sebuah kertas kecil yang Ia temukan lima bulan lalu. Semua kepintaran yang Ia miliki seolah tidak ada gunanya saat tidak satupun petunjuk yang bisa Ia dapatkan dari catatan kecil yang seolah menjadi sebuah teka-teki.
"Hai bule ganteng, 7 Desember nanti di atap sekolah^o^"
"Atap sekolah? 7 Desember? bule ganteng?" gumam Nakula bertanya-tanya.
Nakula merasa tidak asing dengan tanggal yang tertera di catatan kecil itu. Sebentar, tanggal berapa Ia lahir? Nakula segera mencari kontak Ditya, menghubungi papanya untuk memastikan.
"Pah, gue lahir tanggal berapa?" tanya Nakula saat sambungannya terhubung. Kebiasaannya masih sama. Berbicara pada orang tua dengan bahasa seenaknya.
"Waktu itu Papa lagi di Kanada. Pulang-pulang papa liat udah ada kamu gatau deh waktu itu Mama mungut dimana" jawab Ditya santai. Ia sedang berada di warnet dekat rumah untuk bermain game tapi putra sulungnya itu mengacaukan kegiatannya.
"Lo kira lucu? cepetan woy!" desak Nakula tidak sabar.
"Ck. Kok jadi kamu yang galak? kamu lahir tanggal 7 Desgayung"
Bola mata biru itu berotasi, jengah dengan jokes para orang tua. Nakula heran, seingatnya dulu Ditya tidak pernah mengeluarkan lawakan garing seperti itu. Ia hanya sibuk dengan berkas-berkas dan menaikkan peringkat di game ponsel pintar.
"Serah lu dah--"
"Satu lagi Kul! donat apa yang gaboleh dimakan?" potong Ditya saat tahu sambungannya akan diakhiri.
"Do not eat. Dah basi!" ketus Nakula kemudian mengakhiri sambungannya sepihak. Ia kembali menatap catatan kecil ditangannya.
"Ngapain dia mau ketemu gue pas gue ulang tahun?"
Hiks
Suara isakan tangis terdengar disampingnya bersamaan dengan hawa hangat yang berhembus, pertanda seseorang datang dan ikut berdiri disampingnya. Buru-buru Nakula menyimpan kertas kecil itu disaku.
"Kenapa lagi? muka lo ga selucu Ara sama Mama kalo lagi nangis" tanya Nakula malas saat Sadewa menghampirinya dengan wajah penuh air mata.
"Hiks, Galen diambil orang huaaa" tangis Sadewa semakin menjadi. Ia memeluk kakaknya dari samping kemudian menumpahkan tangisnya dibahu Nakula.
"Mampus" dan bukannya menenangkan, sebaliknya Nakula malah mengatakan hal yang membuat tangis adiknya semakin menjadi.
"Tadi dia bilang mau keperpus tapi malah pelukan sama si Salak" curhat Sadewa yang padahal Ia tidak diberikan waktu dan tempat untuk mencurahkan isi hati.
"Namanya Jaka! btw dia ganteng juga. Serasi sama Galen" balas Nakula.
"Saudara setan lu emang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Baby
Teen FictionBagaimana jadinya jika gadis manis nan manja mendapat musibah cowok badboy tapi hanya manja padanya? sungguh itu adalah mimpi buruk karena itulah yang dirasakan Naura sekarang. . . . "Naura! Nakula mau coklat itu..." "Ck. untung sayang" . . . [Tee...