"Sadari kesalahan. Jangan menunggu rasa kehilangan yang berujung penyesalan"
-Big Baby.
.
.
Gibran berlari dengan sangat cepat dikoridor saat Ia tiba dirumah sakit. Jantungnya berdebar kencang. Masih berharap apa yang dikatakan Nakula hanyalah kebohongan belaka.Saat sampai di ruangan yang Ia cari, terlihat dua penjaga berbadan besar yang menjaga diluar ruangan. Disana juga terdapat Sadewa, Ditya, pasangan paruh baya dan anak mereka yang duduk dengan menundukkan kepala sedih.
Tidak peduli dengan hal itu, Gibran mencoba untuk menerobos dua penjaga berbadan besar namun tidak berhasil karena kalah jumlah dan kekuatan.
"Biarin gue masuk bangsat!!" teriak Gibran tapi kedua penjaga itu malah mendorongnya hingga terjatuh.
"Maaf, tapi anda tidak diperkenankan masuk"
Seakan tuli Gibran tetap memaksa masuk tapi respon mereka tetap sama yaitu mendorong Gibran hingga pemuda itu jatuh terduduk.
"Lebih baik kamu pulang, Gibran. Sudah tidak ada yang perlu kamu perbuat. Naura sudah pergi" ucap Ditya.
"Om bohong kan? adik saya gamungkin pergi"
Sadewa berdecih sinis. "Baru nganggep adik? kemaren kemana aja?"
Perkataan Sadewa mampu membuat Gibran terdiam. Benar. Ia tak pernah ada untuk Naura bahkan melukai mental gadis itu dengan perlakuan dan perkataan dinginnya.
Ponsel Gibran berdenting pertanda adanya pesan masuk. Ternyata itu adalah nomor tidak dikenal yang mengirimkan beberapa rekaman suara padanya.
"Bang! seret dia keluar. Eneg gue liat mukanya" titah Sadewa yang langsung dipatuhi kedua penjaga itu. Gibran diseret paksa keluar rumah sakit dan mendoronganya ketika sudah diluar. Tentu Gibran melawan tapi entah kekuatannya tidak sekuat biasanya.
Gibran menatap gedung rumah sakit itu dengan pandangan sendunya. Ia hanya ingin melihat keadaan Naura dan memastikan keadaan adiknya. Adik kecil yang sering Ia sakiti hatinya.
"Gue tau lo masih hidup Ra. Ini semua cuma bohong. Jangan tinggalin gue" mohon Gibran dengan air mata yang mulai mengalir.
.ʕ•ε•ʔ.
Sementara didalam ruangan itu dokter dan suster tengah memperjuangkan kehidupan Naura yang kini terbaring lemah di ranjang pesakitan.
Disudut ruangan Nakula tengah menangis seraya menatap penuh harap kearah para dokter itu. Sebenarnya Ia tidak diperbolehkan masuk namun Nakula tetap keras kepala.
Ia takut, Naura akan pergi dari sisinya. Detak jantung gadis itu sempat berhenti tapi dokter berhasil mengembalikan detak jantungnya dengan alat kejut jantung. Namun, kemungkinan gadis itu untuk bertahan sangat sedikit. Ia kehilangan banyak darah terlebih kebiasaannya yang sering melukai diri sendiri memperparah keadaan gadis itu.
"Jangan tinggalin Nakula" mohon Nakula disela tangisnya. Ia takut.Kegiatan para dokter itu tiba-tiba berhenti. Namun bukan raut puas yang mereka perlihatkan melainkan raut sedih dan putus asa. Hal selanjutnya yang mereka lakukan adalah melepas semua peralatan yang menempel di tubuh Naura.

KAMU SEDANG MEMBACA
Big Baby
Teen FictionBagaimana jadinya jika gadis manis nan manja mendapat musibah cowok badboy tapi hanya manja padanya? sungguh itu adalah mimpi buruk karena itulah yang dirasakan Naura sekarang. . . . "Naura! Nakula mau coklat itu..." "Ck. untung sayang" . . . [Tee...