.
.
."Ra? kenapa?" tanya Gibran bingung dengan perubahan sikap Naura. Tidak biasanya gadis itu diam saja seperti ini.
"Gapapa" ucap Naura cepat. Ia tidak mau Kakaknya akan kehilangan kendali lagi seperti hari itu. Naura tidak mau wajah bule gantengnya kenapa-napa.
Saat ini mereka dalam perjalanan pulang namun tak seperti biasanya Naura kalem seperti ini. Selama hidupnya Naura jauh dari kata kalem. Bahkan saat gadis itu marah pada Gibran, Naura akan tetap mengusili dan memerintah kakaknya seenak jidad dengan alasan 'penebusan dosa pada adikmu yang manis ini'.
Gibran menepi dan memberhentikan mobilnya di parkiran indomei kemudian menatap intens adiknya, belum puas dengan alasan Naura.
Naura yang ditatap seperti itu merasa risih. Entah berapa orang yang menatapnya tajam seperti itu.
"Buset dah kenapa Yura ditatap tajam mulu ya? Yura pake buat motong sayur bisa ga ya?" batin Naura.
"Itu bibir kenapa?" tanya Gibran dingin membuat Naura gelagapan.
"Kena garpu tadi pas makan bakso" bohong Naura.
"Jawab jujur. Gue tau lo tadi mesen nasi goreng" tekan Gibran. Walaupun Gibran cenderung pendiam tapi cowok itu tahu betul gelagat adiknya. Maka dari itu Gibran termasuk tipe cowok peka tapi sering pura-pura tidak peka.
Naura diam seraya meremas rok sekolahnya. Menyalurkan rasa panik karena ketahuan berbohong.
Gibran menghela napas lelah lalu mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ga ada es kr--"
"NAURA DICIPOK COGAN!" pekik Naura reflek karena takut tidak mendapat es krim lalu kemudian merutukki dirinya dalam hati setelah tersadar. Yura goblok!
"Siapa?" tanya Gibran yang rahangnya sudah mulai mengeras karena emosi. Siapa yang tidak emosi saat adiknya dicipok orang lain?
"Yura" jawab Naura polos membuat Gibran memijit pelipisnya yang terasa pening.
"Siapa yang nyipok lo Naura Ara Lavenda?!" tanya Gibran penuh penekanan.
"Bule ganteng" jawab Naura.
"Jangan buat gue nonjok semua bule yang ada di dunia. Jawab yang bener!" tekan Gibran lagi.
Naura diam. Otaknya yang minimalis berusaha mengingat nama pemuda tampan itu.
"Siapa ya namanya? Yura lupa. Bakul Keranda?... Kakul Beranda?... Yakul Miranda?... Tukul Bercanda?..."
"Nakula Dirandra?" tebak Gibran.
"Nah iya itu. Dukun Beranak!" pekik Naura.
Gibran lagi-lagi memijat pelipisnya. Sekarang Ia bingung harus marah kepada kegoblokan adiknya atau kelancangan cowok yang sudah mencium adiknya seenak jidad.
"Abang ga marah kan?" tanya Naura takut-takut seraya meringis dalam hati melihat stir mobil yang dicengkram dengan kuatnya oleh Gibran.
"Kalau stir bisa ngomong~ pasti dia bakal teriak kesakitan. Sabar ya stir, nanti Yura olesin balsem" batin Naura.
"Lo diem disini." ucap Gibran.
Cowok itu melepas seat beltnya kemudian keluar meninggalkan Naura yang masih menunduk takut.
Gibran memasuki supermarket tersebut dengan niat membeli minuman untuknya dan Naura. Gibran butuh air untuk mengontrol emosinya. Ia tak mau jika adiknya yang menjadi pelampiasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Baby
Teen FictionBagaimana jadinya jika gadis manis nan manja mendapat musibah cowok badboy tapi hanya manja padanya? sungguh itu adalah mimpi buruk karena itulah yang dirasakan Naura sekarang. . . . "Naura! Nakula mau coklat itu..." "Ck. untung sayang" . . . [Tee...